Malam harinya.
Yudi baru saja tiba di rumah dalam kondisi mabuk, sehabis nongkrong bersama dengan teman-teman seperjudian dan sepemabukannya itu hingga larut malam. Sesekali mengumpat kesal karena nomor to-gel yang ia pasang tadi pagi, hampir saja tembus empat angka.
"Si-all! Hampir aja gua jadi jutawan kalau kena buntut tadi! Kenapa enggak gua puter itu angkanya, sama gua kurangin satu angka lagi dibelakang. Huh! Be-gonya gua," oceh Yudi mengumpat kasar, menyalahkan dirinya karena kurang mantap menge-cak nomor to-gel.
Ia masuk ke dalam rumah, sambil berjalan sempoyongan. Lalu berhenti dan menatap istrinya yang tengah terduduk di kursi, sambil menatap tajam kearahnya.
"Kenapa lu lihatin gua sinis begitu?" tanya Yudi tidak suka.
"Koh, jujur sama Alin. Kokoh yang ambil duit di gulungan kelambu ya kan?" tanya Alin berdiri dan menghampiri Yudi.
Yudi menggeleng. "Enggak," balasnya berdusta.
"Jangan bohong Koh, siapa lagi orang yang ada di rumah ini selain Kokoh!" balas Alin.
Yudi mengeram kesal. "Kalau elu udah tahu jawabannya, kenapa pakai tanya segala hah! Iya emang gua yang ambil duit di kelambu, puas Lu!" sentaknya.
Kedua netra Alin langsung berkaca-kaca karena menahan amarah didalam dadanya itu, ia merasa sangat kesal karena suaminya selalu saja bersikap tidak baik, dan salah satunya yaitu suka sekali memakai uang untuk hal yang tidak berguna.
"Koh, itu duit tadinya sama Alin mau dipake buat bayar macem-macem! Buat setoran onde aja Alin sampai enggak kebayar gara-gara kokoh ambil duitnya! Alin malu Koh! Alin malu sama Cik Melan gara-gara ingkar janji!" balas Alin sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Argh bawel Lu! Masalah duit segitu juga, kalau enggak bisa bayar kue ke orang. Kan elu masih punya dua tangan buat bikin sendiri, tepung ketan ada di warung. Gula segala macem juga ada, pikir dong jangan ngomel melulu! Gua pusing dengernya!" sergah Yudi sambil menjenggut rambutnya.
"Bagaimana Alin bisa bebikinan kalau Alin sendiri enggak punya waktu untuk itu! Harusnya Kokoh ngertiin napah! Alin repot setiap hari ngurus rumah, ngurus anak sama cari uang! Kokoh ada bantu? Enggak Kan?" balas Alin bertanya.
Keributan dalam rumah tangga Alin akhirnya terjadi lagi, Yudi yang marah juga tidak terima dimarahi seperti itu oleh istrinya. Ia bahkan mengungkit kembali masa lalu mereka, seperti mengungkit penyebab kematian kedua orang tuanya karena menyelamatkan istrinya itu.
"Papa sama Mama gua mati gara-gara elu! Gara-gara elu yang susah dibilangin pas kerusuhan waktu itu! Harusnya elu enggak ngeyel dan enggak usah nyamperin keluarga elu yang ada di kota sono! Gara-gara elu Papa sama Mama gua jadi korban kerusuhan!" sergah Yudi emosi.
"Itu sudah takdir Koh, emang Alin salah waktu itu. Pergi tanpa bilang-bilang dan meninggalkan Yuan saat masih kecil dulu, tapi itu Alin lakukan karena Alin cemas sama kondisi kota. Papa dan Mama Alin ada disana pas kerusuhan, hati anak mana yang enggak cemas melihat kejadian itu!" balas Alin sedih dan teringat kembali.
Dimana rumahnya telah porak poranda dijarah masa, dan kedua orang tuanya meninggal karena bentrokan waktu itu. Sedangkan mertua Alin yang cemas, segera pergi menyusup ke kota demi mencari keberadaan Alin yang ketahuan pergi disaat kerusuhan yang sedang panas-panasnya tengah terjadi dimana-mana.
Namun malang, mertua lelaki Alin meninggal saat menolong Alin ketika ingin di keroyok oleh masa dan mertua perempuan Alin menangis sepanjang hari dan meninggal karena sakit akibat sedih berkepanjangan.
Semenjak saat itu Yudi yang memang sudah dasarnya seorang pemalas, semakin membenci Alin. Sudah begitu dia menikahi Alin atas dasar keinginan kedua orang tuanya sendiri, yang suka dengan sifat Alin yang rajin dan juga patuh.
