Lia menatap wajah Tata yang terdapat memar akibat terbentur meja tadi, hati nya menyesal telah meninggalkan putri nya.
Lia memberikan mainan lobang susun untuk Tata agar putri nya tak bosan.
"Tata main apa nak?" Lia terjingkit saat tiba tiba Dimas berada di belakang nya.
"Yayayayyah yayayyah." Pekik Tata senang melihat ayah nya berada di belakang bunda.
"Ciluk... Ba..!" Tata terkaget hingga terjengkang ke belakang saat ayah nya menjadikan tubuh bunda nya sebagai tempat persembunyian nya.
"Hahahhaha." Dimas tertawa saat anak nya terjengkang sulit bangun karna bentuk tubuh nya yang seperti bola.
Lia membenarkan posisi Tata agar duduk kembali walaupun harus susah payah menahan tawa nya.
"Kalau mau ketawa jangan di tahan bund." bisik Dimas membuat bulu halus berdiri.
"apa sih." Lia memajukan tubuh nya berpindah tempat menjadi sebelah Tata, hati nya tak tenang bila bersebelahan dengan Dimas.
"Kok pindah bund?" tanya Dimas, Lia tak menjawab.
"Bunda marah dek, coba bilang sama bunda kalau marah jangan kelamaan yah, kasian ayah." Lia memalingkan wajah nya menatap siaran tv yang ada di depan nya,
Brug
Lia kaget saat Dimas menjadikan paha nya bantal untuk kepala nya.
"Mas, apa sih." Dengus Lia, namun Dimad justru menghadap ke perut nya membuat Lia menahan nafas karna tegang.
"Masih marah bund? maafin mas." Lia menghela nafas nya melihat wajah Dimas memelas.
"Lupain aja lah mas, wajar juga yang nama nya ipar pasti ada konflik." Jawab Lia santai sambil mengganti siaran gosip menjadi kartun anak anak kesukaan Tata.
"Bund, mas nggak per ah!" Pekik Dimas saat Tata menduduki perut nya dengan tubuh gembrot nya, Lia terkekeh melihat Dimas kaget, apa lagi saat Tata mencoba naik merambat ke wajah ayah nya.
"Anak mu ini bund," Rengek Dimas membuat Lia terdiam,dia baru tau suami dingin nya ini bisa merengek seperti anak kecil karna setahu nya bahkan dengan almarhum kakak tak seperti itu.
"Bund, kok melamun tolongin ayah bund." Ucap Dimas saat wajah nya sudah menjadi tempat Tata merebahkan tubuh nya dengan santai.
"Hahahhaha." Pecah sudah tawa Lia melihat tingkah putri nya.
Lia mengangkat tubuh anak nya dari wajah Dimas, "Nakal hem." Lia menciumi wajah Tata hingga terdengar tawa Tata.
"Bunda mumpung masih sore jalan jalan yuk..?" Ajak Dimas, Lia menatap Tata kasihan juga melihat putri nya yang selalu terkurung di rumah.
"Kemana?" Dimas berfikir sejenak.
"Jalan jalan sore lihat bola yuk nund di lapangan ada tuh turnamen antar desa sekalian mengenalkan sekeliling pada Tata biar dia tidak takut keramaian." Usul Dimas, Lia mengangguk setuju.
"Tata pakai jaket bund, kita jalan jalan pake motor." Lia mengambilkan Tata jaket juga gendongan ala koala.
"Kakak pakai jaket, cindung, sama kaos kaki ok? sarung tangan juga." Lia menganga melihat Dimas memakaikan Tata terkesan mau naik ke gunung.
"Tata mau naik ke gunung mas?" Tanya Lia heran, Dimas tertawa mendengar ucapan Lia.
"Soal nya kakak mau ayah gendong di depan bunda, biar bunda duduk di belakang peluk ayah." Lia memalingkan muka saat Dimas mengerlingkan satu mata nya.
Mereka mulai jalan jalan sore nya dengan menggunakan motor.
"Pegangan bund." Lia menurut memegang pinggang Dimas dengan satu tangan nya.
Perjalanan menuju lapangan cukup dekat hanya berjarak satu kilo saja, Dimas terkekeh saat melihat putri nya menggerakan kaki serta tangan nya kegirangan melihat banyak sekali orang di lapangan, terlebih ada balon besar gambar kartun kesukaan Tata.
"Bunda beli jajan yah buat kita nyemil nonton bola, ayah mau beli balon buat kakak." Lia mengangguk walaupun heran kenapa Tata si kecil gembrot itu di panggil kakak?.
"Balon nya udah dapet nih kak, tinggal nunggu bunda ya kak." Dimas duduk di bagian paling belakang agar tidak terlalu berisik.
"Mas." Lia duduk di samping Dimas memberikan roti kesukaan Tata.
"Ayah mau itu dong bund." Lia mengangkat cimol.
"Ini?" Dimas mengangguk.
"Wuapi ayah bund, kan ayah lagi kasih kakak roti?" Lia menghela nafas nya terpaksa menyuapi suami nya walaupun malu.
Setengah jam kemudian Tata mulai tak nyaman hingga Dimas dan Lia memutuskan untuk pulang.
Ini kali pertama mereka menikmati waktu bersama, Lia menghela nafas lega setidak nya sekalipun hubungan mereka tak akan menjadi suami istri sesungguh nya, minimal di depan Tata hubungan mereka baik baik saja.
"Akhirnya sampai juga." Ucap Dimas sambil mengayun ayun badan Tata.
"Bunda, ayah boleh minta kopi?" Pinta Dimas, Lia mengangguk sambil berlalu ke dapur.
klik
Lia menyalakan kompor menunggu Air mendidih.
Dreet
Lia mengerutkan alis nya melihat chat di ponsel nya sambil membuat kopi untuk suami nya.
Klik.
Lia menaruh ponsel nya Dan menyeduh air panas nya, membawa nya ke ruang tengah.
"Kopi nya mas, masih panas." Ucap Lia beristirahat di busa sebelah putri nya sedang Dimas menyeruput kopi nya namun dia mengerutkan alis nya, namun ia minum kembali kopi nya.
"Ada yang kamu fikir kan bund?" Tanya Dimas, Lia mengerutkan alis nya tau kah kalau dia sedang banyak fikiran.
"Eeemmm yah nggak juga." Jawab Lia, setelah beberapa menit Lia ingat kalau ponsel nya ketinggalan di meja dapur.
"Mau kemana bund?" Lia menunjuk dapur.
"Ponsel nya ketinggalan mas, Lia ambil dulu." Lia segera pergi ke dapur namun langkah nya terhenti melihat toples di atas meja dapur nya.
"Ya ampun mas.!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Riska Fatihica
semoga saja Lia bisa menerima permintaan maaf dimas dan bisa memulai hubungan suami istri dengan bahagia bersama....
2023-09-25
0