Ponsel pintar Ega berdengung sejak tadi, sementara perempuan itu masih tenggelam dalam lamunannya. Tangannya sibuk membereskan peralatan kotor sisa memasak, namun pikirannya terpaku pada undangan surat elektronik yang ia baca di email Evan semalam. Perempuan itu tengah merencanakan sesuatu untuk menemukan bukti tentang kecurangan yang dilakukan oleh sang suami padanya.
“Sayang, ponselmu sedari tadi berbunyi,” tutur laki- laki itu sembari menyuap sup krim ayam yang masih hangat ke dalam mulutnya. Ega tetap diam tak bergeming karena pikirannya terpaku pada prasangka- prasangka terhadap suaminya dan Amora yang semakin ia yakini bahwa perempuan itulah sosok Little Princess yang selama ini menerima rangkaian bunga mawar putih berbentuk hati.
“Sayang,” tutur Evan sembari menepuk pelan pundak Ega yang seketika membuat perempuan itu terkejut.
“Oh, ada apa Hun?” ujarnya terkejut. Seketika perempuan itu membersihkan kedua telapak tangannya yang masih berbalut busa.
“Kamu kenapa? Apa ada masalah? Ponselmu berbunyi sedari tadi dan aku memanggilmu berulang kali, tapi kamu diam saja,” tutur laki- laki itu sembari meletakkan mangkuk kotor bekas sup krimnya.
“Oh, benarkah? Sebentar,” Ega beranjak meraih ponselnya yang sedari tadi tergeletak di atas meja.
“Iya, Nat. Ada kerjaan hari ini?” tanya Ega begitu menjawab panggilan telepon tersebut. Perempuan itu sesekali mengangguk memahami pembicaraan dari seberang.
“Aku akan tanyakan dulu pada suamiku, aku berangkat jika ia mengijinkan,” pungkasnya sembari menutup panggilan itu dan kembali menyelesaikan pekerjaannya. Evan terdiam mengamati istrinya yang sedari tadi tampak kehilangan konsentrasi.
“Sayang, kamu beneran nggak apa- apa?” laki- laki itu kembali bertanya yang hanya djawab dengan gelengan kepala singkat oleh perempuan itu.
“Siapa tadi yang menelepon?” tanya laki- laki itu. Ega mematikan keran wastafel dan segera mengeringkan kedua telapak tangannya dengan pengering elektronik yang terpasang berdekatan dengan wastafel itu.
“Nathan memintaku untuk menangani Iko dan beberapa artis lain hari ini karena dia sedang ada pekerjaan di luar kota,” tutur Ega terjeda. Mendapati raut wajah suaminya yang sedikit berubah, ia lantas melanjutkan ucapannya. “Aku tidak akan berangkat jika kamu tak mengijinkan,” pungkasnya. Nada bicaranya sedikit tak bersemangat karena kekacauan pikirannya terhadap laki- laki yang berpura- pura manis di hadapannya itu. Serasa ingin melempar benda apapun yang ada di hadapannya pada suaminya, namun ia berusaha untuk menguasai amarah yang berkecamuk di dalam rongga dadanya.
“Hm, walaupun sebenarnya aku kurang suka jika kamu tetap menangani Iko, kali ini aku mengijinkanmu. Mau bagaimana lagi?” tutur laki- laki itu seolah cemburu, namun Ega telanjur muak melihatnya.
“Baiklah aku berangkat dulu, Sayang. Terima kasih atas sarapan yang lezat pagi ini. I love you,” ujar laki- laki itu sembari mengecup lembut bibir Ega. Tak seperti biasanya, perempuan itu tak membalas ungkapan cinta dari sang suami dan hanya bereaksi dengan anggukan kepala perlahan. ‘Bagaimana bisa kamu bermuka dua seperti ini di hadapanku, Evan?’ tuturnya dalam hati.
...***...
Ega bergegas menyelesaikan pekerjaannya menangani rambut Aluna karena pagi ini ia harus melakukan pekerjaan ganda menggantikan Nathan. Gadis muda itu seolah mengerti bahwa hair stylist nya hari ini harus menjalankan pekerjaan lebih untuk menggantikan Nathan, sehinga ia meminta Ega untuk menata rambutnya sederhana saja. Pagi ini duo idola itu menjadi bintang tamu di sebuah acara gossip dengan tema kasual, sehingga tak perlu penataan rambut yang berlebihan bagi keduanya.
