Tiga hari semenjak Evan memberikan rangkaian bunga mawar putih berbentuk hati pada Ega, membuat perempuan itu menaruh curiga pada suaminya. Ega yang semula dengan senang hati menerima curahan kasih sayang berupa hadiah- hadiah kecil dari sang suami, kini selalu dipenuhi tanda tanya tiap kali ia mendapatkan itu. ‘Apa yang kamu sembunyikan sehingga kamu menutupinya dengan cara seperti ini?’ batin Ega yang baru saja kembali mendapatkan kiriman serangkai bunga mawar dari Evan yang melalui jasa kurir. Bunga kiriman itu kembali berwarna merah seperti yang biasa ia terima. Hal inilah yang membuat Ega semakin curiga, bahwa bunga mawar putih berbentuk hati tempo hari sesungguhnya memang bukan ditujukan untuknya.
“Kak Ega mendapat kiriman bunga mawar lagi?” Tutur Aluna yang baru saja menyelesaikan penampilannya dan berjalan memasuki ruang tata rias. Bola mata gadis cantik itu berbinar mendapati rangkaian mawar merah nan harum berada di tangan Ega. Gadis cantik itu menghirup aromanya dan seketika senyum manisnya tersungging.
“Beruntung sekali Kak Ega punya suami yang selalu perhatian seperti ini,” puji Aluna pada Ega yang kemudian meletakkan rangkaian bunga mawar itu dan bergegas membereskan peralatan tata rias rambutnya. Mendapati pujian itu, Ega hanya memberi tanggapan dengan tersenyum tipis.
“Aku jadi ingin segera menikah tiap kali melihat Kak Ega mendapat kejutan seperti ini,” pungkas Aluna sembari menghela napas perlahan. Kata- kata itu seketika menghentikan gerakan Ega yang tengah sibuk memasukkan peralatan rambutnya ke dalam koper. ‘Seandainya gadis cantik ini tahu bahwa pernikahan yang terlihat indah tak selamanya berarti demikian,’ batin Ega.
“Mengapa kalian tidak segera menikah jika memang sudah saling cocok?” Tanya Ega pada Aluna yang tengah melepaskan aksesoris rambutnya. Gadis cantik itu kembali menghela napas lantas berbalik menatap Ega.
“Aku masih dua puluh tahun, Kak. Kami juga belum lama berada di puncak karir. Aku tidak ingin menghancurkan karir yang aku impikan begitu saja karena pernikahan,” jelas Ega sembari turut memasukkan aksesoris rambut yang ia kenakan ke dalam koper Ega.
“Tapi Iko juga akan semakin tua, kamu tahu?” ledek Ega sembari tertawa kecil yang seketika tawa itu diikuti oleh Aluna.
“Bukankan kata orang cinta tidak mengenal usia?” seloroh Aluna sembari tertawa. Dari caranya berbicara, terlihat jelas Aluna sangat mencintai pasangannya itu.
“Kamu sangat mencintainya, bukan?” tanya Ega yang seketika menghentikan sisa tawa yang keluar dari mulut manis Aluna. Gadis itu menatap Ega selama beberapa saat lantas berceletuk, “Lebih dari yang Kak Ega ketahui,” tutupnya. Entah mengapa tatapan itu seolah menegaskan bahwa ia tengah memberi peringatan pada Ega agar tak dekat- dekat dengan Iko karena Iko adalah miliknya.Ega segera mengalihkan pandangan itu untuk menghindari kecanggungan antara keduanya.
“Kamu mau ke mana setelah ini?” tanya Ega pada Aluna. Gadis cantiik itu mengangkat kedua bahunya.
“Entahlah. Sepertinya aku akan langsung pulang, aku cukup lelah hari ini,” pungkas Aluna.
...***...
Tak berapa lama setelah mereka berdua berbincang di ruang tata rias itu, Aluna akhirnya memutuskan untuk pulang. Begitupun Ega, perempuan itu segera bergegas meninggalkan ruang tata rias karena pekerjaannya telah selesai. Namun lagi- lagi, Iko kembali mendatanginya.
