BAB 3: PANGGILAN TENGAH MALAM

Perempuan itu bergegas pulang, namun lagi- lagi Aluna menahannya.

“Tunggu dulu, Kak Ega! Boleh aku minta tolong?” tanya Aluna pada perempuan itu.

“Ya?” jawab Ega singkat.

“Bisakah kakak membenahi tatanan rambutku lagi? Aku mau mengisi acara ulang tahun temanku,” pinta gadis cantik berkulit putih itu pada Ega. Penata rambut itu melongok ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, dan waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

“Selarut ini?” tanya Ega sedikit tak tega karena gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu masih harus bernyanyi setelah selesai acara.

“Ini ulang tahun temanku kak, aku nggak enak kalau sampai nggak datang,” pungkas gadis itu. Mereka berdua lantas kembali memasuki ruang rias, dan Ega harus  kembali mengeluarkan beberapa peralatan yang sudah ia simpan untuk menata rambut gadis cantik itu.

“Aku ingin tatanan rambut seperti punya kak Ega yang ini,” ujar gadis itu sembari menunjukkan foto Ega bersama sang suami yang ia unggah di media sosial. Foto itu adalah foto saat pertunangan mereka. Gadis itu benar- benar mengidolakan sosok Ega, kakak kelas yang selalu melindunginya sewaktu ia diganggu oleh teman- temannya.

“Kamu aneh,” ujar Ega sembari terkekeh kecil.

“Aneh? Kenapa?” tanya Aluna tak mengerti. Ega mulai membelai rambut indah gadis itu, dan menatanya seperti yang diinginkan oleh Aluna.

“Kamu yang jadi idola, tapi malah mengidolakan aku,” lanjut Ega sembari menarik perlahan geraian rambut Aluna dengan hair curler yang telah memanas. Gadis cantik itu tersenyum tipis seraya melirik Ega dari cermin yang ada di hadapannya.

“Kak Iko …” ujarnya terputus, “Aku merasa Kak Iko melihat kakak dengan cara berbeda,” lanjut gadis itu yang seketika membuat Ega menghentikan tangannya. Aluna tertunduk kemudian Ega perlahan mengangkat dagu gadis cantik itu hingga ia melihat bayangan dirinya di dalam cermin.

“Jadi karena itu kamu selalu ingin berpenampilan sepertiku?” tanya Ega pada gadis itu. Aluna terdiam sembari kembali menatap Ega dari cermin.

“Lihat dirimu di sana, Al. Kamu cantik. Kamu bersinar. Kamulah sang idola. Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri,” tutur Ega pada gadis itu.

“Tapi …,” sanggah gadis itu berusaha membantah, yang seketika membuat Ega memutar kursi Aluna perlahan menghadapnya.

“Dengar aku. Iko, dia sangat mencintaimu. Aku yakin itu. Mungkin kamu menganggap dia melihatku secara berbeda, karena aku sempat bekerja padanya sehingga hubungan kami cukup dekat. Tapi percayalah, semua itu hanya hubungan kerja semata, tidak lebih. Mungkin dia belum terbiasa karena sekarang aku sudah tidak menanganinya lagi. Jangan berpikir berlebihan,okey?” pinta Ega berusaha menenangkan gadis yang mulai kehilangan kepercayaan diri itu. Gadis itu hanya terdiam, tak bergeming.

“Aku tak masalah jika kamu ingin meniru apapun sepertiku, asalkan itu membuatmu nyaman. Karena aku tahu pada akhirnya kamulah sang bintang. Kamu yang bersinar di antara ribuan cahaya. Kamu harus selalu percaya diri, mengerti?” Ega kembali berusaha memupuk kepercayaan diri gadis itu. Aluna hanya mengangguk kecil sembari tersenyum tipis dan memeluk Ega.

“Sekarang pergilah, sebelum terlalu larut. Iko mengantarmu, kan?” tanya Ega pada gadis itu.

“Kak Iko? Ah tidak, malam ini temanku akan menjemputku,” tutup Aluna sembari mengucapkan terima kasih dan berpamitan pada Ega.

...***...

