Bab 14. Imlekan.

Malam harinya.

Setelah selesai bersembahyang dan membakar kertas untuk para leluhur, Alin dan Yuan memainkan kembang api bersama di halaman rumah mereka.

Yuan kecil sangat senang ketika melihat percikan api mulai memancar kemana-mana, sampai ia menjerit-jerit sendiri karena kegirangan bercampur takut menjadi satu.

Alin terkekeh melihat hal tersebut, karena merasa lucu dengan tingkah Yuan saat memainkan kembang api, dan Alin jadi teringat masa kecilnya yang suka sekali bermain kembang api. Apalagi bermainnya bersama dengan teman serta keluarga dimalam tahun baru.

Ia tertawa riang memang kelihatannya dari luar, namun yang sebenarnya terjadi sangatlah berbeda, karena jauh dalam lubuk hati ia merasa sedih dan sangat kesepian.

Dimana tidak adanya orang tua atau sanak saudara menemani di malam tahun baru, bahkan suami yang seharusnya ada disisi, justru lebih mementingkan kesenangan pribadi dengan orang lain dibanding kesenangan bersama dengan keluarga kecilnya.

Alin seketika rindu pada kedua orang tuanya, ia selalu teringat masa-masa kecilnya yang indah dulu. Rindu akan indahnya saat-saat kebersamaan dan kehangatan bersama keluarga besar jika sudah waktunya hari raya tiba.

Berkumpul dan menikmati bersama makan malam nan hangat dalam satu meja makan keluarga yang sama, sambil tertawa dan bersenda gurau menceritakan satu sama lain.

Akan tetapi kebahagiaan itu hanya tinggallah kenangan, momen berharga yang sulit Alin wujudkan untuk keluarga kecilnya masa kini dan hanya hal kecil inilah yang bisa ia lakukan untuk Yuan.

Yaitu menemaninya bermain kembang api dan menyantap makan malam tahun baru bersama, serta memberikannya cemilan lezat buatan tangan sendiri, agar Yuan juga merasakan kebahagiaan malam tahun baru, seperti dirinya kecil dulu, walau tanpa Yudi ayahnya yang menemani.

Namun, doa Alin tidak pernah putus sampai disitu. Ia terus berharap dan menanti-nantikan momen tahun baru ditahun berikutnya, agar kelak Yudi berubah dan mereka bisa berkumpul dalam satu keluarga bahagia.

"Mama, kembang apinya udah habis!" ucap Yuan membuang batang sisa bakaran kembang api itu dalam tong.

"Kalau kembang apinya sudah habis itu berarti kita harus masuk ke dalam," balas Alin menuntun Yuan agar masuk ke dalam rumah. Lalu menyetel televisi dan memberikan siaran kesukaannya agar tenang.

Setelah Yuan tenang dengan siaran kesukaannya, Alin kembali mengecek keadaan bayi Marlina. Wanita itu mengusap putri kecilnya yang baru saja membuka mata, lalu mengendongnya untuk diberikan susu.

Sesekali menatap jam dinding yang telah menunjukkan pukul 10 malam. "Yuan, udah malem. Tidur yuk!" ajaknya.

"Ya Ma," patuh Yuan menurut. Karena kedua matanya sudah merasakan kantuk. Lalu Alin bergegas menyeduh susu untuk Yuan sebelum tidur dan mengucapkan selamat malam padanya.

Sedangkan Alin sendiri masih harus terus terjaga dan menunggu sampai suaminya itu pulang ke rumah, entah sampai jam berapa ia harus menunggu. Namun satu hal yang pasti, kedua mata serta badannya sudah terlalu lelah untuk berjaga mengingat kerja keras yang ia lakukan demi keluarganya.

Hingga pada malam itu pun Alin tertidur pulas di ruang tamu, dengan kondisi pintu terkunci rapat dan ia melupakan sesuatu, yaitu lupa dengan pesan suaminya yang memintanya agar selalu terjaga sebelum suaminya itu pulang.

Beberapa jam kemudian Yudi tiba juga di rumahnya, dalam kondisi mabuk dan berjalan sempoyongan ia berusaha mengapai pintu masuk, lalu mengetuknya.

"Alin!" panggil Yudi sesekali bersendawa karena kekenyangan.

"Alin!" panggil Yudi sekali lagi karena tidak ada jawaban dari dalam rumah.

"Si-al nih bini! Gua di konciin pintu, jangan-jangan dia tidur," oceh Yudi dengan raut wajah mabuknya.

Tak sabar menunggu, Yudi yang kala itu tengah kebelet ingin buang air kecil langsung menendang pintu dengan sekuat tenaga. Sampai membangunkan Alin yang tertidur, hingga ia terjingkat kaget dan nampak linglung diatas sofa.

