Bab 2. Benang tanpa ujung.

Meja judi.

Pertarungan sengit tengah terjadi di atas meja judi, empat orang pria tidak berguna saling melempar kartu andalan mereka masing-masing, sesekali terdengar kata umpatan kasar, jika salah satu diantara mereka hampir kalah dan tertawa riang mengatai sesama temannya jika berhasil menang.

"Bang-sat gua kalah lagi aja!" umpat kesal Yudi melempar kartu sisanya diatas meja. "Lu kalau ngocok kartu yang bener dong! Gua kalah terus nih!" maki Yudi kemudian.

"Ah ba-cot! Elu-nya aja yang enggak bisa maen, orang yang ngocok kartu malah lu omelin! Cepet bayar!" semprot si bandar menagih uang kekalahan Yudi.

Yudi pun berdecak kesal dan melempar uang sisa dalam kantong celananya yang tidak seberapa. "Nih! Kurangnya besok, gua ngutang dulu!" ucapnya begitu mudah.

"Enak bener lu ngutang melulu! Emang lu pikir gua renternir! Bayar!" ucap si bandar tidak mau tahu dan melotot.

"Ya besok! Gua kagak bawa duit! Kalau enggak gua pulang dulu deh, mau ambil duitnya!" balas Yudi memberi tawaran.

"Ya sudah, ambil sono duit elu, gua tungguin. Awas lu kagak balik lagi, gua ambil bini lu!" sentak si bandar judi bernama Herman.

"Ya bawel luh!" balas Yudi lalu pergi.

Sementara itu Alin bersusah payah membuka tokonya, satu persatu papan kayu lumayan berat ia lepaskan dari balok penyangga seorang diri tanpa bantuan lelaki.

Akan tetapi itu bukan saatnya untuk mengeluh, karena ia harus bergegas, mengingat para pembeli telah mengantri untuk membeli berbagai keperluan sembako di tokonya.

"Aduh Cik, emangnya kemana si engkoh? Masa tiap hari buka warung si engkoh nggak pernah bantu sih?" ucap Melan pelanggan setianya.

"Biasa lagi maen Cik," balas Alin.

Melan menghela nafas panjang, melihat kesulitan Alin setiap hari dalam mengurus rumah tangga membuat ia merasa iba.

"Besok-besok titipin saja Marlina ke rumah kalau lagi repot ya, encik bisa ambil Marlina setelah pekerjaan encik selesai," ucap Melan menawarkan diri.

"Ya Cik, terima kasih atas bantuannya. Mau beli apa Cik?" tanya Alin kemudian.

"Beli gula sekilo, beras lima liter sama minyaknya dua liter," balas Melan sambil menunjukkan daftar belanjaannya.

"Ya tunggu ya Cik," balas Alin. Lalu dengan cekatan ia menakar dan menimbang bahan-bahan tersebut. Lalu memberian semuanya kepada Melan tanpa kekurangan satu barang pun.

"Terima kasih ya Alin," balas Melan memberikan uangnya.

"Saya yang harusnya bilang terima kasih Cik," ucap Alin menghitung uang belanjaan tersebut dan memasukkannya ke dalam laci uang.

Melan tersenyum, lalu pergi dari warung sembako itu dengan menenteng belanjaan yang baru saja ia beli.

Sedangkan Alin kembali ke dalam untuk melihat keadaan bayinya yang masih tertidur lelap, sesekali menatap jam dinding.

"Mana sih si kokoh, sudah mau jam sepuluh. Katanya mau kembali sebelum jam pulang sekolahnya Yuan," gumam Alin mewanti-wanti.

Dan benar saja, Yudi terlihat kembali ke rumah dan Alin segera menyambut suaminya.

"Syukurlah Koh, Kokoh sudah pulang. Tolong jagain Marlina sama jagain toko sebentar ya, aku mau jemput Yuan dulu," ucap Alin bergegas.

"Eh enak aja lu mau pergi, gua masih ada urusan!" balas Yudi dengan tatapan tidak mengenakkannya. Lalu bergegas masuk ke dalam toko dan menguras habis seluruh uang dalam laci.

"Loh Koh! Kenapa uangnya diambil? Itu uang penglaris, sudah begitu uang itu juga buat bayar setoran kita pada pak Marsan nanti!" ucap Alin menahan tangan Yudi sebelum memasukkan uang tersebut ke dalam saku.

Namun larangan Alin membuat Yudi naik pitam, tangannya yang enteng langsung saja melayangkan satu tamparan keras ke wajah Alin, hingga sedikit membiru.

