Rumah.
Alin dan Yuan telah tiba di rumah setelah mengambil Marlina dari rumah Melan, mereka berdua nampak bahagia. Bahkan hubungan ibu dan anak itu semakin erat, setelah mengikuti peringatan hari ibu di sekolah.
"Hari ini Kokoh bikin Mama bangga," puji Alin baru sempat memuji Yuan setelah tiba di rumah, karena saat di sekolah tadi ia tidak sempat melakukan hal tersebut akibat suasana haru yang menyulitkan untuk berkata-kata.
"Terima kasih Ma," balas Yuan senang.
Alin tersenyum. "Mama susui dede Marlina dulu ya, kokoh istirahat habis itu makan siang."
"Ya Ma," patuh Yuan lalu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan.
Alin kemudian masuk ke dalam kamar dan mulai menyusui bayi Marlina, yang sudah terlihat gelisah akibat lapar. Lalu meletakkan bayinya itu diatas kasur yang tertidur pulas setelah puas menyusu dan segera membuka warung untuk mencari uang.
Dan bersamaan dengan hal tersebut, ada pembeli datang ke warung.
"Cik, minyak sayurnya seliter sama beras dua liter. Tolong cepat ya Lin!" ucap Yulan meminta Alin agar segera melayaninya.
"Ya tunggu sebentar ya Cik, Alin baru aja buka toko. Jadi masih harus beberes dulu," balas Alin menjelaskan dirinya tidak bisa diburu-buru.
"Duh Alin, elu tunda-lah beberesnya. Layanin dulu gua mau beli apa," ucap Yulan.
"Tapi Cik, kalau tidak dibereskan dan di susun dulu barang-barangnya. Bagaimana Alin bisa mengambil barang yang tertumpuk dibawah ini?" balas Alin menjelaskan.
Yulan berdecak kesal. "Elu mah kebiasaan Alin, ngebantah melulu. Minyak kan deket elu, beras juga tinggal ditaker aja. Gampang kan?" protesnya.
"Ya Cik," balas Alin mengalah. "Nih Cik belanjaannya," ucap Alin menyerahkan.
"Nih duitnya," balas Yulan menyodorkan uang.
Alin kembali menghitung uang yang diberikan oleh Yulan. "Cik, ini duitnya kurang no ceng (dua ribu rupiah)."
Yulan mendelik. "Catat aja dulu, nanti dibayar!" balasnya mudah.
"Cik, yang kemarin belanja aja kurang ceng go belum dibayar. Masa ini kurang lagi," tegur Alin.
"Ya nanti kalau udah hutangnya nyampe go ceng (lima ribu rupiah) gua lunasin!" balas Yulan lalu buru-buru pergi membawa barang belanjaannya.
Alin menghela nafas panjang dan kesal sekali pada Yulan yang selalu saja menghutang barang belanjaannya. "Kalau begini terus aku bisa bangkrut," batinnya lalu segera mencatat daftar hutang agar tidak lupa.
Tak berselang lama setelah itu, Yudi tiba di rumah dengan membawa ikan hasil memancing di laut.
"Alin!" panggil Yudi.
Alin segera menghampiri. "Ya Koh, ada apa?" tanyanya.
"Nih siangin ikan," jawab Yudi menyerahkan beberapa ekor ikan untuk Alin kerjakan.
"Mau dibikin apa Koh ikannya?" tanya Alin.
"Terserah, mau di ceng cuan kek, di goreng kek! Yang penting mateng!" jawab Yudi.
Alin mengangguk dan membawa ikan tersebut ke dapur, lalu kembali lagi menghampiri suaminya yang memanggil. "Gua mau pergi dulu."
"Loh Koh, baru pulang udah mau pergi lagi?" keluh Alin.
"Iya si Herman nyuruh gua buat isi kaki meja yang kosong (Main judi)," balas Yudi.
Alin mendesaah kesal dan hal itu membuat Yudi marah melihatnya. "Kenapa lu narik nafas melulu?" tanyanya tidak suka.
"Enggak kenapa-napa, Alin cuma agak repot hari ini. Kokoh siangin ikannya dulu ya sebelum pergi," pinta Alin baik-baik.
"Jeh, enggak bisa! Gua udah janji sama si Herman, elu aja yang siangi ikan. Jadi pulang dari rumah dia gua udah bisa makan ikannya," balas Yudi lalu masuk ke dalam rumah untuk mandi terlebih dahulu sebelum pergi bermain.
