“Aku minta pagi ini kamu urus semuanya sampai selesai. Aku tak tega melihatnya harus berpindah tempat tiap kali ingin bertemu denganku,” tutur Evan sembari menyerahkan dokumen kelengkapan pembelian satu unit apartemen mewah di daerah Jakarta kepada Amora. Perempuan itu mengangguk lantas mengangkat salah satu sudut bibirnya.
“Urus semuanya dengan benar. Pastikan identitas gadisku tetap terlindungi, lanjut Evan sembari menyeruput secangkir kopi yang ada di hadapannya.
“Kukira laki- laki licik sepertimu hanya ada dalam drama, Van. Ternyata kamu benar-benar hidup,” cela Amora sembari mengamati lembar demi lembar kelengkapan dokumen yang baru saja diserahkan oleh Evan. Mendengar cemoohan itu, Evan seketika menyunggingkan senyum sinisnya.
“Lihatlah dirimu sebelum kau menilaiku, Ra. Kamu sendiri sahabat macam apa, huh?” laki- laki itu berbalik mencela.
“Aku?” perempuan itu mendengus, “Aku seperti ini karena kamu sendiri. Aku bisa saja berpihak pada Ega sejak awal, menceritakan semua kebusukanmu di belakangnya.Tapi kupikir-pikir, aku tidak mau terlibat dalam urusan rumah tangga kalian dengan sia- sia,” seloroh Amora sembari membersihkan ujung kuku- kuku cantiknya. “Bahkan aku bisa memberitahukan semuanya hari ini,” lanjutnya.
“Apa maksudmu, hah? Tidakkah cukup aku memberimu semua perhiasan koleksi terbaru untuk menutup mulutmu? Jangan memaksaku untuk bertindak sebaliknya, Amora!” urat pipi laki- laki itu tampak mengeras menahan emosi. Perempuan itu tertawa kecil seolah memenangkan situasi.
“Evan, Evan. Lihatlah dirimu yang begitu ketakutan kehilangan semua jabatan dan kekuasaanmu. Aku tahu siapa dirimu dan siapa Ega. Aku bisa saja membuatmu jatuh miskin dalam semalam dan kehilangan segalanya, termasuk gadis kecil bodohmu itu.” Amora yang merasa tengah memegang kendali atas Evan, kembali memberikan ancaman.
“Katakan apalagi maumu dan jangan buang waktuku! Aku bisa saja menyeretmu ke dalam penjara atas tuduhan pemerasan!” sergah Evan sembari berjalan mendekati Amora. Mendengar hal itu, tawa Amora kembali tergelak.
“Pemerasan? Wah wah wah, lihatlah Tuan CEO yang dikenal ramah dan sangat mencintai istrinya ini. Pemerasan atas nama siapa yang kamu maksud, hm? Kamu lupa sedang berurusan dengan siapa, Evan. Aku bisa saja membuka semua laporan keuangan dan melimpahkannya atas namamu. Aku bisa pergi dan tetap hidup. Sementara kamu? Bahkan aku tidak yakin kamu bisa hidup sampai saat ini jika bukan Ega yang menyelamatkanmu,” perempuan itu kembali mengingatkan Evan tentang darimana dia berasal. Evan yang dahulunya adalah mahasiswa pintar yang mampu melanjutkan pendidikan karena beasiswa, dan kepintarannya dalam memenangkan kompetisi usaha rintisan itu begitu menarik perhatian ayah Ega yang tak lain adalah mertuanya. Ayah Ega yang tak pernah menilai seseorang dari latar belakang, begitu terkesima dengan kepandaian dan kharismanya sehingga menyetujui pernikahan sang anak dengannya. Siapa yang menyangka, jika watak seseorang bisa berubah ketika ia telah memiliki segalanya. Harta, tahta, wanita. Tiga hal yang selalu menjadi ancaman kehancuran seorang pria, kini tengah dialami oleh Evan atas kelalaiannya sendiri.
“Katakan apa maumu!” gertak Evan pada perempuan yang masih duduk menyilangkan kaki di hadapannya. Perempuan itu lantas beranjak berdiri dan berjalan mendekatinya.
“Aku juga menginginkan apartemen itu,” bisik Amora perlahan yang seketika membuat mata laki- laki itu terbelalak.
“Apa kau sudah gila, hah? Kau tahu sendiri harga apartemen itu!” bentak Evan yang napasnya mulai terengah- engah karena gejolak amarahnya semakin tinggi.