"Bini bang-sat! Duit segini lu pakai perhitungan sama gua! Nanti juga dapat lagi!" maki kesal Yudi dan buru-buru memasukan uang senilai seratus ribu rupiah kedalam saku. "Lumayan sisanya bisa buat beli minum," ucapnya tersenyum senang. Lalu pergi menuju tempat dimana bandar judi telah menunggunya.

Sedangkan Alin berusaha bangun dari duduknya, sambil memegangi pipinya yang sedikit membengkak, sesekali meringis kesakitan.

Wanita itu perlahan mendekati bayinya dan terduduk diatas kursi, sambil memandangi meja abu leluhur kedua orang tuanya yang selalu ia sembahyangi setiap masanya.

Alin menangis dan menyesal karena sewaktu itu ia tidak mendengarkan nasihat kedua orang tuanya, yang melarang ia agar tidak menikah dengan Yudi dan menolak untuk dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya.

Yang kabarnya sekarang ini pria pilihan ayahnya itu telah menjadi seorang pengusaha garam sukses, serta memiliki harta berlimpah dimana-mana.

Akan tetapi nasi telah menjadi bubur, mau menyesal pun dirasa percuma. Itu karena dirinya yang terlalu bodoh dan begitu percaya dengan ucapan-ucapan manis Yudi sewaktu berpacaran dulu.

Kini Alin hanya bisa menguatkan hati dan menyeka setiap air mata yang keluar dari kedua sudut matanya, menyimpan semua rasa sakit seorang diri tanpa sanak keluarga menemani.

Sejenak Alin berpikir, masalah yang selalu ia hadapi itu seperti benang tanpa ujung, tidak memiliki awal baik maupun akhir yang baik.

...***...

Sore harinya.

Seperti biasa disetiap malam bulan purnama, atau orang Tionghoa menyebutnya dengan malam Cap Go, yaitu malam tanggal 15 dalam penanggalan imlek setiap bulannya.

Alin menyembahyangi arwah leluhurnya yang telah tiada, dengan beberapa persembahan seperti buah dan juga kue. Sebagai bentuk bakti mereka kepada para leluhur, serta tidak lupa menancapkan dupa diatas abu pada altar itu, berharap arwah leluhurnya mereka, dapat terlahir dialam bahagia.

Lalu tak lama setelah itu, Yudi pun tiba di rumah, dengan raut wajah kesal karena kalah berjudi. Serta aroma alkohol begitu lekat hingga menusuk indera penciuman Alin.

"Alin ambilin gua minum!" titah Yudi sambil menjatuhkan raganya diatas sofa dan menghela nafas tiada henti.

Alin menurut dan mengambilkan Yudi segelas air minum. "Ini Koh," ucapnya mengulurkan tangan.

Tak mau banyak bertanya, Alin pergi menuju toko dan menutupnya karena hari hampir gelap. Lalu menuju dapur dan menyiapkan makan malam untuk keluarganya.

"Yuan, sudah selesai ngerjain PR nya?" tanya Alin.

"Sudah," jawab Yuan dengan anggukan kecil.

Alin tersenyum, lalu membantu Yuan membereskan peralatan sekolah dan menaruhnya kedalam tas.

"Makan dulu yuk," ucap Alin mengajak Yuan dan menuntunnya ke ruang makan.

Nampak Yudi menatap sinis kearah mereka berdua, entah apa sebabnya. Namun pria penjudi dan pemabukan itu tidak suka jika keberadaan dirinya diabaikan.

"Yuan!" pekik Yudi melempar gelas yang ia genggam ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

Yuan berlari ketakutan menghampiri sang ayah. "Iya papa," ucapnya gemetar.

"Kamu itu anak laki-laki, tidak pantas jika terus berada dibalik ketiak Mamamu! Sini main sama Papa dan kita main seperti lelaki," ucap Yudi menakuti Yuan dengan serpihan kaca ditangan.

Alin menarik Yuan agar tidak menuruti keinginan ayahnya yang sedang mabuk itu. "Jangan takuti Yuan seperti itu, dia masih kecil."

"Siapa yang mau menakutinya? Apa gua salah bicara heh! Anak lelaki mainnya yang bahaya seperti ini nih!" ucap Yudi memperagakan aksi kasar dan juga kekerasan kepada sebuah bantal sofa disana dan merobeknya dengan sebuah pecahan kaca tajam.

Alin meneguk ludahnya kasar, sambil menutupi kedua mata Yuan agar tidak melihat tindakan ayahnya yang bertingkah anarkis. Walau terhadap sebuah benda, namun Alin takut kalau sikap seperti itu akan membuat mental Yuan terganggu.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

like n sub sudah mendarat kakak, semangat💪💪💪

2023-12-19

1

neng ade

neng ade

Si Yudi ga ada akhlak nya anak nya masih kecil malah di ajarin yg ga berguna..