"Ya ampun! Aku ketiduran," ucap Alin begitu paniknya. Lalu membuka pintu yang terkunci agar suaminya itu bisa masuk ke dalam rumah.

Yudi berhenti menendang pintu, setelah mendengar kunci selot dalam rumah bergeser. Ia menatap tajam wanita yang membuka pintu dan segera memarahinya dengan kata-kata kasar.

"Breng-s*k! Kemana aja lu daritadi gua panggilin kagak nyaut-nyaut hah!" sarkas Yudi sambil menendang paha Alin karena emosi.

Alin mengusap pahanya yang ditendang oleh Yudi dan beringsut semakin kedalam. "Maaf Koh, Alin ketiduran."

"Tidur? Laki masih ada diluar elu udah berani tidur? Ada dimana otak elu Alin! Ini rumah gua, masa gua harus tidur diluar rumah sementara elu enak-enakan tidur di dalem? Bini macam apa elu!" sentak Yudi.

"Iya Koh Alin salah, Alin minta maaf." Alin mengalah saja daripada adu mulut, yang berujung ribut di malam tahun baru ini, karena malu sama tetangga sekitar.

Yudi berdecih, lalu mendorong Alin agar menyingkir dari hadapannya. "Minggir lu! Gua mau kencing. Hampir aja gua kencing dicelana gara-gara elu!" racaunya tiada henti.

Alin menghela nafas panjang dan menatap suaminya yang berjalan sempoyongan menuju kamar mandi, lalu nalurinya segera menolong suaminya itu dan memapahnya hingga ke kamar mandi.

Namun bantuan Alin serta kesabaran dari wanita itu saat mengurus suaminya, tidak serta merta membuat hati Yudi kian melunak. Yang ada hanyalah makan hati, karena tiba-tiba saja pria itu memuntahkan isi perutnya hingga tercecer kemana-mana dan memarahi Alin karena dianggap bau olehnya.

"Badan elu bau Alin, gua jadi muntah nih!" ucap Yudi tidak mau disalahkan.

Karena yang sebenarnya terjadi adalah dia terlalu banyak makan dan minum di rumah bandar judi sampai kekenyangan, hingga perutnya tidak kuat menampung itu semua.

Dan hal tersebut terlihat dari isi yang ditumpahkan oleh Yudi, masih banyak daging serta makanan lain yang belum tercerna dengan baik.

"Bersihin tuh!" titah Yudi tidak peduli.

Pria itu dengan santainya berjalan ke kamar dan menjatuhkan dirinya tidur disana setelah mengganti baju.

Sedangkan Alin menatap lesu kepada tumpahan bau busuk yang berserakan di lantai rumahnya, dan hal tersebut membuat ia mau tidak mau harus membersihkan lantai rumahnya itu, walau tubuhnya sudah tidak kuat lagi dan menolak untuk bekerja.

...----------------...

Keesokan harinya.

Petasan meledak dimana-mana, serta musik gambang keromong terdengar saling bersahutan di beberapa rumah warga. Pernak pernik merah berkarakter shio tahun baru ini terpasang menghiasi setiap sudut rumah, serta tidak ketinggalan lampion berbentuk bulat tergantung dimana-mana tempat, begitu meriah dalam menyambut tahun baru.

Semua orang bersuka cita, datang berkeliling menghampiri setiap rumah, dengan tidak lupa mengucapkan kata Khiong Hie yang berarti selamat bagi yang merayakan imlek kepada pemilik rumah.

Selain pernak-pernik imlek, mereka yang merayakan tahun baru imlek pun mengenakan pakaian baru dan bagus. Tidak terkecuali Yudi, pria itu begitu bergaya memakai pakaian baru.

Ia mengenakan kemeja berlengan pendek, dipadukan dengan celana jeans berwarna biru dan juga sepatu capung yang tengah trend dijamannya.

Akan tetapi, penampilan berbeda justru terlihat pada Alin. Wanita itu hanya memakai baju biasa bekas tahun kemarin, tidak ada yang baru. Namun riasan tipis membuatnya tidak kalah segar seperti ibu-ibu muda lainnya, walau pagi ini ia terlambat bangun karena mengalami sakit badan akibat lelah.

"Khiong hie, Koh! Khiong hie, Cik!" seru keluarga Ah Chin mendatangi rumah Alin.

"Khiong Hie!" sambut Yudi gembira. "Ayo masuk Chin!" ajaknya kemudian.

"Iya Koh terima kasih," balas Ah Chin senang. Lalu mereka masuk ke dalam rumah dan berkumpul bersama seperti biasa.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

5 iklan buat kak author

2024-01-01

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Ya ampyun ni suami, hadeh...

