Bab 12. Baju baru untuk Yuan.

Awal bulan Januari.

Sesuai dengan janjinya, pada minggu pertama di bulan Januari, Alin mengajak Yuan ke salah satu pasar tradisional untuk membeli baju baru, sambil menggendong Marlina dalam dekapannya.

"Mama Kokoh mau baju itu!" seru Yuan menunjuk baju yang ia inginkan.

"Yuk kita lihat kesana," balas Alin menuntun Yuan ke toko yang menjajakan baju-baju berwarna merah edisi tahun baru imlek.

Dan setibanya disana, mereka disambut oleh encik penjual baju. "Ayo Cik mau baju yang mana? Banyak model nih tinggal pilih aja," tawar si encik penjual baju itu.

"Yang buat imlekan tahun ini Cik, kalau bisa ukuran untuk anak delapan tahun," ucap Alin seperti biasa melebihkan ukuran baju Yuan agar bisa dipakai lebih lama.

"Nih ukuran buat si Kokohnya," ucap encik penjual baju menunjukkan.

Alin tersenyum dan mengukurnya ke Yuan. "Kokoh mau baju ini?" tanyanya.

"Kokoh mau Mah!" seru Yuan semangat.

"Ya udah Cik, tolong yang ini di bungkus!" ucap Alin.

"Ya Cik," balas si penjual baju lalu menghitung total belanjaan Alin.

Hari itu Alin membelikan Yuan baju sebanyak dua pasang, begitu pula untuk Marlina. Dan rencananya baju tersebut akan dipakai oleh anak-anaknya itu pada saat malam Ce It atau malam sebelum tahun baru dan satu stel lagi akan dipakai pada saat hari besar imleknya.

"Dua stel aja ya Yuan," ucap Alin.

"Ya Ma," patuh Yuan mengerti.

"Sekarang kita cari sendal yuk!" ajak Alin kemudian.

"Ayuk!" seru Yuan semangat.

Lalu mereka berjalan kembali menuju toko sendal, membeli sendal baru untuk Yuan dan juga membeli sepatu bayi untuk Marlina.

"Mama, Kokoh mau sendal yang ada gambar superhero nya," tunjuk Yuan kepada sendal jepit dengan gambar superhero.

"Ya," Alin menuruti.

"Hore! Asyik!" seru Yuan merasa gembira, karena semua permintaannya telah dituruti oleh sang ibu.

Lalu anak itu berjalan dengan sukacita sambil menjinjing kantong kresek berisi barang-barang baru untuk dirinya.

"Mama, habis ini mau kemana?" tanya Yuan.

"Kita pulang ya," balas Alin.

"Mama enggak beli baju baru?" tanya Yuan bingung.

"Enggak, Mama tidak beli baju baru. Lagian di rumah banyak baju Mama yang masih bagus dan masih layak pakai," jawab Alin.

Karena bukan tanpa sebab, selain uang belanjanya yang tidak cukup jika membeli baju baru untuk dirinya sendiri, wanita itu berpikir harus lebih mengutamakan kepentingan anak-anaknya terlebih dahulu dibanding kepentingan pribadinya.

Dan hal itu merupakan salah satu contoh pengorbanan ibu yang sering dilakukan untuk anak-anaknya.

"Tapi tahun baru harus pakai baju baru," protes Yuan.

"Tidak apa, tahun baru tidak selamanya harus pakai baju baru. Yang terpenting ditahun baru ini kita meminta keberkahannya saja," balas Alin.

"Apa yang diminta? Keberkahan apa?" tanya Yuan ingin tahu.

"Ya misalnya kesehatan, rejeki, kebahagiaan dan lain-lain," jawab Alin.

Yuan membulatkan bibirnya dan ia melihat sebuah kelenteng di dekat pasar itu. "Mama kita sembahyang yuk! Yuan mau minta berkah disana," tunjuknya.

Alin menoleh dan ia setuju dengan keinginan Yuan. "Ayo, kebetulan Mama mau sembahyang juga disana."

Setibanya di kelenteng, Alin mengajari Yuan tata cara persembahyangan kepada Dewa dan Dewi. Mulai dari mencuci tangan, sampai bagaimana ia menancapkan dupa diatas altar.

Lalu setelah mereka selesai bersembahyang, Yuan menunjuk salah satu lagi tempat ibadah di dekat tempat itu.

"Mama, itu tempat apa?" tanya Yuan.

"Itu Vihara (Wihara)," jawab Alin.

"Bisa tidak kita kesana?" tanya Yuan.