2023-11-06

0

Dewi Payang

Dewi Payang

oh ya ampun si kokoh yudi, tega ya dihabisin

2023-11-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Suami tidak berguna.
2 Bab 2. Benang tanpa ujung.
3 Bab 3. Kekerasan yang berulang.
4 Bab 4. Hidup sedang susah.
5 Bab 5. Kelakuan Yudi.
6 Bab 6. Judi Pa-kong.
7 Bab 7. Ketidakberdayaan Alin.
8 Bab 8. Tugas sekolah Yuan.
9 Bab 9. Hari Ibu dan Onde.
10 Bab 10. Puisi untuk Ibu.
11 Bab 11. Duit jin dimakan setan.
12 Bab 12. Baju baru untuk Yuan.
13 Bab 13. Persiapan Imlek.
14 Bab 14. Imlekan.
15 Bab 15. Keributan.
16 Bab 16. Kue cina goreng.
17 Bab 17. Hari pertama sekolah SD
18 Bab 18. Bersikeras.
19 Bab 19. Di cekoki.
20 Bab 20. Wangi tidak dikenal.
21 Bab 21. Mengakuinya.
22 Bab 22. Pertengkaran.
23 Bab 23. Tidak pulang.
24 Bab 24. Menghasut.
25 Bab 25. Mendatangi kontrakan Yudi.
26 Bab 26. Minta cerai.
27 Bab 27. Gunjingan.
28 Bab 28. Nyawer.
29 Bab 29. Kedatangan Ah Chin.
30 Bab 30. Papa kemana?
31 Bab 31. Undangan pernikahan.
32 Bab 32. si Dorna.
33 Bab 33. Sifat jelek Yulan.
34 Bab 34. Dewa judi.
35 Bab 35. Beasiswa.
36 Bab 36. Kalah.
37 Bab 37. Penekanan Tina.
38 Bab 38. Pertemuan.
39 Bab 39. Pindahan.
40 Bab 40. Hasutan Ah Chin.
41 Bab 41. Pecat
42 Bab 42. Rongrongan hidup.
43 Bab 43. Curhatan hati Ah Chin.
44 Bab 44. Mencari Ah Chin.
45 Bab 45. Kedatangan Yudi.
46 Bab 46. Pembalasan Alin.
47 Bab 47. Karma Yudi.
48 Bab 48. Bendera kuning.
49 Bab 49. Melayat.
50 Bab 50. Hajar habis-habisan.
51 Bab 51. Vonis.
52 Bab 52. Memberi tahu Yuan.
53 Bab 53. Membesuk ke penjara.
54 Bab 54. Heru VS Yuan.
55 Bab 55. Surat peringatan.
56 Bab 56. Pertemuan Yudi dan Ah Chin.
57 Bab 57. Tamparan untuk Ah Chin
58 Bab 58. Kuli panggul.
59 bab 59. Sakit pinggang.
60 Bab 60. Minta paksa.
61 Bab 61. Hilangnya semangat hidup.
62 Bab 62. Kematian Yudi.
63 Bab 63. Berkunjung.
64 Bab 64. Pekerjaan Yulan.
65 Bab 65. Daddy nya Mei Chen
66 Bab 66. Mampir ke rumah Yuan.
67 Bab 67. Tester.
68 Bab 68. Merayu Mei.
69 Bab 69. Mencicipi.
70 Bab 70. Meminta Marco.
71 Bab 71. Hasutan Yulan.
72 Bab 72. Tiba di Mansion.
73 Bab 73. Sarapan pagi bersama.
74 Bab 74. Pertemuan Akung Iyan dan Alin.
75 Bab 75. Pembelaan Hendrik.
76 Bab 78. Pesta ulang tahunnya Mei.
77 Bab 77. Terpesona.
78 Bab 78. Menghakimi Yulan.
79 bab 79. Sikap keras kepala Yulan.
80 Bab 80. Mengantar pulang.
81 Bab 81. Emosi Ah Chin.
82 Bab 82. Penyerangan Yulan.
83 Bab 83. Bawa ke rumah sakit.
84 Bab 84. Sadar.
85 Bab 85. Gila.
86 Bab 86. Pulang.
87 Bab 87. Keteguhan hati.
88 Bab 88. Minggat bohongan.
89 Bab 89. Jebakan Betmen.
90 Bab 90. Rela.
91 Bab 91. Makan malam.
92 Bab 92.
93 Bab 93. Menerima lamaran.
94 Bab 94. Resmi menikah.
95 Bab 95. Pergi berbulan madu.
96 Bab 96. Penyatuan yang terjadi.
97 Bab 97.
98 Bab 98. Ujung benang yang mulai terurai.
99 Bab 99. Manisan buah kana.
100 Bab 100. Tamat.
