Hari minggunya.
Setelah kejadian uang Alin untuk membayar kue onde di pakai oleh Yudi beberapa hari yang lalu, terpaksa Alin membuat sendiri adonan onde yang berbahan dasar dari tepung ketan itu.
Ia membuat adonan dan memulung tepung ketan tersebut hingga menjadi bulatan kecil dan menyebarnya diatas tetampah rotan yang sebelumnya telah ditaburi tepung ketan, agar onde yang telah dibentuk tidak lengket dan tidak menempel satu sama lain.
Dan pekerjaan itu ia lakukan seorang diri dan tentunya membuat Alin menjadi sangat sibuk, ia sampai lupa mengurus dirinya sendiri, seperti lupa makan pagi hingga malam menjelang tiba. Serta lupa dengan tugas hapalan Yuan untuk acara hari ibu besok di sekolah.
Sedangkan Yudi tidak tahu pergi main kemana, karena sejak dari tadi pagi suaminya itu telah berangkat bersama Ah Chin menaiki sepeda motornya.
Sementara itu Yuan mengurungkan niat mendekati sang ibu untuk menunjukkan hasil latihannya dan berganti membawakan makan agar ibunya itu mengisi perut terlebih dahulu.
"Mama," ucap Yuan, sambil membawakan sepiring nasi dengan lauk seadanya.
"Ya Yuan, ada apa sayang?" tanya Alin tanpa menoleh.
"Mama ini sudah malam, makanlah dulu!" ucap Yuan menepuk pundak ibunya agar berhenti memulung onde.
Alin menoleh dan ia terkejut saat Yuan membawakannya sepiring makanan. "Emang ini udah jam berapa koh?" tanyanya memandang jam dinding. "Ya Tuhan sudah jam sembilan malam!" kejutnya kemudian.
Alin menunda pekerjaannya, lalu berbalik. "Terima kasih ya sayang," ucapnya menyambut piring yang diberikan oleh Yuan.
"Sama-sama Ma," balas Yuan lalu duduk disisi ibunya. Sambil menepuk-nepuk sang adik yang menggeliat, agar kembali tidur dan tidak menganggu ibunya yang ingin makan.
Alin merasa terenyuh saat menangkap momen manis tersebut, rasa peduli dan kehangatan serta perhatian yang seharusnya dilakukan oleh Yudi suaminya dan bukanlah Yuan yang masih sangat kecil dan belum mengerti apa-apa.
Wanita itu pun akhirnya makan dengan lahap, dengan tangan yang bergetar akibat belum makan sejak dari tadi pagi, sehingga ia merasakan lapar teramat sangat. Dan Alin makan sambil menyembunyikan wajahnya, agar Yuan tidak melihat dirinya yang sedang bersedih.
Bahkan terlihat Alin tengah berusaha membendung cairan bening yang hampir saja tumpah pada kedua pelupuk matanya itu.
Susah payah Alin menelan nasi yang sudah terasa kering, tanpa adanya kuah sayur yang mendorong karena memang ia tidak sempat memasak sayur untuk dirinya sendiri.
Lalu tiba-tiba saja ada uluran tangan kecil kembali menyodorkan segelas air minum untuk dirinya.
"Mama nih airnya, diminum dulu biar gampang nelennya," ucap Yuan begitu peduli.
Hingga pada akhirnya Alin pun tidak kuat lagi menahan tangis, ia langsung menumpahkan semua air matanya itu dan buliran air mata satu persatu berguguran hingga membasahi kedua pipinya.
Alin memeluk Yuan erat. "Kokoh, makasih ya udah peduli sama Mama ... Maaf Mama tidak bisa mengurus Yuan dengan baik ..." lirihnya diiringi isakan tangis menyesakkan dada.
Yuan mengusap-usap punggung Alin dengan tangan mungilnya. "Sama-sama Ma, Mama jangan menangis, kokoh Yuan tidak apa-apa kok. Sekarang Mama lanjutin makannya ya."
Alin mengangguk dan melepaskan pelukannya itu setelah merasa baikkan, setidaknya ia merasa bersyukur, karena hari-hari berat yang ia lalui setiap hari. Masih ada Yuan yang selalu memberikannya semangat dan terus mengingatkannya untuk tetap berjuang menjalani setiap permasalahan yang datang menghadang.
Akan tetapi Alin juga menyadari sesuatu, kondisi rumah tangga keluarganya yang buruk membuat anak itu berubah menjadi orang dewasa sebelum waktunya.
...----------------...
Keesokan harinya.