Perempuan itu membenamkan tubuhnya di balik selimut tebal. Pekerjaan hari ini membuat seluruh tubuhnya terasa berat. Ditengoknya penanda waktu yang ada di ponselnya, dan angka menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Ega mulai khawatir karena sang suami tak kunjung pulang. Segera perempuan itu mencari nomor sang suami dan menghubunginya.

“Hun, masih lembur?” tanya perempuan itu pada sang suami setelah panggilannya terjawab.

“Iya, Sayang. Aku pulang terlambat. Mungkin satu jam lagi karena semua laporan harus dikirim sebelum jam dua belas . Kamu istirahat saja dulu, okey?” pinta suara di seberang.

“Hm,” jawab Ega singkat sebelum mengakhiri panggilan itu. Perempuan itu kembali meletakkan ponsel dan memiringkan tubuhnya ke kanan. Tatapan matanya terfokus pada lampu tidur yang bersinar meremang. Pikirannya kembali dikuasai oleh bayang- bayang kenangannya bersama Iko, sahabat putih abu- abu nya. Pertemuannya dengan Iko hari ini cukup menggagalkan usahanya untuk menjauh dari laki- laki itu.

“Maafkan aku, Ko,” lirih Ega sembari berusaha memejamkan matanya yang mulai berat.

Tak berapa lama ia tertidur lelap, suara langkah kaki perlahan memasuki kamar luas dengan cahaya lampu temaram itu. Seorang laki- laki dengan setelan kemeja putih dan celana khaki berjalan mendekati Ega yang tengah tertidur. Jas yang mengalung di lengan kanannya ia letakkan begitu saja di atas sofa yang terletak di salah satu sisi kamar itu. Laki- laki itu membelai lembut kening perempuan yang tengah terbaring pulas di atas ranjang, lantas perlahan mengecup keningnya. Kecupan yang justru membuat Ega kembali terbangun.

“Kamu sudah pulang?” tanya Ega dengan suara yang sudah mulai serak. Laki- laki itu mengangguk sembari tersenyum simpul menatap wajah mengantuk yang ada di hadapannya.

“Tidurlah, Sayang.” Pinta laki- laki itu seraya mengecup tipis bibir istrinya.

“Mau kubuatkan sesuatu?” tawar Ega pada suaminya. Laki- laki itu menggeleng.

“Tidak usah, lanjutkan tidurmu. Aku akan mandi dan beristirahat,” jawab laki- laki itu lembut sembari beranjak ke kama mandi. Ega yang setengah tersadar akhirnya memilih untuk kembali terlelap karena kantuk yang tak tertahan. Namun baru beberapa saat ia kembali terlelap, dering ponsel pintarnya membuat perempuan itu kembali terjaga. Dengan malas ia raih ponsel itu untuk memastikan siapa yang tengah menghubunginya malam- malam begini. Beberapa saat ia mengerjapkan mata karena rasa pedih terkena terpaan sinar layar, namun seketika matanya terbelalak begitu mengetahui siapa yang menghubunginya.

“Iko?” bisiknya terkejut. “Berani sekali dia menghubungiku malam- malam begini?” batin Ega sembari celingukan memastikan suaminya tak mendengarkan dering ponsel tersebut.

“Siapa yang telepon malam- malam begini, Yang?” tanya Evan yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Ah, ini … ehm,” Ega seketika terbata berusaha menjawab. Evan menatap lembut menunggu jawaban dari sang istri yang terlihat panik.

“Sarah, make up artist. Pasti ada barangnya yang tertinggal karena aku yang terakhir membereskannya,” Ega membohongi sang suami untuk menghindari perselisihan yang tak ia inginkan. Laki- laki itu tersenyum hangat, “Kenapa nggak diangkat?” pertanyaan yang muncul justru membuat Ega terlihat semakin kebingungan, sementara ponselnya masih terus saja berdering. Tanpa diduga Evan meraih ponsel itu dan seketika raut wajahnya berubah begitu mengetahui siapa yang tengah menghubungi istrinya. Laki- laki itu menatap Ega dengan tatapan yang sedikit kecewa. Diangkatnya panggilan itu, namun terputus sebelum ia sempat menyapa.

