Perempuan cantik bermata cokelat itu menurunkan secangkir kopi dan beberapa potong biskuit gandum di atas meja, lantas duduk mendekati laki- laki yang tampak serius menyaksikan tayangan film pada layar lebar yang menempel di dinding. Home cinema dengan dominasi cat warna hitam itu telah dilengkapi sound system kualitas terbaik dan peredam suara di seluruh sisi sehingga gelegar suaranya tak akan terdengar dari luar ruangan. Laki- laki itu mengucapkan terima kasih dan mengecup kening perempuan yang kini duduk di sampingnya sembari mengunyah sepotong biskuit gandum yang disuguhkan padanya.
“Apa sebenarnya tujuanmu datang ke kantor hari ini, Sayang? Apakah Papa memintamu untuk berkunjung?” tanya laki- laki itu pada perempuan yang duduk di sampingnya.
“Nggak, Hun. Aku benar- benar bosan hari ini karena tidak ada jadwal artis yang manggung, jadi aku memutuskan untuk berkunjung ke kantor,” pungkas perempuan itu pada suaminya. “Kamu nggak suka kalau aku tiba- tiba datang?” tanya perempuan itu.
“Aku suka. Tidak jadi masalah buatku. Lagipula, bukankah seharusnya kamu memang berhenti menjadi hairstylist dan membantuku menjalankan bisnis itu sesuai dengan keinginan Papa?” ujar laki- laki itu dengan tenang, namun Ega yakin bahwa suaminya sedang berusaha menutupi sesuatu.
“Entahlah. Aku belum membicarakan ini lagi dengan Papa,” jawab perempuan itu singkat.
“Aku mau tidur dulu ya, Hun. Aku mengantuk,” lanjutnya sembari beranjak pergi, namun laki- laki itu menahan lengannya.
“Tidurlah di sini, nanti aku akan menggendongmu ke kamar jika filmnya sudah selesai,” pinta laki- laki itu pada Ega. Perempuan itu menuruti perkataan sang suami, meskipun dalam hatinya mulai merasa tak nyaman atas perilakunya. Perlahan Ega menyandarkan kepalanya ke pangkuan sang suami, dan laki- laki itu mengelus kepalanya dengan lembut. Kedua bola mata indah Ega terpejam, namun pikiran dan hatinya masih tertuju pada Little Princess. ‘Puteri kecil? Seketika Ega teringat dengan perawakan Amora yang memang tak terlalu tinggi, namun tak dipungkiri bahwa perempuan itu sangat cantik. Bunga mawar berbentuk hati? Bukankah lambang itu menandakan cinta? Dan … Amora!? Bukankah nama itu memiliki arti …?’ seketika Ega membuka matanya karena pikirannya sontak membuatnya terhenyak.
“Hun, aku tidak bisa tidur di sini. Aku pindah ke kamar saja,” pungkas Ega sembari beranjak meninggalkan Evan yang sedikit terkejut.
...***...
Di dalam sebuah ruangan yang hampir keseluruhan sisinya dipenuhi dengan lemari kaca berisi koleksi action figure tokoh Marvell dari semua seri. Iko tampak serius dengan layar ponsel pintarnya. Laki- laki itu masih tetap melakukan hal yang sama, mencari informasi mengenai akun dengan nama Little Princess. Dibukanya laman akun yang berisi barisan sajak dan deretan angka misterius itu, lantas pada laman yang lain ia membuka akun toko bunga milik Tasya . Laki- laki itu masih berusaha menarik benang merah dari kedua akun yang ia yakini saling berhubungan, berharap menemukan informasi penting dari sana. Sorot matanya yang tajam mulai menelisik, dan tak berapa lama manik matanya melebar manakala ia menyadari sesuatu. Barisan syair indah dengan angka misterius itu, selalu diunggah di hari yang sama dengan hari di mana foto rangkaian bunga mawar putih berbentuk hati itu diunggah oleh penjualnya. Bedanya, barisan sajak indah itu selalu terunggah pada pagi hari, sedangkan toko bunga itu menandai nama akun Little Princess pada sore harinya. Dari keduapuluh unggahan bunga mawar putih berbentuk hati itu, sembilan belas unggahan benar- benar menandai nama akun Little Princess di hari yang sama dengan tanggal barisan sajak itu ter unggah. Hanya satu postingan rangkaian bunga mawar putih berbentuk hati yang menandai akun Evan, yaitu postingan terakhir beberapa hari yang lalu. Iko kembali membuka laman lain dari kumpulan unggahan sajak indah itu, dan ia mendapati satu puisi yang diunggah selisih tepat satu hari setelah unggahan bunga mawar yang menandai akun Evan. Isi dari sajak itu sedikit berbeda, namun Iko tetap menemukan barisan angka acak pada bagian akhirnya.