Pagi-pagi sekali Alin sudah merebus onde dan juga memasak air gula, lalu menatanya diatas meja abu keluarga karena hari ini di tanggal 22 Desember adalah hari onde / Tang Cik.
Perayaan Tung Che / Tang Cik, merupakan tradisi orang Tionghoa yang di negara asalnya perayaan ini memiliki arti musim dingin telah tiba. Banyak arti dari perayaan tersebut, namun bagi Alin ia hanya berharap keberkahannya saja.
Alin membuat kue onde sebisanya, onde sederhana berwarna hijau, putih dan juga warna merah, yang terbuat dari tepung ketan. Lalu di rebus dan di masukan kedalam air gula jahe.
Kue onde ini bertekstur kenyal dan manis, mirip seperti kue mochi atau wedang ronde yang sering kita jumpai dipasar.
Selain hari onde bagi orang-orang Tionghoa, di tanggal yang sama ini juga merupakan peringatan hari ibu untuk ibu diseluruh Nusantara.
Banyak anak-anak yang memberikan hadiah dihari ibu untuk ibu mereka seperti barang atau persembahan yang berkesan, demi menyenangkan hati ibu mereka sebagai tanda terima kasih karena telah merawat dan membesarkan mereka.
Dan bagi mereka yang sudah kehilangan ibu, mereka akan memberikan doa terbaik untuk kebahagiaan sang ibu dialam sana.
Sementara itu Yuan terbangun setelah mendengar suara peralatan masak begitu berisik dari arah dapur, ia duduk dilantai dan memandangi ibunya yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
Alin tersenyum melihat Yuan sudah bangun dan segera menyuapi onde sesuai dengan usia Yuan saat ini.
"1 2 3 4 5 6 7 ... Ada tujuh onde nya Mah? Kenapa harus tujuh?" tanya Yuan sambil menghitung jumlah kue bulat kecil itu dalam mangkok.
"Iya umur Yuan kan tahun ini enam tahun dan ditambah satu onde lagi biar jadi tujuh," balas Alin.
"Kenapa kita makan onde ini dan kenapa onde-nya dilebihi satu?" tanya Yuan sambil menyuap satu-persatu onde ke dalam mulut dan mengunyahnya.
"Ini kepercayaan orang Tionghoa sayang, katanya kalau kita makan onde sesuai dengan umur lalu ditambahkan lagi satu dengan harapan agar tahun depan kita masih bisa menyantap kue onde ini lagi," jawab Alin sesederhana mungkin agar Yuan mengerti.
"Jadi kalau kita makan onde, berarti kita akan berumur panjang?" tanya Yuan polos.
"Ya bisa dibilang seperti itu," balas Alin mengiyakan.
"Lalu bagaimana dengan dede Marlina? Dia masih belum satu tahun? Apa ondenya harus di potong kecil-kecil?" tanya Yuan.
"Dede masih kecil dan dede masih belum boleh makan onde sayang," jawab Alin.
"Nanti ketelak ya Ma? Terus bagaimana dengan nenek-nenek ompong yang umurnya sudah 80 tahun? Apa nenek itu juga makan 80 onde ditambah 1? Itu banyak sekali dan mangkuk ini pasti tidak muat," tanya Yuan kembali.
"Kokoh sayang, ini hanyalah kepercayaan tradisi kita. Lebih baik kokoh habiskan saja onde-nya ya, terus minum susu. Habis itu kokoh mandi dan kita pergi ke sekolah," jawab Alin mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, Kokoh hari ini ada acara di sekolah. Nanti Mama tonton ya," ucap Yuan semangat.
"Tentu sayang," jawab Alin tersenyum.
Setelah itu Yuan menghabiskan onde serta susu buatan ibunya, kemudian ia bergegas mandi dan sudah tidak sabar untuk menunjukkan hasil latihannya selama beberapa hari itu kepada sang ibu diatas panggung.
Dimana Yuan bersama dengan teman-teman sekelasnya itu akan menampilkan berbagai persembahan pentas seni di sekolah dan salah satunya adalah paduan suara serta pembacaan puisi.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
neng ade
ya Allah .. Yuan begitu perhatian dan sangat sayang sm ibu nya dan juga adik nya .. anak sekecil itu udh tau arti tanggung jawab
2023-11-24
0
Dewi Payang
5 ⚘️buat Yuan dan Alin, semangat💪💪
2023-11-15
1
Dewi Payang
Kakak dan adik peremouanku meningkah dg laki2 Tionghoa, jadi sedikit banyak saat membaca novel ini, aku ngerti kak😊😊
2023-11-15
1