“Calm down, Evan. Aku cukup tahu diri. Aku tidak memintanya saat ini juga. Pihak audit pasti akan curiga jika ada pengeluaran perusahaan berkali lipat dalam kurun waktu sesingkat ini. Aku hanya butuh kepastianmu, selebihnya aku sendiri yang mengatur kapan aku akan membelinya,” tawar perempuan itu pada Evan yang masih meradang.
“Kau! Dasar perempuan sialan!” gertak Evan semakin tersudut. Amora kembali menyunggingkan senyum sinisnya seraya meraih dokumen pembelian unit apartemen itu.
“Aku akan urus semuanya. Kupastikan setelah ini dan seterusnya, kau bisa leluasa menemui gadis bodohmu itu!” tuturnya sembari beranjak pergi meninggalkan Evan yang masih tersulut emosi. Giginya mengerat karena ia merasa tersudut. Dihabiskannya sisa kopi yang sudah mulai dingin lantas ia membuang napas. Laki- laki itu semakin tersudut karena kesalahan yang ia buat sendiri. Perselingkuhannya yang tanpa sengaja diketahui oleh Amora, sahabat dekatnya dan sang istri, kini menjadi bumerang yang siap berbalik menyerangnya sewaktu- waktu, menghancurkan karir dan masa depannya. Upayanya untuk mencegah bumerang itu berbalik padanya dengan menyuap Amora, justru membuat ketenangan hidupnya terancam. Dikeluarkannya ponsel pintar yang sedari tadi tersembunyi dalam saku, lantas laki- laki itu menulis sebuah nama dalam laman pencarian. Little Princess. Begitu nama itu diketik, lantas ia membuka laman berisi tentang kumpulan sajak indah yang terunggah di sana. Dibukanya unggahan terakhir dari laman itu, lantas ia teringat akan malam kebersamaannya di Grand Hotel dengan pemilik laman tersebut tempo hari, setelah ia mendatangi peluncuran koleksi perhiasan terbaru bersama Amora, pemegang kartu As pengkhianatannya atas Ega.
...***...
Pagi berganti siang. Iko tampak kelelahan setelah mengisi acara di salah satu stasiun televisi. Tadi pagi, laki- laki itu melihat sahabatnya dari jauh, dengan segala kesedihan yang tampak dari raut wajahnya.
“Aku akan mengeluarkanmu dari segala kepedihan itu, Ga,” gumam laki- laki itu sembari membuka ponsel pintarnya dan kembali mencari tahu keberadaan Little Princess yang telah merusak kebahagiaan Ega. Laki- laki itu tampak sedikit terkejut karena laman yang ia buka kembali mengunggah sajak sekitar tiga puluha menit yang lalu. Baru kali ini laman itu mengunggah sajak selama dua hari berturut- turut.
Penantianku tak sia- sia, Tuan.
Kini aku bisa melihat indahmu, kapanpun aku mau.
Bukankan kau juga begitu, Tuan?
Gadis kecilmu bisa kau cumbu, kapanpun kau mau.
Datanglah padaku, Tuan.
Sudah saatnya kita melepas rindu.
2-15-21-7-5-14-22-9-12-12-5 406
Iko meneliti dengan seksama sajak itu, kali ini ia terfokus pada angka- angka misterius yang masih belum mampu ia pecahkan. Dibukanya galeri foto pada perangat ponselnya lantas ia kembali membuka foto Evan yang ia ambil secara sembunyi- sembunyi. Ditelitinya foto itu dengan hati- hati, dan seketika ujung alisnya menyatu manakala menemukan angka pada pintu kamar hotel yang tertangkap dalam kameranya.
“806?” gumam Iko meneliti angka yang merupakan nomor kamar hotel di mana Evan menemui Little Princess itu. Seketika Evan membuka kembali laman akun Little Princess dan membuka unggahan sajak tepat pada hari di mana pertemuan itu terjadi. Ditelitinya kembali angka itu, dan seketika manik matanya membesar ketika mendapati kesamaan pada baris terakhir jajaran angka acak tersebut.
“806!?”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
YuWie
asemmmm..meluu deg2 an kie
2023-10-26
0
borjun as
nah.kalau bukan Amora, apakah Aluna lagi...qiqiqi..sorry lun,abisnya lu juga mencurigakan 😁🤭
2023-10-03
1