Malam harinya.
Setelah selesai bersembahyang dan membakar kertas untuk para leluhur, Alin dan Yuan memainkan kembang api bersama di halaman rumah mereka.
Yuan kecil sangat senang ketika melihat percikan api mulai memancar kemana-mana, sampai ia menjerit-jerit sendiri karena kegirangan bercampur takut menjadi satu.
Alin terkekeh melihat hal tersebut, karena merasa lucu dengan tingkah Yuan saat memainkan kembang api, dan Alin jadi teringat masa kecilnya yang suka sekali bermain kembang api. Apalagi bermainnya bersama dengan teman serta keluarga dimalam tahun baru.
Ia tertawa riang memang kelihatannya dari luar, namun yang sebenarnya terjadi sangatlah berbeda, karena jauh dalam lubuk hati ia merasa sedih dan sangat kesepian.
Dimana tidak adanya orang tua atau sanak saudara menemani di malam tahun baru, bahkan suami yang seharusnya ada disisi, justru lebih mementingkan kesenangan pribadi dengan orang lain dibanding kesenangan bersama dengan keluarga kecilnya.
Alin seketika rindu pada kedua orang tuanya, ia selalu teringat masa-masa kecilnya yang indah dulu. Rindu akan indahnya saat-saat kebersamaan dan kehangatan bersama keluarga besar jika sudah waktunya hari raya tiba.
Berkumpul dan menikmati bersama makan malam nan hangat dalam satu meja makan keluarga yang sama, sambil tertawa dan bersenda gurau menceritakan satu sama lain.
Akan tetapi kebahagiaan itu hanya tinggallah kenangan, momen berharga yang sulit Alin wujudkan untuk keluarga kecilnya masa kini dan hanya hal kecil inilah yang bisa ia lakukan untuk Yuan.
Yaitu menemaninya bermain kembang api dan menyantap makan malam tahun baru bersama, serta memberikannya cemilan lezat buatan tangan sendiri, agar Yuan juga merasakan kebahagiaan malam tahun baru, seperti dirinya kecil dulu, walau tanpa Yudi ayahnya yang menemani.
Namun, doa Alin tidak pernah putus sampai disitu. Ia terus berharap dan menanti-nantikan momen tahun baru ditahun berikutnya, agar kelak Yudi berubah dan mereka bisa berkumpul dalam satu keluarga bahagia.
"Mama, kembang apinya udah habis!" ucap Yuan membuang batang sisa bakaran kembang api itu dalam tong.
"Kalau kembang apinya sudah habis itu berarti kita harus masuk ke dalam," balas Alin menuntun Yuan agar masuk ke dalam rumah. Lalu menyetel televisi dan memberikan siaran kesukaannya agar tenang.
Setelah Yuan tenang dengan siaran kesukaannya, Alin kembali mengecek keadaan bayi Marlina. Wanita itu mengusap putri kecilnya yang baru saja membuka mata, lalu mengendongnya untuk diberikan susu.
Sesekali menatap jam dinding yang telah menunjukkan pukul 10 malam. "Yuan, udah malem. Tidur yuk!" ajaknya.
"Ya Ma," patuh Yuan menurut. Karena kedua matanya sudah merasakan kantuk. Lalu Alin bergegas menyeduh susu untuk Yuan sebelum tidur dan mengucapkan selamat malam padanya.
Sedangkan Alin sendiri masih harus terus terjaga dan menunggu sampai suaminya itu pulang ke rumah, entah sampai jam berapa ia harus menunggu. Namun satu hal yang pasti, kedua mata serta badannya sudah terlalu lelah untuk berjaga mengingat kerja keras yang ia lakukan demi keluarganya.
Hingga pada malam itu pun Alin tertidur pulas di ruang tamu, dengan kondisi pintu terkunci rapat dan ia melupakan sesuatu, yaitu lupa dengan pesan suaminya yang memintanya agar selalu terjaga sebelum suaminya itu pulang.
Beberapa jam kemudian Yudi tiba juga di rumahnya, dalam kondisi mabuk dan berjalan sempoyongan ia berusaha mengapai pintu masuk, lalu mengetuknya.
"Alin!" panggil Yudi sesekali bersendawa karena kekenyangan.
"Alin!" panggil Yudi sekali lagi karena tidak ada jawaban dari dalam rumah.
"Si-al nih bini! Gua di konciin pintu, jangan-jangan dia tidur," oceh Yudi dengan raut wajah mabuknya.
Tak sabar menunggu, Yudi yang kala itu tengah kebelet ingin buang air kecil langsung menendang pintu dengan sekuat tenaga. Sampai membangunkan Alin yang tertidur, hingga ia terjingkat kaget dan nampak linglung diatas sofa.
