pesan

Seminggu berlalu setelah menginap di rumah orang tua nya Lita berserta suami kembali ke rumah nya yang tak jauh dari rumah ibu nya.

Sedang Lia pagi hari seperti biasa berangkat ke kampus dengan Afan.

Lia masuk ke kampus nya di antar Afan.

"Gimana ke adaan adik kamu mas? udah mendingan?" Tanya Lia setelah turun dari motor matic milik Afan.

"Sudah dek, udah di jengukin sama calon kakak ipar nya ya semangat dia." Jawab Afan membuat Lia terkekeh.

"Mas bisa aja ih, mas ada kelas." tanya Lia. Afan menggeleng.

"Mas lagi ngerjain skripsi, doain ya dek biar mas bisa melewati ini dengan tenang, dan sukses, biar mas cepet cepet kerja terus nikahin kamu." Pinta Afan, Lia mengangguk.

"Iya mas, Lia doakan yang terbaik agar semua nya lancar."

"Makasih dek, masuk kelas gih." Titah Afan.

"Lia masuk kelas dulu ya mas, nanti pulang nya Lia sendiri aja yah." Pinta Lia dia tau kekasih nya sedang sibuk, Afan mengangguk setuju namun.

"Asal hati hati yah." Titah Afan, Lia mengangguk dan pergi masuk ke kelas.

Lia berjalan cepat menuju kelas nya karna sebentar lagi kelas akan di mulai.

Brug.

"Aaawws." Desis Lia kesakitan.

"Kamu nggak papa dek?" Lia mendongak ternyata kakak ipar nya.

"Nggak papa mas, mas kenapa kok lari lari gitu?" Ucap nya sambil baju nya.

"Mbak mu mengabari mas, katanya perut nya mules." Jawan Dimas, Lia membola.

"Ayuk kalau gitu mas kita balik." Ucap Lia sambil berlari keluar kampus meninggal kan Dimas yang terbengong karna di tinggal.

Dimas berlari menyusul adik ipar nya yang sudah berada di sebelah pintu mobil nya.

"Mas cepet buka kunci nya." Desak Lia.

"Iya ya." Dimas segera membuka pintu mobil nya.

"Ta Tuhan, cepet dong mas." Ucap Lia gugup, Dimas menggeleng kan kepala nya heran dengan adik ipar nya ini.

"Iya sabar, kalau kita ngebut terus ada apa apa sama kita gimana." Ucap Dimas.

"Ya takdir." Jawab nya enteng membuat Dimas menghela nafas nya.

Tak lama mereka tiba di rumah, Lia dan Dimas segera menuju ke dalam rumah.

"Ya ampun mbak.!" Pekik Lia ketika melihat Lita sang kakak sedang duduk di bawah bersimpah air ketuban juga darah.

"Cepet mas mendong kita bawa ke rumah sakit." Dimas segera mengangkat tubuh istri nya mereka segera menuju rumah sakit terdekat.

.

.

.

.

.

"Dokter.! tolong istri saya!" Pekik Dimas sambil menggendong Lita.

Beberapa suster berlari mendekat segera membawa ke UGD.

"Ya Tuhan lindungilan mbak Lita selamat kan mbak juga dede bayi nya." Gumam Lia, Air mata nya mengalir deras.

Tak jauh berbeda dengan Lia kakak ipar nya Dimas tampak kacau, baju nya berlumuran darah, rambut nya acak acakan.

"Mas, Lia cari toilet dulu." Mamit Lia Dimas mengangguk mengangguk.

Lia menyusuri rumah sakit mencari di mana letak taman untuk menenangkan hati.

Lia duduk termenung di taman yang tak jauh dari UGD.

"Kenapa hati ku semakin gelisah seperti ini." Gumam Lia, Akhir nya Lia memilih menenangkan terlebih dahulu hati nya.

Lia berjalan dengan sedikit Lebih tenang dar yang tadi, dari jauh Lia dapat melihat sosok kakak ipar nya sedang duduk bersama ibu nya.

"Loh mas kok kamu di sini?" Tanya Lia, dia menyalami tangan ibu nya.

"Lita di dalam." Jawab Dimas lemas, Lia mengangguk hati nya semula sedikit tenang kini berdebar kembali saat melihat ruangan operasi, dulu bapak juga di operasi sebelum meninggal.

Ada setitik rasa trauma Lia terhadap ruangan satu ini, air mata nya terus mengalir dengan deras.

"Ndo.?" panggil ibu lembut Ia tau bagaimana perasaan putri ke dua nya.

"Bu bapak bu? mbak nggak mungkin kan Bu?" Ucap Lia ngelantur.

"Tenang ndo." Ibu memeluk putri ke dua nya, Ia pun turut risau.

Dimas dapat melihat Lia yang kacau, namun pandangan nya beralih saat melihat suster keluar ruang operasi.

"Suster bagaimana dengan istri saya?" Tanya Dimas.