“Hun, aku bisa jelasin,” ujar perempuan itu sembari beranjak dari rebahnya dan berjalan menghampiri sang suami yang masih memegang ponselnya. Sorot mata laki- laki itu mengisyaratkan kekecewaan yang seketika membuat Ega diliputi rasa bersalah.

“Aku, aku tidak tahu kenapa dia menghubungiku malam- malam begini. Aku-

“Kenapa kamu harus berbohong, Yang?” tanya Evan dengan nada tegas. Seketika Ega meraih lengan laki- laki yang masih mematung di hadapannya itu.

“Hun aku minta maaf. Aku salah karena terpakasa berbohong. Aku hanya tidak ingin ada kesalahpahaman di antara kita tengah malam begini,” tutur Ega penuh penyesalan. Belum selesai pasangan suami- istri itu berselisih paham, ponsel Ega yang masih ada dalam genggaman Evan kembali berdering, dari penelepon yang sama. Ega menghela napas, berusaha membebaskan sesaknya. Sementara sang suami menatapnya tajam, sembari menyodorkan ponsel itu padanya.

“Angkat. Aku ingin dengar apa yang kalian bicarakan,” pinta Evan mencoba menahan emosi. Ega menggelengkan kepala perlahan menolak permintaan sang suami.

“Nggak, Hun. Kamu saja yang bicara padanya agar tak menghubungiku lagi,” tolaknya halus, meyakinkan sang suami bahwa memang tidak ada apa- apa antara dirinya dan Iko. Laki- laki itu lantas mengusap ke atas tombol penerima panggilan dalam layar tersebut dan mengencangkan pengeras suaranya.

“Halo?”

...***...

 