"Tentu bisa," balas Alin menyetujui. Karena kebetulan di hari itu sedang ada kebaktian sekolah minggu.

"Mama, Yuan ingin doa disana juga!" ajak Yuan tertarik saat melihat ada banyak anak-anak di dalam Vihara.

"Ya, ayo kita masuk," balas Alin.

Mereka berdua disambut oleh pengurus dengan mengucapkan salam sambil ber-Anjali (sikap tangan saat mengucap salam, yaitu merangkapkan kedua tangan seperti kuncup bunga teratai didepan dada).

Suatu hal baru bagi Yuan sendiri dan Alin membiarkan anaknya itu belajar agama agar menjadi pribadi yang lebih baik.

"Mama, Kokoh mau ke Vihara lagi setiap minggu ya. Kokoh senang sekali, banyak teman baru!" seru Yuan setibanya di rumah.

"Ya sayang, setiap minggu Mama akan antar kamu ke Vihara ya," balas Alin senangmelihat semangat anaknya untuk belajar agama lebih dalam.

"Asyikk!" seru Yuan.

Akan tetapi setelah mengikuti kegiatan agama tersebut, mereka jadi pulang terlambat ke rumah. Hingga Yudi yang kala itu sudah kelaparan karena belum sarapan pagi sampai tengah hari pun, merasa marah kepada Alin yang baru saja tiba di rumah.

"Eh elu beli baju apa jalan-jalan hah! Udah tahu kagak ada makanan di rumah, harusnya pulang cepet. Jangan keluyuran!" tukas Yudi emosi.

"Alin enggak keluyuran Koh, Alin sama Yuan habis sembahyang di bio (kelenteng). Sama temenin Yuan kebaktian, dia mau ikut sekolah minggu di Vihara," balas Alin apa adanya dan disambut anggukan oleh Yuan.

"Alahh gua enggak percaya! Elu pasti habis memaen ke rumah orang kan? Terus elu ngobrol sampe lupa waktu dan ngabisin duit buat beli makan enak di luar!" tukas Yudi tidak percaya.

"Enggak Koh, Alin berani sumpah. Alin enggak keluyuran! Lagian Alin pikir Kokoh pasti beli makan diluar, soalnya Kokoh lagi pegang duit banyak habis menang judi," balas Alin.

"Duit gua udah habis buat beli baju baru sama sepatu kemarin, ngerti lu! Udah sono masak, perut gua udah lapar. Gua mau makan!" sentak Yudi tidak mau tahu.

Alin mengangguk dan segera ke dapur untuk memasak lauk setelah menaruh bayi Marlina di atas kasur, sedangkan Yuan membantu Alin dengan menjaga adiknya yang sedang tertidur, sambil mengipasinya agar nyaman.

Tak butuh waktu lama, lauk makan siang telah siap sedia. Yudi yang sudah kelaparan sejak dari tadi pagi, menghabiskan lauk tersebut tanpa ingat anak istri.

"Koh telur dadarnya jangan dihabisin, sisain buat Yuan!" tegur Alin.

"Berisik Lu, gua lagi lapar. Lagian telur masih banyak tuh di warung, masak lagi aja!" balas Yudi tidak peduli.

Alin hanya bisa geleng-geleng kepala dalam menghadapi sikap egois Yudi, tanpa mau banyak berdebat, wanita itu segera mengambil telur dan memasak kembali untuk Yuan yang mulai meminta makan siang padanya.

Lalu setelah semua perut anggota keluarganya telah terisi, seperti biasa Alin mencari uang dengan menjaga warung sembako. Banyak pembeli yang mulai berdatangan, untuk membeli sembako dan karena sebentar lagi akan menyambut tahun baru imlek.

Para pembeli sudah mulai menyetok bahan-bahan sembako yang diperlukan sebelum harga meranggak naik saat mendekati hari H, seperti gula pasir, minyak sayur, tepung terigu dan lain sebagainya.

Hal tersebut membuat Alin mengucap syukur, setidaknya bahan dagangan dalam warungnya tidak menumpuk dan bau tengik.

