tanda tanda

Pagi menjelang, Lia dan ibu sedang sibuk di dapur memasak keinginan ibu hamil, nasi uduk dengan segala teman teman nya.

"Sibuk sekali bu, dek?" Tanya Dimas sambil duduk di meja makan, melihat ke dua wanita sedang sibuk di dapur karna ulah istri nya, Lia menoleh dan melihat kakak ipar nya sendirian lantas ia meninggal kan irisan sayur nya.

"Loh kamu sudah bagun nak? istri mu belum bangun?" Tanya ibu, Dimas menggeleng.

"Katanya masih mengantuk bu." Jawab Dimas.

"Semalam duduk di ruang tamu mas, malem malem ngobrol sama Lia." Jawab Lia sambil mengaduk kopi yang ia buat untuk kakak ipar nya.

"Iya kah? kok mas nggak tau?" Tanya Dimas, Lia memberikan kopi yang ia buat untuk kakak ipar nya.

"Mungkin tidur mas terlalu nyenyak, kopi nya mas."

"Makasih dek." Ucap Dimas sambil menerima kopi pemberian Lia, seperti biasa rasa nya pas di lidah nya.

"Biasa itu nak, kalau hamil umur umur tua ya gitu Susah tidur malam, hawa nya panas, gelisah maklum perut nya semakin besar, apa lagi beberapa hari lagi kan hari persalinan nya." Ucap ibu, Dimas mengangguk.

"Iya bu, kemaren Lita pengin nginep sini seminggu, nggak papa bu?" Tanya Dimas canggung.

"Ya nggak papa atuh nak, ibu malah seneng, di rumah sepi cuma ada ibu sama adik mu ini." Jawab ibu sambil memasak membuat Dimas tersenyum.

"Nggak usah di bangunin mas, nanti kalau laper juga bangun sendiri, mas kalau mau berangkat kerja nggak papa mas Lia di rumah kok nggak ke kampus." Ucap Lia.

"Kamu nggak ke kampus dek?" Tanya Dimas.

"Nanti siangan mas." Jawab Lia sambil melanjut kan memotong sayur nya.

"Sukur kalau kamu di rumah soal nya ibu mau ke pasar dulu nanti sore jadi jengukin adik nya Afan?" Tanya ibu Lia mengangguk.

"Jadi kok bu beli buah ya bu sekalian." Pinta Lia Ibu mengangguk.

"Iya Ibu ke pasar dulu yah." Pamit ibu, Lia dan Dimas mengangguk.

"Hati hati bu." Ucap Lia juga Dimas.

"Mas mau sarapan dulu?" Tawar Lia, Dimas mengangguk karna memang perut nya sudah keroncongan.

"Udah mateng emang dek?" Tanya Dimas penasaran saat Lia mengambil piring dan menaruh nasi uduk serta lauk nya.

"Sudah mas, mas makan sendirian nggak papa Lia mau lanjut masak." Tanya Lia sambil menaruh makanan untuk Dimas di meja makan.

"Makasih dek." Jawab Fahmi sambil menerima makanan yang sudah Lia siap kan.

Dimas makan dengan lahap nya, yah dia tau adik ipar nya ini pandai memasak tangan nya seolah di ciptakan dengan pas untuk mengolah setiap jenis makanan yang ia pegang.

.

.

.

.

Sore menjelang Lia ibu juga Lita dan Dimas menengok adik Afan.

"Permisi selamat sore." Sapa ibu di ambang pintu.

" Ternyata ada keluarga Lia toh? ibu, mbak dan mas nya Lia mari masuk." Untung lah ibu Afan sudah menggelar karpet.

"Bagaimana keadaan kamu dek." Ujar Lia pada Afin, Adik Afan.

"Sudah mendingan mbak, makasih mbak sekeluarga sudah mau jengukin Afin." Lia tersenyum.

"Kenapa bisa jatuh dek kamu ngebut yah?" Ledek Lia membuat Afin mendengus.

"Nggak mbak, aku di tabrak dari belakang sama mobil kayak nya ngantuk mba." Jelas nya Lia mengangguk.

"Maaf bu, Afan semalam langsung pergi nggak mampir dulu ke rumah." Ucap Afan sambil menyalami tangan ibu Lia dia merasa tak enak hati.

"Nggak papa atuh nak, nama nya juga ada musibah untunglah masih di beri keslamatan udah bisa lari nak Afin." Semua terkekeh.

"Gimana bisa lari bu? ini masih nyantol." Adu Afin pada gip di kaki nya.

"Sabar nak."

"Bu, doain Afan ya bu, Afan sedang mengerjakan skripsi, semoga di permudah di lancarkan semua nya, biar bisa langsung nikahin Lia." Semua terkekeh mendengar penuturan Afan.

"Kamu pasti bisa nak, semoga lancar semua nya." Jawab Ibu, Afan mengangguk semangat, dia menatap Lia sambil mengedipkan satu mata nya menggoda membuat Lia memalingkan muka nya malu.

Setelah cukup lama keluarga Lia berpamitan pulang.

"Mas kamu kenapa?" Tanya Lita saat Dimas sempat melamun.

"Oh nggak papa kok, mau mampir makan dulu nggak? sore sore gini enak kalau nyoto Ibu mau?" Tawar Dimas, ibu mengangguk.

"Ok kita makan dulu kamu nggak lelah kan ta?" Tanya Dimas memastikan, Lita menggeleng mereka memasuki parkiran soto kambing langganan mereka.

Mereka menikmati makanan nya, namun berbeda dengan Lita yang malas makan.

"Mbak Nggak suka makanan nya? mau Lia pesan yang lain?" Tanya Lia, Dimas menatap istri nya.

"Kamu mau makan apa ta?" Tawar Dimas.

"Nggak papa mas, Lidah aku kaya hambar gitu."

"Besok kita ke dokter aja yah? takut kamu kenapa napa." Pinta Dimas, Lita menggeleng.

"Nggak usah mas, nggak papa kok, semua nya aman, cuma lagi males makan aja." Dimas mengangguk, Lia menatap mata Lita seperti ada hawa beda di muka kakak nya ini, namun Lia lebih memilih diam enggan terlalu di fikirkan jika membuat hati nya gundah.

Semua akan baik baik saja lia. Batin Lia mencoba tenang, mencoba berfikir positif.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tanda tanda🤔🤔

Terpopuler

Comments

Riska Fatihica

Riska Fatihica

berfikir yang positif tetapi hati terus was...was.... ya...Lia....

2023-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!