"Mama kenapa? Apa Mama sakit?" tanya Yuan saat melihat ibunya sedikit lesu.
"Mama tidak apa-apa sayang, Mama cuma kurang tidur aja," jawab Alin berbohong.
"Tapi kenapa muka Mama kelihatan pucat?" cecar Yuan.
"Ya mungkin karena Mama kelelahan juga," jawab Alin sambil berusaha menutupi semua yang terjadi padanya kemarin malam agar Yuan tidak sedih.
"Kalau begitu, biar kokoh pergi ke sekolah sendiri saja. Yuan udah tahu kok jalan ke sekolah lewat mana, jadi Mama bisa istirahat di rumah," ucap Yuan meminta ibunya beristirahat.
Namun Alin menolak. "Tidak apa sayang, Mama baik-baik saja Kok. Lagian Kokoh kan masih kecil dan sekolah Kokoh juga cukup jauh dari sini. Nanti kokoh bisa telat datang ke sekolah kalau pergi berjalan kaki. Jadi viar Mama antar aja ya," balasnya.
"Ya sudah," balas Yuan.
"Yuk kita berangkat!" ajak Alin.
"Ya," balas Yuan mengangguk, lalu berdiri di depan pintu sambil menunggu ibunya bersiap-siap.
Lalu Alin bergegas mengeluarkan motornya dengan susah payah, rasa lelah serta pusing efek minuman beralkohol kemarin malam. Membuat Alin memutuskan untuk tidak berjualan hari ini dan fokus saja mengurus anak-anaknya sekalian mengistirahatkan diri didalam rumah.
Dan setelah Alin mengantarkan Yuan ke sekolah, ia pun tertidur sejenak disamping bayi Marlina. Akan tetapi, kedua matanya kembali terbuka saat melihat putrinya itu mulai belajar merangkak.
"Marlina!" terkejut Alin.
Senang hati ia dapat melihat tumbuh kembang putrinya dan seketika rasa kantuk serta lelah pada tubuhnya tiba-tiba menghilang begitu saja. Lalu Alin yang merasa senang itu pun segera bangun dari tempat tidurnya dan mengawasi putri kecilnya yang sedang belajar merangkak dengan seksama.
Sedangkan Yudi terlihat telah meninggalkan rumah, pekerjaan baru membuat pria itu sibuk berkeliling dan baru pulang nanti saat malam tiba.
Ada rasa lega saat melihat Yudi tidak selalu berada didalam rumah, akan tetapi pekerjaan tidak halal membuat Alin khawatir hal tersebut akan mempengaruhi sifat Yuan kelak dimasa mendatang.
Apalagi Yudi sekarang ini mulai mengiming-imingi Yuan dengan kesenangan akan uang, yang bisa membeli segala keinginan dengan benda tersebut.
Untuk itu Alin terus berusaha membuat Yuan aktif dan mengisi hari-hari putranya itu dengan hal-hal kecil yang berguna, seperti menyisihkan uang jajan, sambil menjelaskan manfaat dari menabung.
"Kenapa Kokoh harus menabung Mama? Kemarin dapat duit imlekan Kokoh sudah masukin sebagian?" tanya Yuan enggan memasukkan uangnya ke dalam celengan.
"Kokoh sayang, menabung bukan tentang mengumpulkan uang saja. Tapi menabung juga sangatlah penting untuk dipakai pada saat keadaan genting, seperti sakit dan membeli keperluan penting sekolah."
"Jadi Yuan sayang, pergunakan uang yang kokoh punya ini dengan sebaik mungkin dan ingatlah pesan ini baik-baik. Mencari uang sangatlah sulit, jadi kokoh harus bisa memanfaatkannya untuk hal-hal yang berguna ya," ceramah Alin panjang lebar.
"Tapi Papa bilang mencari duit itu gampang, jadi jangan perlu pusing-pusing. Pake aja duitnya buat beli mainan," ucap Yuan mengingat kembali perkataan ayahnya.
"Kita harus berhemat sayang, biaya pendidikan Kokoh jauh lebih penting daripada membeli mainan. Kokoh mau jadi insinyur kan kayak almarhum engkong Kim Sun?" tanya Alin.
"Tentu Yuan mau," balas Yuan.
"Kalau begitu, mulailah menabung dan pergunakan uang yang kita punya dengan sebaik mungkin. Jangan kokoh hambur-hamburkan ya," nasihat Alin.
Yuan akhirnya paham dan bertekad akan menabung sedikit demi sedikit uang jajan yang ia terima setiap harinya, untuk masa depan.
...----------------...
Rumah bandar judi.
Sementara itu, setiap sore hari Yudi beserta teman-temannya datang ke rumah Herman, sang bandar judi untuk menyetor uang tunai dari hasil judi to-gel.
"Ini bos setorannya," ucap Yudi menyerahkan uang segepok beserta nota berisikan nomor-nomor si pembeli.