Selain itu ia masih bisa mendapat untung lebih di bulan ini, serta dapat merayakan tahun baru imlek bersama dengan keluarga kecilnya, walau tidak semewah seperti waktu masih gadis dulu.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

5🌹buat kak author

2023-12-13

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Dih isi kepalanya jahat semua

2023-12-13

0

Lee

Lee

Jdi inget mamahku Lin, mmah dlu jg suka begini 😭

2023-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Suami tidak berguna.
2 Bab 2. Benang tanpa ujung.
3 Bab 3. Kekerasan yang berulang.
4 Bab 4. Hidup sedang susah.
5 Bab 5. Kelakuan Yudi.
6 Bab 6. Judi Pa-kong.
7 Bab 7. Ketidakberdayaan Alin.
8 Bab 8. Tugas sekolah Yuan.
9 Bab 9. Hari Ibu dan Onde.
10 Bab 10. Puisi untuk Ibu.
11 Bab 11. Duit jin dimakan setan.
12 Bab 12. Baju baru untuk Yuan.
13 Bab 13. Persiapan Imlek.
14 Bab 14. Imlekan.
15 Bab 15. Keributan.
16 Bab 16. Kue cina goreng.
17 Bab 17. Hari pertama sekolah SD
18 Bab 18. Bersikeras.
19 Bab 19. Di cekoki.
20 Bab 20. Wangi tidak dikenal.
21 Bab 21. Mengakuinya.
22 Bab 22. Pertengkaran.
23 Bab 23. Tidak pulang.
24 Bab 24. Menghasut.
25 Bab 25. Mendatangi kontrakan Yudi.
26 Bab 26. Minta cerai.
27 Bab 27. Gunjingan.
28 Bab 28. Nyawer.
29 Bab 29. Kedatangan Ah Chin.
30 Bab 30. Papa kemana?
31 Bab 31. Undangan pernikahan.
32 Bab 32. si Dorna.
33 Bab 33. Sifat jelek Yulan.
34 Bab 34. Dewa judi.
35 Bab 35. Beasiswa.
36 Bab 36. Kalah.
37 Bab 37. Penekanan Tina.
38 Bab 38. Pertemuan.
39 Bab 39. Pindahan.
40 Bab 40. Hasutan Ah Chin.
41 Bab 41. Pecat
42 Bab 42. Rongrongan hidup.
43 Bab 43. Curhatan hati Ah Chin.
44 Bab 44. Mencari Ah Chin.
45 Bab 45. Kedatangan Yudi.
46 Bab 46. Pembalasan Alin.
47 Bab 47. Karma Yudi.
48 Bab 48. Bendera kuning.
49 Bab 49. Melayat.
50 Bab 50. Hajar habis-habisan.
51 Bab 51. Vonis.
52 Bab 52. Memberi tahu Yuan.
53 Bab 53. Membesuk ke penjara.
54 Bab 54. Heru VS Yuan.
55 Bab 55. Surat peringatan.
56 Bab 56. Pertemuan Yudi dan Ah Chin.
57 Bab 57. Tamparan untuk Ah Chin
58 Bab 58. Kuli panggul.
59 bab 59. Sakit pinggang.
60 Bab 60. Minta paksa.
61 Bab 61. Hilangnya semangat hidup.
62 Bab 62. Kematian Yudi.
63 Bab 63. Berkunjung.
64 Bab 64. Pekerjaan Yulan.
65 Bab 65. Daddy nya Mei Chen
66 Bab 66. Mampir ke rumah Yuan.
67 Bab 67. Tester.
68 Bab 68. Merayu Mei.
69 Bab 69. Mencicipi.
70 Bab 70. Meminta Marco.
71 Bab 71. Hasutan Yulan.
72 Bab 72. Tiba di Mansion.
73 Bab 73. Sarapan pagi bersama.
74 Bab 74. Pertemuan Akung Iyan dan Alin.
75 Bab 75. Pembelaan Hendrik.
76 Bab 78. Pesta ulang tahunnya Mei.
77 Bab 77. Terpesona.
78 Bab 78. Menghakimi Yulan.
79 bab 79. Sikap keras kepala Yulan.
80 Bab 80. Mengantar pulang.
81 Bab 81. Emosi Ah Chin.
82 Bab 82. Penyerangan Yulan.
83 Bab 83. Bawa ke rumah sakit.
84 Bab 84. Sadar.
85 Bab 85. Gila.
86 Bab 86. Pulang.
87 Bab 87. Keteguhan hati.
88 Bab 88. Minggat bohongan.
89 Bab 89. Jebakan Betmen.
90 Bab 90. Rela.
91 Bab 91. Makan malam.
92 Bab 92.
93 Bab 93. Menerima lamaran.
94 Bab 94. Resmi menikah.