101 Pengumuman Karya Baru.
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1. Suami tidak berguna.
2
Bab 2. Benang tanpa ujung.
3
Bab 3. Kekerasan yang berulang.
4
Bab 4. Hidup sedang susah.
5
Bab 5. Kelakuan Yudi.
6
Bab 6. Judi Pa-kong.
7
Bab 7. Ketidakberdayaan Alin.
8
Bab 8. Tugas sekolah Yuan.
9
Bab 9. Hari Ibu dan Onde.
10
Bab 10. Puisi untuk Ibu.
11
Bab 11. Duit jin dimakan setan.
12
Bab 12. Baju baru untuk Yuan.
13
Bab 13. Persiapan Imlek.
14
Bab 14. Imlekan.
15
Bab 15. Keributan.
16
Bab 16. Kue cina goreng.
17
Bab 17. Hari pertama sekolah SD
18
Bab 18. Bersikeras.
19
Bab 19. Di cekoki.
20
Bab 20. Wangi tidak dikenal.
21
Bab 21. Mengakuinya.
22
Bab 22. Pertengkaran.
23
Bab 23. Tidak pulang.
24
Bab 24. Menghasut.
25
Bab 25. Mendatangi kontrakan Yudi.
26
Bab 26. Minta cerai.
27
Bab 27. Gunjingan.
28
Bab 28. Nyawer.
29
Bab 29. Kedatangan Ah Chin.
30
Bab 30. Papa kemana?
31
Bab 31. Undangan pernikahan.
32
Bab 32. si Dorna.
33
Bab 33. Sifat jelek Yulan.
34
Bab 34. Dewa judi.
35
Bab 35. Beasiswa.
36
Bab 36. Kalah.
37
Bab 37. Penekanan Tina.
38
Bab 38. Pertemuan.
39
Bab 39. Pindahan.
40
Bab 40. Hasutan Ah Chin.
41
Bab 41. Pecat
42
Bab 42. Rongrongan hidup.
43
Bab 43. Curhatan hati Ah Chin.
44
Bab 44. Mencari Ah Chin.
45
Bab 45. Kedatangan Yudi.
46
Bab 46. Pembalasan Alin.
47
Bab 47. Karma Yudi.
48
Bab 48. Bendera kuning.
49
Bab 49. Melayat.
50
Bab 50. Hajar habis-habisan.
51
Bab 51. Vonis.
52
Bab 52. Memberi tahu Yuan.
53
Bab 53. Membesuk ke penjara.
54
Bab 54. Heru VS Yuan.
55
Bab 55. Surat peringatan.
56
Bab 56. Pertemuan Yudi dan Ah Chin.
57
Bab 57. Tamparan untuk Ah Chin
58
Bab 58. Kuli panggul.
59
bab 59. Sakit pinggang.
60
Bab 60. Minta paksa.
61
Bab 61. Hilangnya semangat hidup.
62
Bab 62. Kematian Yudi.
63
Bab 63. Berkunjung.
64
Bab 64. Pekerjaan Yulan.
65
Bab 65. Daddy nya Mei Chen
66
Bab 66. Mampir ke rumah Yuan.
67
Bab 67. Tester.
68
Bab 68. Merayu Mei.
69
Bab 69. Mencicipi.
70
Bab 70. Meminta Marco.
71
Bab 71. Hasutan Yulan.
72
Bab 72. Tiba di Mansion.
73
Bab 73. Sarapan pagi bersama.
74
Bab 74. Pertemuan Akung Iyan dan Alin.
75
Bab 75. Pembelaan Hendrik.
76
Bab 78. Pesta ulang tahunnya Mei.
77
Bab 77. Terpesona.
78
Bab 78. Menghakimi Yulan.
79
bab 79. Sikap keras kepala Yulan.
80
Bab 80. Mengantar pulang.
81
Bab 81. Emosi Ah Chin.
82
Bab 82. Penyerangan Yulan.
83
Bab 83. Bawa ke rumah sakit.
84
Bab 84. Sadar.
85
Bab 85. Gila.
86
Bab 86. Pulang.
87
Bab 87. Keteguhan hati.
88
Bab 88. Minggat bohongan.
89
Bab 89. Jebakan Betmen.
90
Bab 90. Rela.
91
Bab 91. Makan malam.
92
Bab 92.
93
Bab 93. Menerima lamaran.
94
Bab 94. Resmi menikah.
95
Bab 95. Pergi berbulan madu.
96
Bab 96. Penyatuan yang terjadi.
97
Bab 97.
98
Bab 98. Ujung benang yang mulai terurai.
99
Bab 99. Manisan buah kana.
100
Bab 100. Tamat.
101
Pengumuman Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!