Sambungan telepon itu kembali terputus sebelum Evan mendengar suara seseorang yang tersambung di seberang sana. Evan kembali menatap Ega dengan kecewa. Laki- laki itu lantas menyerahkan ponsel pintar Ega kemudian melangkah pergi menuju ruang kerjanya.
“Hun! Hunny tunggu!” panggil Ega sembari berlari mengejar suaminya yang beranjak pergi. Perselisihan itu akhirnya tak terhindarkan juga, meskipun Ega harus berbohong untuk mencegahnya.
“Hunny, please! Dengarkan penjelasanku,” pinta Ega sembari meraih lengan suaminya. Langkah laki- laki itu terhenti, lantas ia berbalik menatap istrinya. Hening, hanya terdengar napas Ega yang sedikit terengah- engah.
“Sayang, kamu tahu ‘kan aku tidak bisa terlalu lama marah padamu. Tapi bukan berarti seperti ini,” ujar laki- laki itu. Nadanya tegas, namun ia tak meninggikan suaranya. Seketika Ega memeluk suaminya erat dengan penuh penyesalan karena merasa bersalah telah melukai hatinya. Laki- laki itu memang tak pernah berkata kasar, main tangan, bahkan meninggikan suaranya saat marah atau kecewa. Hal itulah yang membuat Ega begitu hati- hati dalam menjaga sikapnya. Karena hal itu juga, Ega memilih untuk mengakhiri kontrak kerja menjadi hairstylist yang khusus menangani Iko, sahabatnya sejak masa SMA. Ia lebih memilih untuk menjaga jarak demi menghargai perasaan suaminya itu.
“Hun aku benar- benar minta maaf. Sejak kita menikah, aku sudah tidak menangani Iko lagi, kamu tahu itu kan? Hanya saja hari ini, aku juga tidak tahu mengapa dia menghubungiku,” Ega memohon pengertian pada suaminya. Laki- laki itu melepas pelukannya perlahan, mengapit kedua pipi istrinya seraya menatapnya lekat- lekat.
“Aku percaya padamu, Sayang. Aku kecewa bukan karena Iko menghubungimu, tapi karena menyayangkan sikapmu yang harus berbohong padaku,” tegas Evan.
“Aku mengerti. Aku hanya bermaksud menghindari perselisihan di antara kita. Namun yang terjadi justru sebaliknya,” sesal perempuan itu. Bola mata cokelatnya berkaca- kaca menatap lekat sang suami.
“Jangan kamu ulangi lagi, okey?” pinta laki- laki itu yang seketika dijawab dengan anggukan kepala oleh Ega. Laki- laki itumengecup istrinya lembut, lantas kembali memeluknya erat.
“Terima kasih telah percaya padaku, Hun.”
...***
...
Ega melesatkan mobilnya menuju Tennis Indoor Senayan, Jakarta. Hari ini, seluruh finalis ajang pencarian bakat dari agensi tempat Ega bekerja akan mengisi acara konser promosi yang diadakan oleh agensi, bekerja sama dengan salah satu penyelenggara acara ternama di Jakarta. Tak seperti biasanya, suasana hati perempuan itu sedang tidak bagus karena kesalahpahaman yang harus ia alami dengan suaminya semalam akibat panggilan telepon dari Iko. Perempuan itu tampak bergegas menuju ruang tata rias wanita untuk segera menangani beberapa idola yang akan tampil hari ini, termasuk Aluna. Dengan cekatan sang hairstylist menata rambut- rambut indah para idola sesuai dengan yang mereka inginkan.
“Kak Ega kenapa?” tanya Aluna penasaran karena mendapati raut muka Ega yang tak setenang biasanya.
“Aku tidak apa- apa,” jawabnya singkat sembari tetap menyelesaikan tatanan rambut Aluna. Perempuan itu hendak meminta penjelasan pada Iko tentang mengapa ia menghubunginya semalam.
“Kamu tampil jam berapa?” tanya Ega pada Aluna.
“Dua puluh menit lagi, Kak. Ada apa?” tanya Aluna padanya. Perempuan itu menggeleng.
“Ada yang kurang?” tanya Ega kembali setelah menyelesaikan tatanan rambut Aluna.
“Seperti biasa. Sempurna, Kak. Terima kasih! Aku mau ke kamar kecil dulu,” ujar Aluna sembari meninggalkan Ega menuju kamar kecil. Penata rambut itu lantas segera berjalan keluar ruangan untuk menemukan sosok Iko. Dengan bergegas ia memasuki ruang tata rias artis pria.