Salahkah aku bila membenci?
Seharusnya cinta itu untukku
Seharusnya kau datang padaku
Tapi semesta berkehendak lain
Dan aku yang harus menunggu
Wahai cahaya bulan,
Sirami aku dengan terangmu
Yakinkan aku malam ini
Bahwa jiwa ragamu hanya milikku.
18-15-25-1-12. 16-1-12-1-3-5 905
‘Syair ini terlihat seperti ungkapan kekecewaan,’ batin Iko. Diraihnya sebuah bando kecil berwarna hitam dan disematkannya di atas kepala untuk menyibakkan helaian comma hair nya yang mulai berantakan. Benarkah Little Princess kecewa karena rangkaian bunga mawar putih itu tak sampai di tangannya? Iko kembali mencuatkan spekulasi nya atas teori- teori yang ia rakit sendiri. Entah benar atau tidak, namun keyakinannya semakin bertambah mengenai hubungan tersembunyi antara Little Princess dan suami sahabatnya itu.
...***...
Ega menyelinap masuk ke ruang kerja Evan begitu mendapati suaminya ketiduran di dalam home cinema. Dibukanya laptop sang suami yang sedari tadi tersimpan di dalam tas kerja, dan dengan cekatan ia tampak berusaha menemukan sesuatu. Jemarinya terdengar mengetuk- ngetuk permukaan meja seolah hal itu mampu mempercepat laju nyala laptop yang yang tengah ia nyalakan. Selang beberapa saat, layar monitor laptop itu menyala dan ia dapati kolom obrolan suaminya yang tertaut dengan ponsel pintar masih terbuka. Seketika degup jantung Ega berdebar, antara harus membuka kolom obrolan itu atau tidak. Dengan sedikit ragu akhirnya Ega membuka kolom obrolan itu, namun ia tak menemui pembicaraan apapun yang mencurigakan bahkan sampai baris paling akhir. Semuanya hanya pembicaraan mengenai bisnis. ‘Mungkinkah Evan sudah menghapus semuanya untuk menghilangkan jejak?’ batin Ega. Dalam kekalutan pikirannya, satu notifikasi surat elektronik tiba- tiba masuk pada akun surel Evan. Sekilas dari tampilan notifikasi itu berisi tentang ucapan selamat atas konfirmasi kehadiran. ‘Apa ini?’ gumam Ega dipenuhi rasa ingin tahu yang akhirnya membuat perempuan bermata cokelat itu memutuskan untuk membuka surel suaminya. Ia membiarkan pesan elektronik yang baru saja masuk itu dan tak membukanya karena ia tahu suaminya pasti akan curiga. Ditelusurinya surat elektronik yang masuk sebelumnya, dan dada perempuan itu kembali terasa sesak manakala mendapati beberapa surat elektronik berasal dari salah satu toko perhiasan ternama tanah air yang ada di Jakarta. Ega membuka salah satu pesan yang berada tepat di bawah surel yang baru saja masuk, dan ia kembali terkejut dengan isinya.
Tony& Co. Jewelry
SPECIAL INVITATION
Kepada Pelanggan Setia,
Terima kasih karena selalu menjadi yang pertama membeli koleksi perhiasan terbaru kami. Dengan segala rasa hormat, kami mengundang anda dan pasangan tercinta anda untuk menghadiri peluncuran koleksi terbaru kami. Silakan mengisi konfirmasi kehadiran pada tautan di bawah ini, dan ajak pasangan tercinta anda.
Kami menunggu kehadiran anda.
Ega membekap mulutnya seakan tak percaya. Selama ini Ega memang kerap kali menerima hadiah perhiasan dari Evan, namun ia yakin betul bukan dari toko itu. ‘Untuk siapa Evan membeli perhiasan- perhiasan itu? Dan pesan masuk berisi konfirmasi kehadiran ini? Dengan siapa Evan akan pergi? Benarkah ia akan pergi dengan Little Princess? Benarkah Little Princess dan Amora adalah orang yang sama?' dada Ega kembali sesak begitu mendapati kenyataan demi kenyataan yang mulai membuka tabir permainan suaminya. Air matanya mulai menetes lantaran sakit yang ia rasakan di dalam dada.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
borjun as
ayo ga jangan lemah,semoga itu menjadi sebuah petunjuk siapa little prince nya si evan
2023-09-29
1