95 Bab 95. Pergi berbulan madu.
96 Bab 96. Penyatuan yang terjadi.
97 Bab 97.
98 Bab 98. Ujung benang yang mulai terurai.
99 Bab 99. Manisan buah kana.
100 Bab 100. Tamat.
101 Pengumuman Karya Baru.
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1. Suami tidak berguna.
2
Bab 2. Benang tanpa ujung.
3
Bab 3. Kekerasan yang berulang.
4
Bab 4. Hidup sedang susah.
5
Bab 5. Kelakuan Yudi.
6
Bab 6. Judi Pa-kong.
7
Bab 7. Ketidakberdayaan Alin.
8
Bab 8. Tugas sekolah Yuan.
9
Bab 9. Hari Ibu dan Onde.
10
Bab 10. Puisi untuk Ibu.
11
Bab 11. Duit jin dimakan setan.
12
Bab 12. Baju baru untuk Yuan.
13
Bab 13. Persiapan Imlek.
14
Bab 14. Imlekan.
15
Bab 15. Keributan.
16
Bab 16. Kue cina goreng.
17
Bab 17. Hari pertama sekolah SD
18
Bab 18. Bersikeras.
19
Bab 19. Di cekoki.
20
Bab 20. Wangi tidak dikenal.
21
Bab 21. Mengakuinya.
22
Bab 22. Pertengkaran.
23
Bab 23. Tidak pulang.
24
Bab 24. Menghasut.
25
Bab 25. Mendatangi kontrakan Yudi.
26
Bab 26. Minta cerai.
27
Bab 27. Gunjingan.
28
Bab 28. Nyawer.
29
Bab 29. Kedatangan Ah Chin.
30
Bab 30. Papa kemana?
31
Bab 31. Undangan pernikahan.
32
Bab 32. si Dorna.
33
Bab 33. Sifat jelek Yulan.
34
Bab 34. Dewa judi.
35
Bab 35. Beasiswa.
36
Bab 36. Kalah.
37
Bab 37. Penekanan Tina.
38
Bab 38. Pertemuan.
39
Bab 39. Pindahan.
40
Bab 40. Hasutan Ah Chin.
41
Bab 41. Pecat
42
Bab 42. Rongrongan hidup.
43
Bab 43. Curhatan hati Ah Chin.
44
Bab 44. Mencari Ah Chin.
45
Bab 45. Kedatangan Yudi.
46
Bab 46. Pembalasan Alin.
47
Bab 47. Karma Yudi.
48
Bab 48. Bendera kuning.
49
Bab 49. Melayat.
50
Bab 50. Hajar habis-habisan.
51
Bab 51. Vonis.
52
Bab 52. Memberi tahu Yuan.
53
Bab 53. Membesuk ke penjara.
54
Bab 54. Heru VS Yuan.
55
Bab 55. Surat peringatan.
56
Bab 56. Pertemuan Yudi dan Ah Chin.
57
Bab 57. Tamparan untuk Ah Chin
58
Bab 58. Kuli panggul.
59
bab 59. Sakit pinggang.
60
Bab 60. Minta paksa.
61
Bab 61. Hilangnya semangat hidup.
62
Bab 62. Kematian Yudi.
63
Bab 63. Berkunjung.
64
Bab 64. Pekerjaan Yulan.
65
Bab 65. Daddy nya Mei Chen
66
Bab 66. Mampir ke rumah Yuan.
67
Bab 67. Tester.
68
Bab 68. Merayu Mei.
69
Bab 69. Mencicipi.
70
Bab 70. Meminta Marco.
71
Bab 71. Hasutan Yulan.
72
Bab 72. Tiba di Mansion.
73
Bab 73. Sarapan pagi bersama.
74
Bab 74. Pertemuan Akung Iyan dan Alin.
75
Bab 75. Pembelaan Hendrik.
76
Bab 78. Pesta ulang tahunnya Mei.
77
Bab 77. Terpesona.
78
Bab 78. Menghakimi Yulan.
79
bab 79. Sikap keras kepala Yulan.
80
Bab 80. Mengantar pulang.
81
Bab 81. Emosi Ah Chin.
82
Bab 82. Penyerangan Yulan.
83
Bab 83. Bawa ke rumah sakit.
84
Bab 84. Sadar.
85
Bab 85. Gila.
86
Bab 86. Pulang.
87
Bab 87. Keteguhan hati.
88
Bab 88. Minggat bohongan.
89
Bab 89. Jebakan Betmen.
90
Bab 90. Rela.
91
Bab 91. Makan malam.
92
Bab 92.
93
Bab 93. Menerima lamaran.
94
Bab 94. Resmi menikah.
95
Bab 95. Pergi berbulan madu.
96
Bab 96. Penyatuan yang terjadi.
97
Bab 97.
98
Bab 98. Ujung benang yang mulai terurai.
99
Bab 99. Manisan buah kana.
100
Bab 100. Tamat.
101
Pengumuman Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!