tujuh

"Pernikahan ini hanya ada karna Tata, bukankah keterpaksaan yang di rasakan, dan lagi aku tak ingin kamar ini kamu tempati."Ucap Dimas dingin.

Deg deg deg.

Hati Lia seolah terhantam batu besar bagaimana mungkin suami nya tega berbicara seperti itu, sekalipun hanya sebuah keterpaksaan tidak kah terlalu kejam jika ia berbicara seperti itu dengan Lia yang sekarang berstatuskan istri.

"Maaf kan aku." Ucap Lia berlalu pergi dia berbalik menatap suami nya.

"Oh iya mas, aku masuk ke sini juga karna di suruh ibu, tolong jika besok ibu berbicara apa pun kamu tinggal diam dan hanya tersenyum." Pinta Lia sebelum benar benar meninggal kan kamar utama, menghapus air mata nya.

Lia melangkah menuju kamar tamu.

ceklek.

"Loh ndo lok kamu ke sini?" Tanya ibu heran.

"Bu, aku tadi sudah izin tidur sama ibu sebelum ibu pergi besok, nggak papa ya bu Lia tidur sini." Pinta Lia.

"Ada apa ndo kamu ke inget Afan yah?" Tebak ibu, Lia menggeleng.

"Mas Afan sudah menjadi masa lalu ku bu, aku hanya nggak bisa tinggal di kamar itu, aku ke inget mbak bu, rasa nya aku belum siap jika bersama dengan suami nya, beri lia waktu ya bu." Pinta Lia, Ibu mengangguk memaklumi.

"Apa mas mu memaklumi juga?." Tanya ibu, Lia mengangguk.

"Mas Dimas memaklumi nya bu, apa lagi kita juga masih canggung rasa nya juga akan aneh jika kita sekamar kan bu." Tanya Lia, ibu mengangguk.

" Tapi kamu harus ingat dia suami mu sekarang lupakan Afan, mulai lah hidup baru dengan suami mu, kalau seandai nya belum ada cinta untuk nya setidak nya berbaktilah sebagai mana istri yang baik ibu yakin lama kelamaan cinta akan tumbuh seiring kalian bersama, bisa mulai saling mengenal sifat satu sama lain, saling menerima apa pun itu." Petuah ibu Lia meneteskan air mata nya.

Bagaimana bisa bu, sedang mas Dimas saja terlalu kejam pada ku, bu apa ini balasan karna aku menyakiti mas Afan, natin Lia menjerit.

Sakit rasa nya di perlakukan dingin oleh suami sendiri.

Lia memilih tidur di samping Tata, hingga pagi menjelang Lia yang sedang menyiapkan makanan untuk sarapan terkaget mendengar suara tangis Tata, segera lia berlari menuju kamar nya.

"Tata kenapa bu?" Tanya Lia.

"ibu juga nggak tau padahal udah di kasih susu loh." Ucap ibu, Lia mengambil alih Tata ajaib Tata diam seketika.

"Ih diem bu." pPekik Lia senang membuat ibu terkekeh.

"Dia sudah nyaman sama bunda nya, mdo sebentar lagi ibu pulang Kamu baik baik yah di sini jaga suami dan anak mu." Ucap ibu.

"Iya bu, ibu juga hati hati, maaf Lia sekarang nggak bisa menemani ibu, Ibu kalau mau pulang sarapan dulu ya bu bareng sama mas Dimas kayak nya udah keluar kamar." Ucap Lia.

" Obu ke depan dulu kamu di sini saja jagain Tata yah." Pamit ibu, Lia mengangguk.

Dimas tertegun melihat banyak makanan ke sukaan nya, dulu istri nya tidak bisa masak namun dia tak pernah menuntut apa pun.

"Dim kok melamun? di makan nak emm Lia lagi memandikan Tata biar ibu yang menyiap kan makan nya yah." Ucap Ibu, Dimas menggeleng.

"Nggak papa bu, Dimas ambil sendiri sini ibu juga sarapan bareng Dimas." Ajak Dimas Ibu mengangguk.

"Dimas soal Lia yang semalam," Dimas menatap ibu.

Deg deg deg.

"Bu Dimas minta maaf Dimas." Ucap Dimas terbata Ibu terkekeh.

"Kenapa kamu yang minta maaf, harus nya ibu, maaf kan Lia yah yang belum siap tidur bareng sama kamu, ibu maklum kalian pasti canggung beri Lia sedikit waktu yah ibu yakin Lia akan berfikir lebih dewasa, maklum dia masih Labil." Ucapan Ibu, membuat Dimas tertegun.

".........."

"Nak, Ibu titip putri ibu lagi kali ini putri bungsu ibu, sama hal nya kamu yang sendiri Ibu juga hanya punya Lia, kamu dan sekarang ada Tata, kita hanya berempat sekarang." Ucap ibu.

"Dimas janji akan jaga kalian bu, ibu apa tidak sebaik nya ibu tinggal di sini saja?" Tawar Dimas

"Tidak nak, Ibu sudah nyaman di sana, Lagian ibu nggak mau ganggu pengantin baru." Ucap ibu meledek menantunya.

Bluss

"Monggo di lanjut sarapanan nya bu." Elak Dimas membuat ibu tertawa melihat menantunya malu.

Sedang Lia di dalam sedang asik memandikan putri nya.

"Udah mandi uuuuh seger nya anak bunda ini wangi." Ucap Lia sambil membawa Tata ke ranjang.

"Jadi penguat bunda ya nak, biar bunda bisa mengemban amanat dari kakek juga ibu mu." Ucap Lia pada Tata sambil memakai baju.

Setelah usai Lia menggendong Tata keluar.

"Pagi nenek, pagi ayah, Tata sudah wangi." Icap Lia riang membuat Dimas tertegun, apa Lia tak marah pada nya pikir Dimas dalam hati.

"Cucu nenek udah cantik ih, tambah gembul yah." Tutur ibu sambil menggendong Tata.

"Ndo ibu pulang yah." Pamit ibu Lia mengambil Tata dari gendongan ibu.

"Hati hati bu bareng mas Dimas kan?" Tanya Lia. Ibu mengangguk

"Iya bareng suami mu." Jawab ibu.

"Hati hati ya mas." Ucap Lia sambil mengulur tangan nya. Dimas menerima nya.

"Hati hati nenek, hati hati juga ayah nyetir nya semangat kerja nya." Ucap Lia, membuat Dimas dan ibu tersenyum.

"Mas pergi kalau ada apa apa telfon mas, ayah kerja dulu sayang uup." Pamit Dimas pada Lia juga mencium pipi Tata.

"Iya mas." Jawab Lia tersenyum.

Begitu mereka pergi Lia masuk ke rumah mengunci pintu nya.

Tes Tes air mata Lia menetes.

"Sebisa mungkin nak bunda harus kuat walaupun harus pura pura, jadi lah penguat bunda sayang." Ucap Lia.

"Bisa bisa nya aku membuang lelaki yang mencintaiku tulus untuk mas Dimas yang dingin, kalau bukan karna mu nak, bunda pasti menyerah sebelum memulai." Decak Lia namun nasi sudah menjadi bubur pilihanya hanya karna Tata.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Terpopuler

Comments

Riska Fatihica

Riska Fatihica

yang sabar ya lia
semoga aja dimas bisa cepat membuka pintu hati nya untuk mu....

2023-09-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!