Episodes
1 BAB 1: THE HAIRSTYLIST
2 BAB 2: SYAIR, GITAR, DAN JANJI
3 BAB 3: PANGGILAN TENGAH MALAM
4 BAB 4: PERSELISIHAN
5 BAB 5: KEJUTAN
6 BAB 6: PEWARNA RAMBUT
7 BAB 7: RASA YANG TERLAMBAT
8 BAB 8: THE FLORIST
9 BAB 9: MAWAR PUTIH BERBENTUK HATI
10 BAB 10: BUNGA YANG SAMA
11 BAB 11: LITTLE PRINCESS
12 BAB 12: SATU BUKTI YANG DITUNJUKKAN
13 BAB 13: PETUNJUK
14 BAB 14: THE FIVE HUNTERS
15 BAB 15: SPECIAL INVITATION
16 BAB 16: RASA YANG SAMA
17 BAB 17: TELISIK
18 BAB 18: TEKA TEKI
19 BAB 19: PERSEKONGKOLAN
20 BAB 20: MISTERI ANGKA YANG TERKUAK (REVISI PLOT)
21 BAB 21: DIALAH LITTLE PRINCESS!
22 BAB 22: HANCUR
23 BAB 23: AKU AKAN MELINDUNGIMU
24 BAB 24: AWAL KEHANCURAN EVAN
25 BAB 25: TAMPARAN KERAS
26 BAB 26: SURAT TAK TERDUGA UNTUK EVAN
27 BAB 27: SLEEP CALL
28 BAB 28: KONFERENSI PERS
29 BAB 29: KEHANCURAN ALUNA
30 BAB 30: THE QUEEN CARD
31 BAB 31: AKU YANG LEMAH SAAT DI DEKATMU
32 BAB 32: KETOK PALU
33 BAB 33: WELCOME TO LA LEMONADA, MRS. CEO!
34 BAB 34: KENANGAN MASA LALU
35 BAB 35: SUARA HATI YANG DIDENGAR SEMESTA
36 BAB 36: SATU PERMINTAAN PADA TUHAN
37 BAB 37: FRIENDSHIP MISSION
38 BAB 38: MISI YANG GAGAL
39 BAB 39: MALAM PENGHARGAAN
40 BAB 40: KATA YANG TERULANG
41 BAB 41: MEMBUKA HATI
42 BAB 42: HUBUNGAN RAHASIA
43 BAB 43: GELANG MANIK
44 BAB 44: FIRST DINNER
45 BAB 45: TEROR
46 BAB 46: MENIKAH?!
47 BAB 47: TRAUMA
48 BAB 48: KEKHAWATIRAN DUA LELAKI
49 BAB 49: THE GUARDIAN ANGEL
50 BAB 50: PERMINTAAN PAPA
51 BAB 51: RUMAH PENUH KENANGAN
52 BAB 52: CINTA SEORANG LAKI- LAKI
53 BAB 53: TERHALANG RESTU
54 BAB 54: PELAKU TEROR MISTERIUS
55 BAB 55: HANYA HARI INI
56 BAB 56: IJINKAN SAYA MEMINANG PUTRI ANDA
57 BAB 57: SYARAT
58 BAB 58: AKHIR YANG INDAH (END)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
BAB 1: THE HAIRSTYLIST
2
BAB 2: SYAIR, GITAR, DAN JANJI
3
BAB 3: PANGGILAN TENGAH MALAM
4
BAB 4: PERSELISIHAN
5
BAB 5: KEJUTAN
6
BAB 6: PEWARNA RAMBUT
7
BAB 7: RASA YANG TERLAMBAT
8
BAB 8: THE FLORIST
9
BAB 9: MAWAR PUTIH BERBENTUK HATI
10
BAB 10: BUNGA YANG SAMA
11
BAB 11: LITTLE PRINCESS
12
BAB 12: SATU BUKTI YANG DITUNJUKKAN
13
BAB 13: PETUNJUK
14
BAB 14: THE FIVE HUNTERS
15
BAB 15: SPECIAL INVITATION
16
BAB 16: RASA YANG SAMA
17
BAB 17: TELISIK
18
BAB 18: TEKA TEKI
19
BAB 19: PERSEKONGKOLAN
20
BAB 20: MISTERI ANGKA YANG TERKUAK (REVISI PLOT)
21
BAB 21: DIALAH LITTLE PRINCESS!
22
BAB 22: HANCUR
23
BAB 23: AKU AKAN MELINDUNGIMU
24
BAB 24: AWAL KEHANCURAN EVAN
25
BAB 25: TAMPARAN KERAS
26
BAB 26: SURAT TAK TERDUGA UNTUK EVAN
27
BAB 27: SLEEP CALL
28
BAB 28: KONFERENSI PERS
29
BAB 29: KEHANCURAN ALUNA
30
BAB 30: THE QUEEN CARD
31
BAB 31: AKU YANG LEMAH SAAT DI DEKATMU
32
BAB 32: KETOK PALU
33
BAB 33: WELCOME TO LA LEMONADA, MRS. CEO!
34
BAB 34: KENANGAN MASA LALU
35
BAB 35: SUARA HATI YANG DIDENGAR SEMESTA
36
BAB 36: SATU PERMINTAAN PADA TUHAN
37
BAB 37: FRIENDSHIP MISSION
38
BAB 38: MISI YANG GAGAL
39
BAB 39: MALAM PENGHARGAAN
40
BAB 40: KATA YANG TERULANG
41
BAB 41: MEMBUKA HATI
42
BAB 42: HUBUNGAN RAHASIA
43
BAB 43: GELANG MANIK
44
BAB 44: FIRST DINNER
45
BAB 45: TEROR
46
BAB 46: MENIKAH?!
47
BAB 47: TRAUMA
48
BAB 48: KEKHAWATIRAN DUA LELAKI
49
BAB 49: THE GUARDIAN ANGEL
50
BAB 50: PERMINTAAN PAPA
51
BAB 51: RUMAH PENUH KENANGAN
52
BAB 52: CINTA SEORANG LAKI- LAKI
53
BAB 53: TERHALANG RESTU
54
BAB 54: PELAKU TEROR MISTERIUS
55
BAB 55: HANYA HARI INI
56
BAB 56: IJINKAN SAYA MEMINANG PUTRI ANDA
57
BAB 57: SYARAT
58
BAB 58: AKHIR YANG INDAH (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!