Iko masih menyandarkan kepalanya pada washbak berwarna hitam yang ia duduki. Kepalanya menghadap ke atas, hingga kedua bola matanya sejajar dengan mata cokelat indah Ega yang sedari tadi tampak serius mengeringkan rambut laki- laki itu dengan handuk kering. Dua pasang bola mata itu sempat bertemu beberapa kali, namun Ega selalu berusaha memalingkan pandangannya. Laki- laki itu tak melepaskan pandangannya barang sedetikpun dari seraut wajah yang kini berjarak hanya sejengkal di atas wajahnya. Dari sorot mata laki- laki itu tergambar jelas bahwa ia begitu merindukan saat- saat Ega masih menjadi penata rambut yang khusus menangani dirinya. Sempat terpisah selama lima tahun setelah SMA karena Iko harus melanjutkan pendidikan musik di London dan Ega melanjutkan kuliahnya di jurusan manajemen bisnis, takdir akhirnya mempertemukan kembali mereka berdua dalam satu kesempatan di mana Ega mendapatkan kontrak eksklusif oleh agensi untuk menjadi penata rambut Iko. Pertemuan tanpa sengaja itu menjadikan dua sahabat yang lama terpisah jarak dan waktu kembali dekat dan akrab seperti dulu, hingga tiba masanya Ega menikah. Sang suami tetap mengijinkan Ega untuk menekuni pekerjaan sebagai penata rambut professional dengan syarat ia hanya boleh menangani artis wanita. Karena kecintaan Ega terhadap pekerjaan yang sejalan dengan passion nya itu, Ega menuruti keinginan sang suami untuk tidak lagi menangani klien lawan jenis. Keputusan yang secara tiba- tiba itulah yang membuat Iko merasa kehilangan hingga ia tak terima apabila harus menjaga jarak dengan sahabat yang ia temui kembali setelah sekian lama terpisah.
“Aku merindukan saat- saat seperti ini, Ga,” tutur Iko membuyarkan lamunannya sendiri. Seketika Ega menghentikan gerakan tangannya dan menatap dua bola mata Iko lekat- lekat. Perempuan itu tak mengeluarkan sepatah kata pun, lantas kembali menyelesaikan pekerjaannya.
“Terima kasih karena kamu masih mempedulikan keadaanku,” lanjut Iko. Ega tetap diam, tak bergeming.
“Sudah selesai. Pewarna itu sepertinya telanjur mengenai bagian permukaan tengkuk dan pelipismu. Pakaikan krim anti alergi jika gejalanya muncul. Kamu masih punya di rumah, ‘kan?” tutur Ega sembari melepas penutup leher yang sedari tadi tersemat di leher Iko. Laki- laki itu lantas beranjak dari duduknya dan kembali menatap Ega lekat- lekat. Perempuan itu membereskan semua peralatan pencuci rambut yang baru saja ia gunakan. Dalam ruangan itu kini hanya tertinggal mereka berdua, karena Ega meminta asisten Nathan menggantikan dirinya mengurus rambut Aluna dan mereka berdua telah lebih dahulu menuju ruang pemotretan untuk melakukan foto sesi pertama.
“Kamu bisa menuju ruang studio sekarang,” pinta Ega sembari beranjak menginggalkan Iko, namun laki laki itu justru menarik lengan Ega dan tiba- tiba memeluk perempuan itu dengan erat.
“Mengapa kamu tak juga mengerti kalau aku merasa sangat kehilangan, Ga?” ujar laki- laki itu sembari memeluk Ega dengan erat.
“Iko, apa- apaan ini? lepaskan aku!” Ega memberontak berusaha melepaskan pelukan itu, namun lengan Iko yang kuat semakin mencengkeramnya.
“Beri aku waktu untuk memelukmu kali ini saja. Kumohon,” laki- laki itu kembali memohon, dan kini Ega hanya bisa pasrah.
“Aku sudah tak punya tempat lagi untuk berkeluh kesah selepas kepergianmu, Ga. Aku benar- benar kehilangan. Maafkan aku jika terlalu egois, tapi aku benar- benar tak bisa jika kamu jauh dariku,” ujar laki- laki itu.
“Tolong lepaskan aku, kali ini sahabatmu yang memohon kepadamu,” ujar Ega tegas hingga membuat Iko melepaskan dekapannya.
“Hargailah Aluna sebagai kekasihmu, Ko. Hargai juga aku yang sudah menikah. Aku mengatakan ini padamu berulang kali, mengapa kamu tak juga mengerti?” tutur Ega.
“Tapi kamu tidak tahu bahwa aku dan Aluna …” kata- kata itu terputus manakala suara berisik Nathan dari luar ruangan terdengar semakin dekat.
“Astaga, ada kekacauan apa di sini? Mengapa warna rambutmu jadi seperti ini?” ucap laki- laki itu dengan suara sengaunya.
“Apa kamu tidak ingat kalau Iko alergi terhadap pewarna rambut merk ini?” Ega bertanya kepada rekannya yang gemulai itu.
“Ya ampun!? Maafkan aku ya Iko sayang, aku benar- benar tidak ingat. Tadi aku buru- buru karena agensi memanggilku untuk perubahan beberapa konsep,” ucap Nathan meminta maaf sembari segera menyiasati penampilan rambut Iko yang warnanya menjadi tak beraturan. Dalam hitungan menit, Nathan selesai membereskan semua kekacauan yang terjadi pada rambut Iko hingga kini laki- laki itu siap untuk melakukan pemotretan sesi pertama. Iko beranjak pergi ke ruang studio ditemani oleh Nathan, sementara Ega masih tertinggal di sana untuk membereskan semua peralatannya. Pelukan yang baru saja ia dapatkan dari laki- laki itu, membuatnya teringat kembali akan kenangan masa lalu. Persahabatan yang terjalin dengan sangat dekat hingga tanpa ia sadari bahwa mulai tumbuh rasa yang lain dalam dirinya terhadap laki- laki itu, namun ia mengabaikannya karena ia merasa persahabatannya akan berakhir jika ia tetap membiarkan rasa itu tumbuh. Sebisa mungkin Ega menghentikan perasaan itu hingga mereka terpisah jarak dan waktu, namun pertemuan keduanya justru membuka kenangan itu kembali. Hingga kini, Ega menyadari bahwa sepertinya laki- laki itu secara diam- diam memiliki rasa yang sama padanya, namun semuanya terlambat karena keduanya telah memiliki pasangan masing- masing.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
anggita
ikut ng👍like aja, smoga sukses novelnya.
2023-09-28
1