“Ada yang ingin aku katakan padamu, Ga. Apa kamu punya waku untuk kita bicara?” tanya Iko begitu menemui Ega di depan ruang tata rias itu.
“Ada apa lagi, Ko?” tanya Ega berusaha menghindari Iko karena ia teringat tatapan Aluna yang mengintimidasi beberapa saat yang lalu.
“Temani aku minum kopi sebentar. Aku benar- benar ingin bicara padamu,” pinta laki- laki itu.
“Apa kamu sudah gila? Bagaimana mungkin kita berdua pergi minum kopi? Karirmu bisa hancur dalam semalam jika sampai media tahu kalau Iko Bhagaskara kedapatan minum kopi berdua dengan seorang hairstylist.”
“Kalau begitu kita bicarakan di sini,” pungkas Iko berusaha menahan kepergian Ega. Perempuan itu kembali melongok arloji yang melingkar di tangan kirinya.
“Sepuluh menit saja. Aku sedang buru- buru,” tutur Ega. Laki- laki itu lantas dengan segera mengeluarkan ponselnya. Jemarinya tampak mencari sesuatu dari dalam layar pipih berwarna hitam itu.
“Ini suamimu, kan?” tutur Iko sembari menunjukkan foto dirinya di depan sebuah patung ikon hotel bintang lima. Foto yang ingin ditunjukkan Iko pada Ega sejak beberapa waktu yang lalu. Ega yang semula sedikit tak peduli, meraih ponsel Iko untuk mengamati foto tersebut dengan lebih teliti. Perlahan perempuan itu memperbesar tampilan gambar dan seketika gerakan tangannya terhenti.
“Tak mungkin kamu tidak mengenali suamimu sendiri meskipun hanya tampak samping, ‘kan?” tutur Iko meyakinkan. Ega terdiam. Tatapan matanya tertuju pada rangkaian bunga yang ada dalam genggaman laki- laki itu. Bunga mawar putih berbentuk hati, sama persis dengan diberikan Evan padanya beberapa waktu lalu. Kerongkongan Ega tercekat, namun ia tak mau menunjukkan semua itu pada Iko. Ia tak ingin melibatkan orang lain dalam hubungan rumah tangganya, sekalipun itu sahabat dekatnya sendiri.
“Apa maksudmu menunjukkan foto ini padaku? Kamu ingin aku berpisah hanya karena foto ini?” sangkal Ega yang seketika membuat Iko berdecak sedikit kesal.
“Ayolah, Ga. Mengapa kamu selalu salah paham padaku? Aku hanya ingin kamu lebih berhati- hati dan mencari tahu. Atau sebenarnya kamu sudah tahu kebusukan hati suamimu, namun kamu memilih tutup mata?” timpal Iko dengan sedikit ketus. Ega menatap Iko lekat- lekat.
“Seumur hidup itu terlalu lama, Ga. Jangan sampai kamu berpura- pura bahagia hanya karena dia telah memberimu segalanya,” tutur Iko pada sahabatnya.
“Apapun yang terjadi dalam rumah tanggaku, itu sama sekali tak ada hubungannya denganmu. Meskipun kita sudah tak sedekat dulu, tapi sampai saat ini aku masih menghargai persahabatan kita, Ko. Jadi tolong, kali ini jangan melangkah terlalu jauh ke dalam kehidupan pribadiku,” ujar perempuan itu tegas.
“Waktumu sudah habis. Aku harus pulang,” tutup Ega sembari bergegas dan meninggalkan Iko sendirian. Laki- laki itu menggeleng tak mengerti, mengapa sahabatnya seolah sudah tutup mata dan dibutakan oleh cinta palsu suaminya.
“Mengapa kamu seolah menutup mata, Ga?” gumam laki-laki itu sembari menatap lekat punggung Ega yang semakin menjauh.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
borjun as
sabar ko,diam2 Ega juga lagi selidiki nih..pantau dari jauh aja ya biar persahabatan kalian tetap aman 😊
2023-09-28
0