“Sudah selesai. Aku harus menangani teman- teman yang lain di ruang sebelah,” ujar Ega sedikit tergesa- gesa. Aluna mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya Ega berpindah menuju ruang tunggu artis pria. Di ruangan itu, Iko dan beberapa artis yang turut mengisi acara sudah menunggu. Perempuan itu menghela napas panjang karena pagi ini pekerjaannya cukup banyak. Satu demi satu kedua tangan terampilnya dengan cekatan menata rambut para artis pria yang seharusnya ditangani sepenuhnya oleh Nathan. Para pengisi acara yang telah selesai dengan rambutnya mulai meninggalkan ruang rias itu, hingga tersisa yang paling akhir, siapa lagi kalau bukan Iko. Laki- laki yang sedari tadi memandangi Ega yang tengah sibuk dengan pekerjaannya, selalu meminta bagian paling akhir karena jenis rambutnya termasuk salah satu yang mudah berantakan. Ega mengisyaratkan Iko untuk berpindah tempat duduk di depan kaca rias, dan laki- laki itu menurut begitu saja atas apa yang dikatakan oleha sahabatnya. Segera Ega menyisir rapi rambut Iko dan menata bagian comma hair yang menjadi ciri khas penampilan sang Idola. Tatanan rambut model itu, Ega pula yang memberikannya karena dialah yang paling tahu bagaimana bentuk wajah Iko. Perempuan itu sedikit mendekat ke arah Iko untuk menyemprotkan hair spray pada bagian depan rambutnya agar tak bergeser dari tempatnya. Wangi magnolia yang melekat pada tubuh Ega yang sedikit mendekat, menyeruak masuk ke dalam rongga dada Iko dan seketika membuatnya teringat kembali akan kebersamaan mereka berdua. Aroma yang tak pernah berubah sejak dulu. Laki- laki itu menatap wajah Ega yang tertutup masker lekat- lekat, sementara Ega tetap fokus memberikan sentuhan akhir pada tatanan rambut Iko. ‘Bagaimana kamu bisa bertahan dengan rumah tangga yang penuh kepalsuan seperti itu, Ga?’ batin laki- laki itu seolah bertanya, dan entah mengapa Ega seperti mendengar pertanyaan yang tak terucap itu hingga ia menghentikan tangannya selama beberapa saat dan berbalik menatap Iko. Perempuan itu menghela napas panjang dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Sudah selesai. Kamu bisa pergi sekarang,” pungkas Ega sembari membuka masker dan merapikan semua peralatan tata rambutnya. Dicabutnya kabel flat iron yang sedari tadi masih tertancap, namun naas jemari indah Ega tanpa sengaja menyentuh bagian besinya yang masih panas sehingga ia mengaduh kesakitan. Iko yang menyadari hal itu, dengan cekatan meraih tangan Ega begitu saja dan turut meniup bagian jemari Ega yang memerah karena panas.
“Mengapa kamu selalu ceroboh seperti ini saat tergesa- gesa?” tutur Iko sembari tetap meniupkan udara dingin pada jemari Ega. Perempuan itu tertegun mendapati Iko yang secara tiba- tiba menolongnya. Kedua bola mata itu bertemu, dengan jarak yang tak kurang hanya satu jengkal saja. Iko yang masih terhipnotis dengan aroma magnolia yang menyeruak dari tubuh Ega, perlahan mendekatkan bibirnya pada bibir merah perempuan yang ada di hadapannya. Pikiran Ega yang sedari tadi berkecamuk karena suaminya, hampir tak sadar atas apa yang hendak dilakukan Iko padanya, hingga akhirnya ia menepis tubuh Iko sebelum laki- laki itu bertindak terlalu jauh.
“Apa yang kamu lakukan?” sergah Ega pada laki- laki itu sembari bergegas agar ia tak terjebak dalam situasi yang tidak ia inginkan.
“Aku mencintaimu,” tutur Iko yang seketika membuat langkah Ega terhenti. Kata- kata itu kembali terucap dari mulut Iko, sama seperti saat itu, tepat satu hari sebelum Ega melangsungkan pernikahannya dengan Evan. Rasa yang sangat terlambat ia ungkapkan waktu itu, hingga Ega tak punya pilihan lain selain menghindarinya.
“Sampai saat ini aku tetap mencintaimu, Ga.” Laki- laki itu kembali mengulangi perkataannya. Suasana hati Ega masih berkecamuk, sehingga Ega lebih memilih untuk meninggalkan Iko begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
borjun as
hmmm..aku harus gimana sekarang ko ,hanya itu yg terucap di hati Ega..ia gak thor 😃..
2023-09-30
1