Herman begitu senang, karena Yudi berhasil membawa uang banyak untuknya. Tanpa ragu pria itu memberikan uang tunai sebagai bonus cukup besar untuk anak buahnya.
"Nih buat elu!" ucap Herman memberikan.
Yudi tersenyum miring dan merasa senang karena bonus yang ia dapat hari ini sangatlah banyak. "Makasih Bos!" serunya.
"Ya," balas Herman sibuk menghitung uangnya.
Sementara itu Ayong dan Ah Chin juga tidak kalah mendapatkan bonus lumayan besar daripada Yudi, sehingga mereka bertiga kompak akan membeli minuman serta menghabiskannya untuk bersenang-senang.
"Gua dapet banyak nih!" seru Yudi memamerkan hasil bonusnya.
"Sama gua juga dapet banyak!" seru Ah Chin tidak kalah memamerkannya.
"Bagaimana kalau kita pergi jajan?" tawar Yudi dengan senyum jahat.
"Boleh juga tuh ide elu Jud," balas Ah Chin menyetujuinya.
"Ayolah kita jalan sekarang," ajak Yudi merangkul sahabatnya.
"Eh tapi bagaimana kalau bini elu sampai tahu? Gua bisa kena masalah nih," tanya Ah Chin memastikan terlebih dahulu.
"Udah tenang aja, dia kagak bakalan tahu! Udahlah cepetan, gua udah gatel nih mau jajan!" balas Yudi.
"Ya udah kalau begitu, ayo!" balas Ah Chin.
Dan jajan yang dimaksud oleh mereka adalah menggunakan uang untuk menghabiskan malam dengan para wanita pekerja se-ks komersial yang masih merajalela dijamannya.
...***...
Malam harinya.
Setelah kejadian kemarin malam itu, Alin selalu memasang sinyal waspada. Apalagi pada saat jam tidur mau menjelang tengah malam, ia merasa khawatir Yudi akan mengulangi kekejaman yang pernah dilakukan padanya, terlebih ketika suaminya itu menyukai aksi liar dirinya pada saat mabuk.
"Semoga saja hal seperti itu tidak terjadi lagi," gumam Alin sambil menunggu pintu seperti biasanya.
Tak berselang lama kemudian, Yudi memanggil Alin untuk membukakan pintu dan Alin dengan tangan gemetar menyambut suaminya.
"Koh," sapa Alin sambil terus waspada.
Yudi tersenyum. "Kenapa lu? Takut amat romannya lihat gua!"
Alin tidak banyak bicara, namun hatinya selalu saja berdoa agar Yudi tidak mengulangi aksi serupa. Dan beruntungnya Yudi tidak melakukan hal tersebut, karena Alin melihat Yudi sudah menjatuhkan diri diatas kasur dan tertidur pulas.
Alin menghela nafas panjang dan merasa lega melihatnya. Akan tetapi sesadar ia merasakan ada yang janggal dengan aroma menyeruak yang datang tiba-tiba.
Bau parfum asing terendus oleh indera penciumannya, wangi harum tidak dikenali dan tengah melekat erat pada tubuh suaminya itu.
Seketika pikiran Alin melayang kemana-mana dan mengaitkannya dengan sesuatu.
"Apa jangan-jangan Kokoh ... " batin Alin menduga jika suaminya itu telah bermain dengan wanita lain.
Dan dugaannya itu diperkuat dengan jejak percintaan pada bagian leher sang suami yang cukup banyak.
"I-ini," tergagap Alin.
Wanita itu nampak terkejut melihatnya dan ia terkesiap sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan, hatinya terasa hancur.
Dan hati istri mana yang tidak sakit apabila dugaannya itu sampai benar terjadi, jika suami sendiri berkhianat dengan wanita lain. Dan walau sekasar apapun perilaku suaminya itu, namun Yudi tetaplah suami sahnya.
Dengan linangan air mata Alin berusaha menepis semua dugaan-dugaan serta pikiran-pikiran negatif yang berputar disekeliling kepalanya.
Dan Alin menggeleng. "Tidak mungkin, aku tahu Kokoh sangat kasar. Kokoh suka sekali berjudi dan peminum, tapi tidak mungkin dia sampai bermain bersama wanita lain yang bukan istrinya sendiri," gumam Alin masih terus percaya dengan hatinya sendiri.
Akan tetapi kenyataannya tidaklah seperti itu, karena Yudi telah menghabiskan banyak uang untuk membayar seorang wanita pela-cur agar mau bermain dengannya.
Dan rencananya pria itu akan kembali lagi kepada si wanita pela-cur, demi memuaskan kesenangan batinnya lagi.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Defi
untuk istri hitung-hitungan, kalau jajan lupa daratan
2023-10-14
1
Sena judifa
mati aj km yudi...bikin susah aj
2023-10-14
1
Sena judifa
duh senangx
2023-10-14
1