“Cari siapa, Say?” sapa Nathan, seorang hair stylist gemulai yang menangani Iko. Merasa tak mendapati Iko di ruangan itu, Ega menggeleng lantas bergegas meninggalkan ruangan itu dan menuju ruang kostum. Benar saja, mata Ega dengan mudah menemukan Iko di sana, tengah membenarkan kostumnya bersama beberapa asisten. Mendapati Ega yang berdiri di depan pintu, Iko sedikit terkejut lantasmengisyaratkan asistennya untuk meninggalkan ruang ganti itu. Ega menyapa singkat asisten tata busana yang berlalu di hadapannya, kemudian bergegas menghampiri Iko.
“Apa maksudmu menghubungiku tengah malam, hm? Tanya Ega dengan nada ketus pada laki- laki yang kini hanya berjarak beberapa jengkal di hadapannya.
“Ega, dengarkan aku –
“Mengapa kamu terus saja berusaha mendekatiku? Aku hampir kehilangan kepercayaan Evan karena panggilan teleponmu!” nada bicara Ega semakin meninggi karena emosi.
“Ega dengarkan aku!” Iko turut sedikit meninggikan nada bicaranya untuk meminta kesempatan.
“Nggak! Kamu yang harus mendengarkanku, Ko!” Napas Ega terengah- engah menahan amarah.
“Jangan pernah menghubungiku lagi. Sekalipun jangan. Sebagaimanapun kamu berusaha membuat hubungan persahabatan kita seperti dulu lagi, itu tidak akan pernah bisa karena kita sudah berbeda. Kamu mengerti?”pungkas perempuan itu sembari berbalik hendak meninggalkan Iko.
“Suamimu tidak seperti yang kamu pikirkan selama ini,” tutur laki- laki itu yang seketika membuat Ega menghentikan langkahnya. Ia kembali berbalik dan menghampiri Iko yang menatapnya tajam.
“Lihat dirimu. Semalam kamu berusaha menghancurkan kepercayaan suamiku, dan baru saja kamu mengatakan hal buruk tentangnya di depanku? Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Apa kamu berharap kehancuran rumah tanggaku, hm? Jawab aku, Iko Bhagaskara!” ketus Ega dengan nada rendahnya yang tegas.
“Aku hanya ingin melihat kebahagiaanmu, Ega!” sergah Iko sembari mencengkeram kedua lengan Ega yang berjarak hanya satu jengkal di hadapannya. Laki- laki itu mengunci pandangan Ega lekat- lekat, berharap kepercayaan pada kedua bola mata cokelat itu.
“Aku sudah bahagia bersama suamiku! Aku. Sangat. Bahagia. Jadi jangan pernah berusaha menggoyahkanku dengan omong kosongmu itu!” pungkas Ega sembari menghempas cengkeraman tangan itu, namun Iko tetap menahannya.
“Buka mata kamu, Ga! Kamu tidak sepenuhnya mengenal suamimu! Iko bersikukuh meminta kepercayaan pada perempuan yang masih ia cengkeram lengannya degan kuat.
“Aku sangat mengenal suamiku! Sekalipun aku lebih dulu mengenalmu, tapi aku lebih lama mengenal suamiku! Jadi jangan kamu ulangi perkataan burukmu tentang dia. Mengerti?” Ega menghempaskan cengkeraman itu dengan kesal dan bergegas meninggalkan Iko yang dipenuhi rasa kecewa terhadap sahabat yang dulu begitu mempercayai dan mendengarkan semua perkataannya. Laki- laki itu menarik napas dan menghembuskannya kuat- kuat sembari menyibakkan Comma hair nya ke belakang. Ia tak pernah menyangka sosok Ega yang sekarang benar- benar menjadi sosok yang begitu asing baginya.
Sementara Ega, perempuan itu berjalan menelusuri lorong menuju ruang tata rias dengan langkah lebar dan napas yang masih sedikit sesak. Lorong itu tampak lengang karena semua kru dan artis sudah berpindah ke area belakang panggung untuk mempersiapkan penampilan mereka masing- masing, kecuali Iko yang masih tertinggal di ruang ganti. Digulungnya rambut indah yang sedari tadi ia biarkan tergerai lantas ia sematkan penjepit rambut pada gulungan itu untuk menahannya. Perempuan itu tak pernah menyangka bahwa sosok Iko, sahabat yang dulu sangat mendukung apapun yang ia lakukan, kini telah benar- benar berubah. Tanpa ia sadari, butiran air mata menetes dari kedua pelupuk matanya.
“Mengapa kamu jadi seperti ini, Ko?” tuturnya lirih sembari membenamkan wajah ke kedua telapak tangannya.
“Aku mencarimu ke mana- mana,” Suara seorang laki- laki dari ujung lorong yang berjarak beberapa meter dari hadapan Ega sontak membuatnya terkejut. Perempuan itu memalingkan wajah menuju sumber suara dan seketika kedua bola mata indahnya terbelalak mendapati siapa yang tengah berdiri di sana.
...***
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments