Sore hari sebelum acara peluncuran koleksi terbaru perhiasan Tony& Co. yang akan diadakan di salah satu hall di Grand Hotel. Iko yang sengaja membuka kembali akun Little Princess, menemukan sajak yang baru saja terunggah pagi hari.
Apa arti kemilau sinar itu
Jika tuan tak dapat membalas rindu
Bukan berlian, bukan permata
Gadismu hanya ingin engkau saja
Datanglah, Tuan.
Bawakan aku cinta putih itu.
7-18-1-14-4 8-15-20-5-12 806
“Sajak ini terunggah tadi pagi. Itu berarti ...,” gumam Iko. Manik matanya seketika membesar lantaran teringat sesuatu. Bunga mawar putih berbentuk hati. Seperti unggahan yang ia telisik sebelumnya, syair yang terunggah pagi hari, akan selalu diikuti unggahan bunga mawar putih pada sore harinya. Dengan cekatan Iko membuka akun bisnis media sosial penjual bunga itu, namun ia dapati bunga mawar putih belum terunggah di sana. Merasa tak yakin, Iko menyegarkan laman itu sekali lagi. Nihil. Mawar putih berbentuk hati belum juga terunggah. Merasa ingin menantang diri untuk membenarkan benang merah yang ia simpulkan, laki- laki itu bergegas menuju alamat toko bunga itu, memastikan apakah ada seseorang yang memesan rangkaian bunga mawar putih berbentuk hati. Sore berganti malam, hingga cukup jengah laki- laki itu menunggu di dalam mobil tak jauh dari toko bunga itu, mengamati satu- per satu pelanggan yang keluar dari sana. Hingga akhirnya ia dapati seorang perempuan dengan gaun berwarna merah marun keluar dengan membawa rangkaian mawar putih berbentuk hati. Entah keyakinan apa yang membuat Iko tergerak, laki- laki itu lantas mengikuti ke mana perempuan itu pergi, hingga akhirnya mobil itu berbelok di Grand Hotel. Anehnya, perempuan itu meninggalkan rangkaian mawar putihnya di dalam mobil. “Benarkah dia Little Princess? Siapa sebenarnya perempuan itu?
...***...
Telapak tangan Ega mengepal menahan amarah begitu mengetahui suaminya datang bersama sahabatnya sendiri, Amora. Dadanya terasa sesak hingga mendorong cairan bening pada kedua pelupuk matanya menetes perlahan. Giginya mengerat, wajahnya memerah padam. ‘Amora, berani sekali kamu melakukan hal ini padaku?’ batin Ega sembari mengusap bulir air mata yang masih mengalir. Sebisa mungkin perempuan itu menenangkan diri agar tidak memancing pertanyaan pada tamu undangan lain yang duduk di dekatnya. Perlahan perempuan itu berpindah tempat, sedikit lebih dekat dengan di mana sang suami dan Amora duduk. Dengan tangan yang masih gemetar, Ega mengambil gambar mereka berdua, sebagai barang bukti atas kecurangan yang entah sejak kapan mereka tutupi darinya. Merasa cukup dengan barang bukti yang ia dapatkan, perempuan itu lantas beranjak pergi meninggalkan hall dengan suasana hati yang berkecamuk.