2024-01-01

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Hari raya memang identik dg kumpul keluarga, bila nggak sedih memang rasanya.

2024-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Suami tidak berguna.
2 Bab 2. Benang tanpa ujung.
3 Bab 3. Kekerasan yang berulang.
4 Bab 4. Hidup sedang susah.
5 Bab 5. Kelakuan Yudi.
6 Bab 6. Judi Pa-kong.
7 Bab 7. Ketidakberdayaan Alin.
8 Bab 8. Tugas sekolah Yuan.
9 Bab 9. Hari Ibu dan Onde.
10 Bab 10. Puisi untuk Ibu.
11 Bab 11. Duit jin dimakan setan.
12 Bab 12. Baju baru untuk Yuan.
13 Bab 13. Persiapan Imlek.
14 Bab 14. Imlekan.
15 Bab 15. Keributan.
16 Bab 16. Kue cina goreng.
17 Bab 17. Hari pertama sekolah SD
18 Bab 18. Bersikeras.
19 Bab 19. Di cekoki.
20 Bab 20. Wangi tidak dikenal.
21 Bab 21. Mengakuinya.
22 Bab 22. Pertengkaran.
23 Bab 23. Tidak pulang.
24 Bab 24. Menghasut.
25 Bab 25. Mendatangi kontrakan Yudi.
26 Bab 26. Minta cerai.
27 Bab 27. Gunjingan.
28 Bab 28. Nyawer.
29 Bab 29. Kedatangan Ah Chin.
30 Bab 30. Papa kemana?
31 Bab 31. Undangan pernikahan.
32 Bab 32. si Dorna.
33 Bab 33. Sifat jelek Yulan.
34 Bab 34. Dewa judi.
35 Bab 35. Beasiswa.
36 Bab 36. Kalah.
37 Bab 37. Penekanan Tina.
38 Bab 38. Pertemuan.
39 Bab 39. Pindahan.
40 Bab 40. Hasutan Ah Chin.
41 Bab 41. Pecat
42 Bab 42. Rongrongan hidup.
43 Bab 43. Curhatan hati Ah Chin.
44 Bab 44. Mencari Ah Chin.
45 Bab 45. Kedatangan Yudi.
46 Bab 46. Pembalasan Alin.
47 Bab 47. Karma Yudi.
48 Bab 48. Bendera kuning.
49 Bab 49. Melayat.
50 Bab 50. Hajar habis-habisan.
51 Bab 51. Vonis.
52 Bab 52. Memberi tahu Yuan.
53 Bab 53. Membesuk ke penjara.
54 Bab 54. Heru VS Yuan.
55 Bab 55. Surat peringatan.
56 Bab 56. Pertemuan Yudi dan Ah Chin.
57 Bab 57. Tamparan untuk Ah Chin
58 Bab 58. Kuli panggul.
59 bab 59. Sakit pinggang.
60 Bab 60. Minta paksa.
61 Bab 61. Hilangnya semangat hidup.
62 Bab 62. Kematian Yudi.
63 Bab 63. Berkunjung.
64 Bab 64. Pekerjaan Yulan.
65 Bab 65. Daddy nya Mei Chen
66 Bab 66. Mampir ke rumah Yuan.
67 Bab 67. Tester.
68 Bab 68. Merayu Mei.
69 Bab 69. Mencicipi.
70 Bab 70. Meminta Marco.
71 Bab 71. Hasutan Yulan.
72 Bab 72. Tiba di Mansion.
73 Bab 73. Sarapan pagi bersama.
74 Bab 74. Pertemuan Akung Iyan dan Alin.
75 Bab 75. Pembelaan Hendrik.
76 Bab 78. Pesta ulang tahunnya Mei.
77 Bab 77. Terpesona.
78 Bab 78. Menghakimi Yulan.
79 bab 79. Sikap keras kepala Yulan.
80 Bab 80. Mengantar pulang.
81 Bab 81. Emosi Ah Chin.
82 Bab 82. Penyerangan Yulan.
83 Bab 83. Bawa ke rumah sakit.
84 Bab 84. Sadar.
85 Bab 85. Gila.
86 Bab 86. Pulang.
87 Bab 87. Keteguhan hati.
88 Bab 88. Minggat bohongan.
89 Bab 89. Jebakan Betmen.
90 Bab 90. Rela.
91 Bab 91. Makan malam.
92 Bab 92.
93 Bab 93. Menerima lamaran.
94 Bab 94. Resmi menikah.
95 Bab 95. Pergi berbulan madu.
96 Bab 96. Penyatuan yang terjadi.
97 Bab 97.
98 Bab 98. Ujung benang yang mulai terurai.
99 Bab 99. Manisan buah kana.
