Sore harinya.
Sebuah motor tua dengan gerobak besar didepannya telah terparkir didekat warung sembako Alin. Dia adalah Pak Marsan, orang yang sering mengantarkan kebutuhan pokok sembako ke warungnya Alin.
"Alin," panggil Pak Marsan lalu seperti biasa ia duduk di bale.
"Ya Pak Marsan, tunggu sebentar ya!" sahut Alin mengerti lalu mengeluarkan buku catatan dan juga beberapa uang tunai dalam laci.
Sedangkan Pak Marsan juga mengeluarkan bukunya dari dalam tas lusuh untuk dicocokkan dengan Alin.
"Ini Pak setorannya," ucap Alin menyodorkan uang tunai hasil jualannya.
Pak Marsan menghitung jumlah uang setoran tersebut dan dahinya seketika mengerut saat menghitung jumlah uang yang tidak sama dengan jumlah dalam nota catatan yang seharusnya dibayarkan.
"Lin, ini duitnya kurang goban go (lima puluh lima ribu rupiah)," ucap Pak Marsan menunjukkan uang yang ia hitung dengan menjejerkannya diatas meja agar Alin melihat.
"Iya maaf Pak, hari ini kayaknya setoran Alin kurang lagi. Dicatat aja ya Pak kurangnya," balas Alin meminta maaf.
Pak Marsan menghela nafas panjang. "Alin, dari kemarin elu kasih setoran kurang melulu. Kalau begini terus Bapak bisa bangkrut! Alin tahu sendiri kan kalau Bapak juga harus muterin duitnya lagi buat beli bahan sembako."
"Ya Pak Marsan, maaf. Tapi mau bagaimana lagi, memang segitu yang Alin dapat hari ini," balas Alin.
Pak Marsan menggeleng. "Enggak mungkin Lin, Bapak tahu bahan sembako itu banyak pembelinya. Ini pasti duitnya kepake buat yang enggak-enggak ya sama laki lu si Yudi itu?" terkanya.
Alin tertunduk lemas dan mengangguk. "Ya Pak, duitnya kepake sama koh Yudi."
Pak Marsan menghembus nafasnya kasar, merasa kesal dengan kelakuan putra dari almarhum teman baiknya itu. "Dasar si Yudi itu, sudah jadi lelaki pemalas tidak mau bekerja. Gila judi, pemabokan pula! Kalau bukan si Kim Sun teman baik Bapak dulu dan Bapak juga kasihan sama elu Lin, Bapak sudah malas ngirim barang kesini sebenarnya!"
Alin hanya bisa terdiam, mendengarkan Pak Marsan yang mengoceh mengutuki sikap suaminya. Wanita itu juga tidak bisa memungkiri jika sikap Yudi benar-benar tidak patut untuk ditiru.
"Ya sudah, kalau begitu Bapak maklumi kekurangan setoran hari ini. Tapi inget ya Alin, besok-besok kalau kurang setoran lagi. Terpaksa Bapak akan kurangi pengiriman dari seperti biasanya," ucap Pak Marsan sambil menggeleng tidak habis pikir.
"Terima kasih Pak Marsan! Alin janji besok-besok tidak kurang lagi duit setorannya," balas Alin bersyukur.
Pak Marsan mengangguk ikhlas. "Ya sudah, kalau begitu Bapak turunin barang-barangnya."
"Ya Pak!" seru Alin semangat dan membantu Pak Marsan mengangkat semua bahan sembako seperti minyak, beras karungan tepung dan lain sebagainya ke dalam warung.
Setelah aktifitas berat yang cukup melelahkan usai, Alin menutup warung dan segera menuju dapur karena ingin menyiapkan makan malam untuk keluarganya.
Dan setelah makan malam siap, Alin segera memanggil Yuan untuk makan.
"Yuan makan dulu yuk! Ada telor ceplok kesukaan kamu nih!" panggil Alin.
Tak butuh waktu lama Yuan keluar dari kamarnya dan duduk manis dibangku sambil menunggu sang ibu menyendok nasi dan lauk untuk dirinya.
"Nah makanlah!" ucap Alin.
"Ya Ma, terima kasih." Yuan mengucapkan doa sebelum makan, doa yang diajari Yuan selama ia bersekolah dan hal itu tentu membuat Alin merasa tersindir oleh putranya sendiri.
Dimana ia jarang sekali mengajari pendidikan agama yang ia anut kepada putranya itu, bahkan ia sendiri sudah jarang sekali beribadah semenjak menikah dengan Yudi.
Akan tetapi bukannya Alin tidak ingin mengajari itu semua kepada Yuan, melainkan Alin masih belum punya waktu karena terlalu sibuk mengurus rumah tangga.
Namun disepanjang hidup Alin, ia bertekad untuk tetap berusaha memberikan nasihat kepada putranya itu sesuai dengan ajaran agama, agar Yuan menjadi orang baik dan hidup sesuai dengan Dhamma.
...***...
Malam harinya.
Sebelum tidur, Alin menyempatkan diri mendengarkan Yuan berlatih menyanyikan satu lagu, untuk acara hari ibu yang akan dibawakan oleh kelas putranya itu dalam acara hari ibu di sekolah pada hari senin minggu depan.
Alin duduk dilantai bagai seorang penonton, sedangkan Yuan berdiri diatas ranjang, sambil membayangkan dirinya tengah berdiri diatas panggung.