Ega melangkah lebar berjalan keluar menyusuri koridor lantai satu Grand Hotel tempat di mana acara peluncuran itu berlangsung. Air matanya masih mengalir deras karena kenyataan pahit yang menimpa dirinya. Perempuan itu tidak pernah menyangka ternyata suami yang ia yakini begitu mencintainya dengan tulus hingga membuat dirinya selalu merasa bersalah, justru bermain hati dengan rekan sekantor sekaligus sahabatnya sendiri. Ungkapan cinta yang selalu ia terima, rangkaian bunga, perhiasan, dan semua yang pernah Evan berikan. Kesemuanya hanyalah kepalsuan untuk menutupi penghkianatan yang entah sejak kapan ia lakukan. Dan Amora, sahabat yang menjadi saksi perjalanan cinta antara Ega dan Evan semenjak duduk di bangku kuliah, dengan sadar dan tega menikam dirinya dari belakang hingga sesakit ini. ‘Apakah mereka semua mengetahui pengkhianatan ini dan terang- terangan menyembunyikannya padaku?’ tuturnya dalam hati. Perempuan itu mulai menaruh curiga pada The Five Hunters, karena hanya dirinya yang tak lagi bergabung dengan para founder sekaligus sahabatnya itu. Seketika Ega teringat pada masa di mana bisnis yang mereka bangun tengah berada di ambang kehancuran karena dampak pandemi, namun ia yang tak tega dengan nasib teman- temannya, meminta bantuan sang papa untuk menyelamatkan bisnis rintisan mereka yang hampir gulung tikar. Dengan senang hati pula Ega memilih hengkang dari kelima anggota The Five Hunters dan memilih menggeluti passion nya di bidang tata rambut, agar Evan dan para sahabatnya tidak merasa berhutang budi atas jasa Ega dan papanya sehingga mereka tetap dapat menjalankan bisnis itu dengan penuh percaya diri. Namun apa yang ia dapatkan sekarang? Pengkhianatan dan penghinaan yang begitu menampar harga dirinya. Perempuan bermata cokelat itu tak akan tinggal diam. Dia tak akan memaafkan semua orang yang tengah membangunkan singa yang selama ini ia tidurkan dalam dirinya.
...***...
Dari sisi lain koridor The Grand Hotel, Iko yang sedari tadi membuntuti perempuan bergaun marun, tanpa sengaja melihat Ega yang tengah berjalan keluar dengan langkah yang lebar. Sesekali ia dapati perempuan cantik itu tampak menyeka air matanya. Emosi laki- laki itu seketika naik begitu mendapati sahabatnya berderai air mata. “Jadi Ega juga ada di sini? Apakah Ega sudah mengetahui tentang perempuan bergaun merah itu? Laki- laki bedebah itu memang harus diberi pelajaran!” gerutunya seraya mengepalkan kedua telapak tangan hingga tampak guratan ototnya yang kekar. Tak berapa lama, para undangan yang menghadiri acara peluncuran itu mulai meninggalkan hotel satu per satu, termasuk Evan dan Amora. Melihat laki- laki yang amat dibencinya itu keluar ruangan bersama seorang perempuan bergaun marun yang sedari tadi dibuntutinya, seketika membuat Iko ingin segera memberinya pelajaran. Namun tempat itu masih terlalu ramai sehingga sang idola itu akhirnya memutuskan untuk berdiri di tempat yang luput dari pandangan, namun masih dapat mengamati Evan dengan jelas. Rasa penasarannya kembali mencuat manakala perempuan yang ia yakini sebagai Little Princess terlihat pergi meninggalkan Evan selama beberapa saat dan kembali dengan membawa rangkaian bunga mawar putih berbentuk hati lantas ia serahkan pada Evan. Perempuan itu kemudian bergegas pergi meninggalkan hotel, namun Evan justru kembali berjalan menyusuri koridor dengan membawa rangkaian bunga. “Jadi perempuan itu bukan Little Princess? Mau ke mana laki- laki bedebah tak berguna itu pergi?” gumamnya penuh kesal. Rasa penasaran Iko kembali menguasai, hingga ia urungkan keinginannya untuk menghajar laki- laki yang telah membuat sahabatnya menangis. Dengan hati- hati Iko berjalan sedikit mengendap mengikuti Evan, hingga ia dapati laki- laki itu terhenti pada satu kamar dengan nomor 806. Dari kejauhan, tampak seorang perempuan membukakan pintu dan menyambut kehadiran Evan dengan pelukan. Sayangnya, Iko tak dapat melihat dengan jelas wajah perempuan itu karena tertutup rangkaian bunga mawar putih berbentuk hati yang disodorkan Evan. Tak kehabisan akal, Iko segera mengambil gambar mereka berdua dari kejauhan. Rasa penasaran Iko semakin tinggi, hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan hotel itu sebelum keberadaannya diketahui. “Siapa sebenarnya Little Princess itu?”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
borjun as
susah nebaknya ya ko..kok kayaknya Evan itu seakan tahu kalau Ega sdh mulai curiga
2023-10-02
1