Dan satu hal lagi yang membuat Yudi mati-matian menginginkan Alin untuk menjadi miliknya. Karena Alin merupakan anak dari orang berkecukupan, yang kedua orang tuanya termasuk pengusaha terpandang.
Dan hal itu membuat Yudi bersusah payah mencari muka agar kedua orang tua Alin menyetujui hubungannya dengan Alin, dengan pura-pura menjadi pria baik dan rajin serta suka bekerja keras.
Tapi nasib berkata lain, harta Alin sudah habis dijarah saat itu dan rumah gedongnya telah rata dengan tanah karena habis dibakar masa. Lalu setelah itu, Yudi mulai menampakkan wujud aslinya, karena tidak ada gunanya lagi berbuat manis kepada Alin. Mengingat Alin sudah tidak punya warisan lagi dan harta mewah lain-lainnya.
"Ini rumah peninggalan papa gua, warung juga punya Papa gua. Masa gua juga yang kudu mencari! Elu punya otak harusnya mikir, udah bagus elu enggak gua usir dari rumah ini!" sergah Yudi.
"Alin memang udah enggak punya apa-apa lagi Koh, tapi Kokoh harusnya punya sedikit aja pikiran buat ngertiin Alin. Sedikit aja Koh!" balas Alin sedih.
"Kudu ngertiin apa lagi gua ke elu, Alin! Apa elu mau gua cere-in? Terus gua usir lu dari rumah ini, tapi anak-anak hidup sama gua. Mau elu begitu hah!" kecam Yudi.
Alin terdiam dan kembali memikirkan semua itu, ia tidak akan bisa hidup berpisah dengan suaminya, walaupun ia sangat menginginkan hal itu terjadi. Mengingat ada Yuan serta Marlina yang masih kecil dan masih membutuhkan tempat tinggal layak, serta biaya masa depan dari penghasilan toko sembakonya.
Lalu apabila ia pergi dari rumah, siapa yang akan mengurus kedua anaknya itu. Ia tidak akan membiarkan Yuan dan Marlina di didik oleh pria tidak baik seperti Yudi.
"Anak-anakku pasti akan disiksa dan aku tidak ikhlas apabila hal itu sampai terjadi!" batin Alin menimbang-nimbang kembali.
"Heh! Tahu takut, udah pikirin baik-baik? Gua mah terserah elu Alin. Gua bisa kawin lagi habis cere sama elu, biar aja elu luntang lantung dijalan enggak punya tempat tinggal!" ucap Yudi mengancam kembali.
Alin menelan ludahnya yang tercekat dan menatap Yudi dengan kedua mata memerah, jika bukan karena kedua anaknya. Alin tentu tidak akan rela tinggal lebih lama dengan suaminya itu.
Sedangkan Yudi menarik senyum jahat, sambil menatap Alin yang tidak berdaya menghadapi dirinya dan pria itu yakin, kalau Alin akan menyerah dengan ancamannya tadi.
"Bagaimana? Elu mau menurut sama gua, apa elu harus angkat kaki dari rumah ini? Tapi jangan bawa si Yuan sama si Marlina!" tekan Yudi kemudian.
"Ya Koh, jangan usir Alin dari rumah. Alin janji akan nurut sama Kokoh," ucap Alin dengan nada ketidak-berdayaannya.
Yudi tersenyum miring. "Nah begitu, gua juga jadi enggak capek narik urat terus sama elu. Gua mah enggak minta banyak-banyak sama elu Alin, yang terpenting elu kerja cari duit. Terus elu jangan banyak ngomel kalau gua pake duitnya, sama satu lagi. Jangan larang-larang gua lagi ya mau kemana atau mau ngapain ya!" ucapnya penuh penekanan. Sambil menepuk-nepuk pipi Alin yang sudah basah karena air mata.
"Udahlah gua mau tidur!" ucap Yudi. Kemudian pria itu masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan dirinya diatas kasur.
Sedangkan Alin mengepal erat kedua tangannya, sambil menangis ia menatap kembali abu persembahyangan kedua orang tua serta kedua mertuanya.
Tidak dapat dipungkiri hati wanita itu terasa hancur, akan tetapi Alin bertekad kuat untuk membesarkan kedua anak-anaknya agar menajdi orang sukse, walau sesulit dan seberat apapun rintangannya.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Konflik rumah tangga emang selalu menegangkan
2023-12-23
0
neng ade
kehidupan rumah tangga Alin san Yudi terlalu rumit utk di pahami.. akibat kerusuhan yg terjadi Alin sampai harus kehilangan harta nya dan ke dua ortu nya .. ditambah lagi karena amanat yg harus di emban nya membuat Alin dilema
2023-11-24
0
Dewi Payang
Aku sempat liat beritanya ti tv waktu itu
2023-11-15
1