Lalu tak lama setelah Yuan memberi hormat, pria kecil itu mulai bernyanyi.
"Kasih ibu ... Kepada beta ... Tak terhingga sepanjang masa ... Hanya memberi ... Tak harap kembali ... Bagai sang surya menyinari dunia ..."
Alin bertepuk tangan setelah Yuan selesai bernyanyi dan memberi hormat, ada kenangan tersendiri bagi Alin saat mendengar lagu tersebut. Dimana ia teringat akan sosok ibu kandungnya yang telah tiada.
Wanita yang sangat menyayanginya dan seketika Alin rindu dengan sosok tersebut, rindu akan kasih sayang dan Alin mentauladani sikap bajik sang ibu, dengan menyayangi kedua anaknya sekarang ini.
"Bagaimana suara kokoh tadi Mah?" tanya Yuan seakan ingin tahu hasil nyanyiannya.
Alin tersenyum. "Bagus! Bagus sekali, tapi Yuan harus lebih banyak belajar lagi ya. Biar hasilnya bagus nanti saat nyanyi bersama teman-teman di atas panggung," balasnya memuji.
Yuan tentu merasa senang, hingga ia spontan melompat-lompat diatas kasur. Namun kesenangan itu tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba saja Yudi masuk ke dalam kamar dalam keadaan sempoyongan akibat mabuk dan segera mendorong Yuan agar menjauh dari tempat tidur.
"Minggir! Kebiasaan lu jadi anak lelompatan aja di kasur, ini tempat tidur bukan tempat bermain!" sentak Yudi. Lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Yuan pun turun dari ranjang dan segera memeluk ibunya. "Mama ... " ucapnya takut. Sambil membenamkan wajah mungilnya di dada sang ibu.
Alin tentu kesal melihat Yudi yang berlaku kasar kepada anaknya, apalagi suaminya itu sudah memejamkan kedua mata padahal belum mandi sehabis bermain di rumah temannya.
"Koh, mandi dulu!" tegur Alin tidak suka mencium aroma tidak sedap dari tubuh suaminya.
"Bawel!" sentak Yudi tidak peduli.
Alin mengurut dadanya karena kesal, sikap Yudi yang selalu seenaknya dan tidak mempan nasihat, membuat Alin mengalah dan tidur bertiga bersama dengan kedua anaknya daripada harus tidur bersama suami yang malas mandi.
...***...
Keesokan paginya.
"Alin! Alin!" panggil Yudi di depan meja makan.
"Ada apa sih Koh teriak-teriak? Enggak lihat apa aku lagi mandiin Yuan?" sahut Alin dari kamar mandi.
"Perut gua lapar, cepet bikinin lauk!" perintahnya.
"Itu ada telor dadar!" sahut Alin.
"Enggak mau, bosen gua! Gorengin ayam kek," balas Yudi menutup kasar tudung saji di atas meja.
"Ya tunggu!" sahut Alin bergegas.
Tak butuh waktu lama, Alin menyiapkan sarapan pagi sesuai dengan keinginan suaminya itu. Lalu berganti mengurus Yuan memakaikan seragam sekolahnya.
"Alin air minumnya mana?" tanya Yudi.
"Ambil sendiri ya Koh, Alin lagi repot!" jawab Alin sibuk memakaikan pakaian Yudi.
Yudi menggebrak mejanya dan marah. "Suruh si Yuan pakai sendiri bajunya! Jangan manja! Elu urusin gua dulu disini!"
Alin mendengus kesal, ia tersenyum menatap Yuan sambil mengancingkan kemeja bajunya. "Mama, urusin Papa sarapan dulu ya. Kamu bisa kan pakai kaos kaki dan sepatu sendiri?"
Yuan mengangguk. "Bisa," jawabnya.
"Pinter, habis pakai sepatu kita berangkat ya."
"Iya Ma," balas Yuan.
"Alin!" panggil Yudi semakin memekakan telinga.
"Ya Koh tunggu!" sahut Alin lalu bergegas menghampiri suaminya ke dapur untuk mengambilkan air minum.
"Ini airnya," ucap Alin menaruh gelas dihadapan Yudi.
"Hem, taro aja disitu. Kalau ketemu sama si Ayong tolong bilangin suruh dia datang ke rumah, gua mau pasang buntut sama pa-kong! Kebetulan tadi malam gua mimpi jelas banget, siapa tahu gua bisa kena empat angka! Kan lumayan duitnya bisa buat mabok lagi," balas Yudi tanpa dipikir kembali.
"Kenapa sih Koh percaya banget sama pasang-pasang buntut kayak begitu. Itu kan sudah diatur sama bandar, jadi kita enggak mungkin bisa menang dengan mudah," balas Alin mengingatkan.
Yudi mengangkat wajahnya dan menatap Alin kesal. "Gua enggak butuh ceramah elu, gua suruh panggil, panggilin aja si Ayong!"
Alin menghela nafas panjang dan sebal. "Ya kalau ketemu," balasnya lalu pergi mengantar Yuan ke sekolah.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Semoga Yuan mentalnya bisa kuat
2023-12-23
0
neng ade
sih punya laki kaya gitu buat apa di pertahankan.. kasihan anak2 .. terutama Yuan karena dia lagi masa2 nya serba ingin tau aku takut mental nya akan terganggu
2023-11-24
0
Dewi Payang
bisa2 nggak bs tdr karena bau asem😁
2023-11-14
1