"Syukur ibu beserta bayi nya selamat pak." Jawab suster membuat Dimas, Lia juga ibu berucap syukur.

"Terimaksih sus." Ucap Dimas tersenyum lega, Lia memeluk ibu nya erat.

" Bu mbak dan dede nya selamat." Ucap Lia senang.

"Iya ndo, puji syukur kita doakan agar mbak mu cepet sehat." Ucap Ibu.

"Mas, mas bawa baju ganti nggak? Itu baju mas bayak darah nya." Tanya Lia, Dimas menatap kemeja nya.

"Mas bawa di mobil." Jawab Dimas.

"Biar Lia aja yang ambil, mas tunggu sini sama ibu." Tawar Lia menghapus sisa air mata nya.

"Makasih ya dek." Lia menerima kunci mobil dia segera menuju parkiran.

Lia segera kembali ke ruangan operasi.

"Ini mas ganti gih sebelum mbak pindah kamar." Titah Lia, Dimas mengangguk.

"Lia." panggil Ibu.

"Iya Bu." Lia duduk di sebelah ibu nya.

"Ibu senang denger mbak mu selamat, tapi kenapa ibu gelisah ya ndo, jantung ibu deg degan terus padahal ibu seneng loh, tapi kenapa dada ibu sesek yah?" Keluh Ibu.

Deg deg deg

Jantung Lia berdebar kala mendengar penuturan ibu nya pasal nya Lia pun juga merasakan apa yang ibu nya rasakan, dia sengaja mengalih kan perhatian nya dengan mengambil baju kakak ipar nya, namun dada nya tetap sesak hati nya gelisah tak menentu.

"Ndo." Panggil ibu lagi.

"Ah iya Bu emm itu nggak papa kok bu mungkin masih syok karna tadi." Kilah Lia.

Dimas kembali dengan membawa baju kotor nya di dalam paper bag.

"Mas kok lama yah mbak di dalem?" Tanya Lia, Dimas menatap adik ipar nya, dia juga heran pasal nya ini cukup lama namun dokter juga belum ada yang keluar.

"Mungkin sebentar la." Ucapan Fahmi menggantung ketika ada suster yang keluar lagi memindahkan Lita ke kamar rawat inap.

Mereka mengikuti kemana Lita di bawa.

Begitu sampai dan Lita sudah nyaman di brangkar nya, Lia mendekat pada kakak nya.

"Mbak jangan banyak gerak yah kalau mbak butuh apa sama Lia mas Dimas mau ke bagian administrasi dulu." Ucap Lia tersenyum kepada Lita.

"Mas jangan pergi dulu." Lirih Lita, Dimas mengurungkan niat nya dia mendekat pada istri nya.

"Kenapa? kamu butuh sesuatu?" Tanya Dimas lembut Lita tersenyum.

"Mas sayang Lita?" Dimas mengangguk.

"Ya iya pake di tanya." Jawab Dimas terkekeh.

"Apa mas mau menuruti keinginan Lita?" Pinta Lita Dimas mengangguk dengan mantap.

"Apa pun mau mu mas akan turuti." Jawab Dimas tegas.

"Mas Lita mohon jika terjadi sesuatu dengan Lita tolong jadikan Lia sebagai ibu sambung Tata, sayangi Lia, aku percaya jika hanya Lia yang bisa menjaga anak kita." Pinta Lita dengan lirih, Dimas mengerut kan Alis nya.

"Lita kamu bicara apa!"

"Mas tolong berjanji pada ku, biar ibu yang jadi saksi nya." Ucap nya tersenyum.

"Kamu akan baik baik saja sudah kamu istirahat mas mau ke depan dulu." Ucap Dimas Lita menggeleng lemah.

"Lita sudah nggak kuat mas."

"........"

"Mas Lita mohon." Pinta Lita memelas, Dimas mengangguk lemah tak kuasa terlebih dengan nafas Lita yang sudah mulai tersendat.

"Terimakasih mas, maaf kan Lita yang banyak salah sama mas, sama ibu sama kamu juga dek." Ucap Lita membuat air mata ibu juga Lita berderai.

"......."

"Maaf kan Mbak, jika merenggut kebahagiaan mu dengan Afan dek, mbak Titip Tata juga Mas Dimas." Ucap Lita tersendat sendat lantas Lia langsung memanggil dokter.

Tubuh Lia bergetar hebat ketika dokter menggeleng setelah Lita menutup mata nya, tangis ibu menggema, Dimas menunduk dengan isak nya.

Lia terdiam dengan tatapan kosong nya Ini seperti dejavu ketika ayah nya keluar ruangan operasi menitip pesan agar Lia menjaga ibu serta kakak nya sama seperti tadi dan sekarang Lia pun di titipi suami serta anak kakak nya.

Kepala Lia seperti di tindih batu besar mata nya buram.

brug.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

nyesek banget 😢😢😢

2024-08-28

0

Riska Fatihica

Riska Fatihica

yang sabar ya Lia.....😭😭😭

2023-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!