Alin kembali menghembus nafas kasar, banyak pekerjaan membuat tubuhnya sangat lelah. Akan tetapi siapa yang bisa diandalkan, kalau bukan dirinya sendiri.
Dengan langkah cepat Alin membersihkan ikan dan membumbuinya dengan garam, lalu menjaga toko serta mengurus kedua anaknya secara bergantian.
Beruntung Yuan sedang libur sekolah akhir tahun, jadi Alin bisa mengesampingkan pekerjaan sekolah Yuan terlebih dahulu dan mengerjakan hal lain di rumah.
...***...
Malam harinya.
Yudi pulang dalam keadaan senang gembira, karena hari ini kabarnya pria itu membawa uang banyak dari hasil menang judi kartu dan juga tembus empat angka berkat judi to-gel.
Ia segera membeli beberapa botol minuman keras dan juga rokok untuk mabuk bersama dengan teman-temannya saat perayaan imlek bulan depan, lalu memberitahukannya kepada Alin dengan bangga.
"Tuh, siapa bilang main judi tidak ada hasilnya? Buktinya gua bisa beli rokok satu pak sama beli minuman sampe lima botol!" seru Yudi tertawa riang.
Lalu memberikan uang hasil menang judi kepada Yuan. "Nih pegang duitnya buat jajan!" ucap Yudi menyerahkan. "Nih pegang duit buat imlekan!" lanjutnya kepada Alin.
Alin merasa tidak senang akan hal itu. "Apa yang bisa dibanggakan dari uang hasil menang judi Koh? Tidak ada, itu sama juga dengan duit jin dimakan setan. Tidak berkah," ucapnya mencegah Yuan agar menolak uang pemberian dari ayahnya.
Yudi berdecak kesal, sampai menggebrak meja dan menatap Alin gusar. "Dasar bini tidak tahu bersyukur! Mau dapat duit dari hasil judi kek dari nyolong kek, itu enggak penting. Yang penting ini duit bisa dipake buat bebelian barang, sama bermanfaat buat bayar yang lain! Ngerti lu!" sentaknya.
"Ya Koh, Alin tahu. Tapi tetap aja itu duit judi," balas Alin.
"Udah bagus gua masih inget sama anak, menang maen duitnya juga gua bagi-bagi. Segala bilang ini duit jin dimakan setan, dasar sok suci luh!" sergah Yudi menatap sinis.
"Bukannya begitu Koh, tapi memang bener kalau duit beginian dari hasil judi itu tidak berkah buat biaya kehidupan apalagi untuk makan anak-anak," balas Alin.
Yudi mengeraskan rahangnya dan mengambil uangnya kembali secara kasar. "Ya udah kalau elu pada enggak mau! Bagus juga gua jadi bisa beli yang laen!" sergahnya sambil berlalu pergi untuk menyantap makan malam.
Alin menghela nafas panjang dan menatap Yuan yang tertunduk lesu karena uang jajan untuknya diambil kembali.
"Kokoh, tidak apa ya. Dapat uang dari judi itu tidak baik, tidak berkah. Karena dalam duit hasil judi itu ada banyak sumpahan dari orang-orang yang marah saat kalah main judi," ucap Alin menerangkan.
"Tapi Yuan pengen beli mobil-mobilan, sama beli baju baru buat imlekan sama kayak teman-teman Yuan yang lain. Mereka sudah punya baju baru, tapi Yuan belum," keluh Yuan mengadu.
Alin tersenyum getir, memang ia belum membeli baju baru untuk imlek bulan depan. Selain sibuk dengan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya, untung dari berjualan di warung juga masih belum mencukupi untuk Alin membeli semua itu.
Ditambah di perayaan Imlek nanti, Alin harus menyisihkan uang lebih untuk menyiapkan persembahyangan dimeja abu leluhur. Yang jumlahnya bisa dibilang tidak sedikit, terlebih dalam kondisi sulit seperti ini. Alin harus pintar-pintar mengatur keuangan.
"Ya awal bulan depan kita beli baju baru buat Yuan ya," ucap Alin membujuk putranya agar tidak bersedih.
Yuan mengangguk. "Ya Ma, janji ya."
"Ya, Mama janji," balas Alin tersenyum sambil mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Yuan.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Aku gagal fokus sama judulnya wehh🤭🤭🤭
2023-12-26
0
Lee
Emg kebiasaan org kmpung begitu kak, ibuku jg jualan sembako. dan ada aja org yg tipe Yulan bgini. hutang teh dtmpuk² bkn dbyar 😌
2023-12-10
0
Dewi Payang
10 iklan buat kakak
2023-12-05
0