100 Bab 100. Tamat.
101 Pengumuman Karya Baru.
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab 1. Suami tidak berguna.
2
Bab 2. Benang tanpa ujung.
3
Bab 3. Kekerasan yang berulang.
4
Bab 4. Hidup sedang susah.
5
Bab 5. Kelakuan Yudi.
6
Bab 6. Judi Pa-kong.
7
Bab 7. Ketidakberdayaan Alin.
8
Bab 8. Tugas sekolah Yuan.
9
Bab 9. Hari Ibu dan Onde.
10
Bab 10. Puisi untuk Ibu.
11
Bab 11. Duit jin dimakan setan.
12
Bab 12. Baju baru untuk Yuan.
13
Bab 13. Persiapan Imlek.
14
Bab 14. Imlekan.
15
Bab 15. Keributan.
16
Bab 16. Kue cina goreng.
17
Bab 17. Hari pertama sekolah SD
18
Bab 18. Bersikeras.
19
Bab 19. Di cekoki.
20
Bab 20. Wangi tidak dikenal.
21
Bab 21. Mengakuinya.
22
Bab 22. Pertengkaran.
23
Bab 23. Tidak pulang.
24
Bab 24. Menghasut.
25
Bab 25. Mendatangi kontrakan Yudi.
26
Bab 26. Minta cerai.
27
Bab 27. Gunjingan.
28
Bab 28. Nyawer.
29
Bab 29. Kedatangan Ah Chin.
30
Bab 30. Papa kemana?
31
Bab 31. Undangan pernikahan.
32
Bab 32. si Dorna.
33
Bab 33. Sifat jelek Yulan.
34
Bab 34. Dewa judi.
35
Bab 35. Beasiswa.
36
Bab 36. Kalah.
37
Bab 37. Penekanan Tina.
38
Bab 38. Pertemuan.
39
Bab 39. Pindahan.
40
Bab 40. Hasutan Ah Chin.
41
Bab 41. Pecat
42
Bab 42. Rongrongan hidup.
43
Bab 43. Curhatan hati Ah Chin.
44
Bab 44. Mencari Ah Chin.
45
Bab 45. Kedatangan Yudi.
46
Bab 46. Pembalasan Alin.
47
Bab 47. Karma Yudi.
48
Bab 48. Bendera kuning.
49
Bab 49. Melayat.
50
Bab 50. Hajar habis-habisan.
51
Bab 51. Vonis.
52
Bab 52. Memberi tahu Yuan.
53
Bab 53. Membesuk ke penjara.
54
Bab 54. Heru VS Yuan.
55
Bab 55. Surat peringatan.
56
Bab 56. Pertemuan Yudi dan Ah Chin.
57
Bab 57. Tamparan untuk Ah Chin
58
Bab 58. Kuli panggul.
59
bab 59. Sakit pinggang.
60
Bab 60. Minta paksa.
61
Bab 61. Hilangnya semangat hidup.
62
Bab 62. Kematian Yudi.
63
Bab 63. Berkunjung.
64
Bab 64. Pekerjaan Yulan.
65
Bab 65. Daddy nya Mei Chen
66
Bab 66. Mampir ke rumah Yuan.
67
Bab 67. Tester.
68
Bab 68. Merayu Mei.
69
Bab 69. Mencicipi.
70
Bab 70. Meminta Marco.
71
Bab 71. Hasutan Yulan.
72
Bab 72. Tiba di Mansion.
73
Bab 73. Sarapan pagi bersama.
74
Bab 74. Pertemuan Akung Iyan dan Alin.
75
Bab 75. Pembelaan Hendrik.
76
Bab 78. Pesta ulang tahunnya Mei.
77
Bab 77. Terpesona.
78
Bab 78. Menghakimi Yulan.
79
bab 79. Sikap keras kepala Yulan.
80
Bab 80. Mengantar pulang.
81
Bab 81. Emosi Ah Chin.
82
Bab 82. Penyerangan Yulan.
83
Bab 83. Bawa ke rumah sakit.
84
Bab 84. Sadar.
85
Bab 85. Gila.
86
Bab 86. Pulang.
87
Bab 87. Keteguhan hati.
88
Bab 88. Minggat bohongan.
89
Bab 89. Jebakan Betmen.
90
Bab 90. Rela.
91
Bab 91. Makan malam.
92
Bab 92.
93
Bab 93. Menerima lamaran.
94
Bab 94. Resmi menikah.
95
Bab 95. Pergi berbulan madu.
96
Bab 96. Penyatuan yang terjadi.
97
Bab 97.
98
Bab 98. Ujung benang yang mulai terurai.
99
Bab 99. Manisan buah kana.
100
Bab 100. Tamat.
101
Pengumuman Karya Baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!