"Ya ampun! Aku ketiduran," ucap Alin begitu paniknya. Lalu membuka pintu yang terkunci agar suaminya itu bisa masuk ke dalam rumah.
Yudi berhenti menendang pintu, setelah mendengar kunci selot dalam rumah bergeser. Ia menatap tajam wanita yang membuka pintu dan segera memarahinya dengan kata-kata kasar.
"Breng-s*k! Kemana aja lu daritadi gua panggilin kagak nyaut-nyaut hah!" sarkas Yudi sambil menendang paha Alin karena emosi.
Alin mengusap pahanya yang ditendang oleh Yudi dan beringsut semakin kedalam. "Maaf Koh, Alin ketiduran."
"Tidur? Laki masih ada diluar elu udah berani tidur? Ada dimana otak elu Alin! Ini rumah gua, masa gua harus tidur diluar rumah sementara elu enak-enakan tidur di dalem? Bini macam apa elu!" sentak Yudi.
"Iya Koh Alin salah, Alin minta maaf." Alin mengalah saja daripada adu mulut, yang berujung ribut di malam tahun baru ini, karena malu sama tetangga sekitar.
Yudi berdecih, lalu mendorong Alin agar menyingkir dari hadapannya. "Minggir lu! Gua mau kencing. Hampir aja gua kencing dicelana gara-gara elu!" racaunya tiada henti.
Alin menghela nafas panjang dan menatap suaminya yang berjalan sempoyongan menuju kamar mandi, lalu nalurinya segera menolong suaminya itu dan memapahnya hingga ke kamar mandi.
Namun bantuan Alin serta kesabaran dari wanita itu saat mengurus suaminya, tidak serta merta membuat hati Yudi kian melunak. Yang ada hanyalah makan hati, karena tiba-tiba saja pria itu memuntahkan isi perutnya hingga tercecer kemana-mana dan memarahi Alin karena dianggap bau olehnya.
"Badan elu bau Alin, gua jadi muntah nih!" ucap Yudi tidak mau disalahkan.
Karena yang sebenarnya terjadi adalah dia terlalu banyak makan dan minum di rumah bandar judi sampai kekenyangan, hingga perutnya tidak kuat menampung itu semua.
Dan hal tersebut terlihat dari isi yang ditumpahkan oleh Yudi, masih banyak daging serta makanan lain yang belum tercerna dengan baik.
"Bersihin tuh!" titah Yudi tidak peduli.
Pria itu dengan santainya berjalan ke kamar dan menjatuhkan dirinya tidur disana setelah mengganti baju.
Sedangkan Alin menatap lesu kepada tumpahan bau busuk yang berserakan di lantai rumahnya, dan hal tersebut membuat ia mau tidak mau harus membersihkan lantai rumahnya itu, walau tubuhnya sudah tidak kuat lagi dan menolak untuk bekerja.
...----------------...
Keesokan harinya.
Petasan meledak dimana-mana, serta musik gambang keromong terdengar saling bersahutan di beberapa rumah warga. Pernak pernik merah berkarakter shio tahun baru ini terpasang menghiasi setiap sudut rumah, serta tidak ketinggalan lampion berbentuk bulat tergantung dimana-mana tempat, begitu meriah dalam menyambut tahun baru.
Semua orang bersuka cita, datang berkeliling menghampiri setiap rumah, dengan tidak lupa mengucapkan kata Khiong Hie yang berarti selamat bagi yang merayakan imlek kepada pemilik rumah.
Selain pernak-pernik imlek, mereka yang merayakan tahun baru imlek pun mengenakan pakaian baru dan bagus. Tidak terkecuali Yudi, pria itu begitu bergaya memakai pakaian baru.
Ia mengenakan kemeja berlengan pendek, dipadukan dengan celana jeans berwarna biru dan juga sepatu capung yang tengah trend dijamannya.
Akan tetapi, penampilan berbeda justru terlihat pada Alin. Wanita itu hanya memakai baju biasa bekas tahun kemarin, tidak ada yang baru. Namun riasan tipis membuatnya tidak kalah segar seperti ibu-ibu muda lainnya, walau pagi ini ia terlambat bangun karena mengalami sakit badan akibat lelah.
"Khiong hie, Koh! Khiong hie, Cik!" seru keluarga Ah Chin mendatangi rumah Alin.
"Khiong Hie!" sambut Yudi gembira. "Ayo masuk Chin!" ajaknya kemudian.
"Iya Koh terima kasih," balas Ah Chin senang. Lalu mereka masuk ke dalam rumah dan berkumpul bersama seperti biasa.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Dewi Payang
5 iklan buat kak author
2024-01-01
0
Dewi Payang
Ya ampyun ni suami, hadeh...
2024-01-01
0
Dewi Payang
Hari raya memang identik dg kumpul keluarga, bila nggak sedih memang rasanya.
2024-01-01
0