"Ya Koh, tadi kata Cik Alin, Kokoh manggil Ayong suruh datang kesini ya?" tanya Ayong lengkap dengan buku nota dan pulpen didalam genggaman tangannya.
"Ya, gua emang manggil elu. Sini duduk Yong! Mau minum apa lu?" tanya Yudi lalu memanggil Alin. "Lin bikinin si Ayong kopi!" titahnya kepada Alin yang baru saja tiba setelah mengantar Yuan ke sekolah.
"Enggak usah koh," balas Ayong tidak enak hati melihat istri temannya itu memasang wajah tidak suka.
"Udah jangan malu-malu," ucap Yudi lalu mendorong Alin agar membuatkan kopi untuk temannya. "Cepet bikin!"
"Ya," balas Alin malas.
"Makasih Cik, Koh." Ayong mengusap kepalanya karena merasa tidak enak.
"Lu udah gua anggap seperti adek sendiri, masa cuma kopi aja enggak gua suguhin sih," ucap Yudi dan menawarkan rokok. "Nih rokok," tawarnya kemudian.
"Ya Koh, aduh makasih banyak ini." Ayong mengambil sebatang rokok tersebut dan menyalakannya.
Tak berselang lama kemudian, Alin datang sambil membawa dua cangkir kopi hitam untuk suami dan juga Ayong. Lalu pergi membuka warung sembakonya seorang diri, padahal ada suaminya yang segar bugar tengah asyik mengobrol.
Seolah tidak peduli, Yudi menyesap perlahan kopi hitam itu tanpa beban. Lalu mulai membicarakan intinya kenapa ia memanggil Ayong untuk datang ke rumah.
"Yong, hari ini binatangnya apa?" tanya Yudi.
"Binatangnya cantik seperti bidadari Koh," balas Ayong mengerti jika itu adalah clue yang biasa dipakai dalam judi pa-kong.
"Wah pas banget nih! Gua semalam mimpi ketemu sama cewek cantik, terus gua pelokin aja itu ceweknya. Gua ciumin sama terakhir gua enjot dia, Yong!" ucap Yudi menggebu menceritakan mimpi basahhnya kemarin malam.
"Waduh mimpinya indah banget itu Koh, Ayong jadi mau. Bagaimana rasanya?" tanya Ayong polos.
"Ya udah pasti enak, nih sekarang yang jadi pertanyaannya. Berapa nomor kalau kita mimpi ketemu cewek cantik?" tanya Yudi.
Ayong berpikir dan membuka buku tafsir mimpinya, lalu memberitahu Yudi tentang nomor yang tepat dengan arti mimpi tersebut.
"Nih Koh, kalau cewek cantik itu nomornya yang ini. Sama Kokoh kawin sama itu cewek jadi nomor kawin yang ini," balas Ayong memberi petunjuk.
"Oh kalau begitu gua pasang nomor ini sama ini digabungin jadi empat angka ya, terus sama tay-sennya juga. Sekalian buntut dua angkanya jangan lupa," ucap Yudi menge-cak nomor dan memasangkannya agar menjadi angka jitu.
"Oke Koh siap! Enggak sekalian di bolak balik koh? Siapa tahu nomornya bisa kena?" tawar Yudi sembari mencatat nomor tersebut pada kertas judinya.
"Boleh juga ide elu, ya udah. Pasangin angka bolak baliknya juga Yong," balas Yudi setuju.
"Ya Koh, Ayong catet ya. Mau pasang berapa koh?" tanya Yudi.
"Empat angka masing-masing no ceng (dua ribu rupiah), yang dua angka se ceng aja," balas Yudi.
"Siap Koh," balas Ayong mencatat.
"Jadi berapa duit?" tanya Yudi.
"Ce ban (sepuluh ribu rupiah) Koh," balas Ayong menunjukkan kembali apa yang telah ia catat dan hitung.
Yudi mengangguk, lalu memanggil Alin. "Alin! Ambilin duit ce ban!" pintanya.
Mendengar suaminya meminta uang, Alin segera menghampiri. "Kokoh gimana sih? Warung kita juga baru buka, belom dapat penglaris. Jadi enggak ada duit," tolak Alin.
Yudi berdecak, lalu berdiri dari tempat duduk sambil menatap Alin kesal. "Ce ban doang Lin! Masa elu enggak punya?"
"Ce ban juga duit Koh, kalau enggak ada ya enggak ada! Ada juga duit buat beli keperluan sekolah Yuan, belum sebentar lagi kita mau sembahyang onde (Tang Cik). Alin sudah harus nyetor duit buat beli onde sama sekoteng ke Cik Melan," balas Alin.
"Senin depan masih lama, ini baru juga hari selasa. Elu setoran ke si Melannya kamis atau jum-at aja!" ucap Yudi.
"Enggak bisa Koh, ci Melan tadi udah nagih di sekolah. Alin harus bayarin uang onde sore ini juga," balas Alin.
"Kan elu bisa bayar separohnya dulu, separohnya lagi bayar besok atau lusa. Udah gua males debat sama elu, cepet kasih duitnya dulu ke gua! Siapa tahu gua kena pa-kong, terus duitnya bisa gua ganti. Sekalian duitnya gua mau pake buat gamparin mulut elu yang bawel itu!" ucap Yudi menekan.
Alin berdecak kesal. "Pokoknya enggak bisa Koh Alin udah janji sama cik Melan! Enggak enak kalau ingkar janji sama orang!" balasnya lalu masuk ke dalam warung karena ada orang yang ingin belanja.
"Dasar bini si-alan!" umpat kesal Yudi memaki.
"Koh, kalau belum ada duitnya enggak apa-apa dibayar sore juga. Yang penting Ayong setorin nomor Kokoh dulu aja ya, takut keburu tutup." ucap Ayong ingin pergi.
Yudi mendengus. "Ya udah, tolong talangin. Gua pinjem duit elu dulu ya Yong. Entar sore gua ganti," balasnya menepuk pundak Ayong.
"Ya Koh, santai aja. Ayong pergi dulu ya Koh, salam buat si Encik," balas Ayong lalu pergi dari rumah Yudi sebelum mendengar keributan lain.
Sementara itu Yudi segera masuk ke dalam kamar, mencari-cari sesuatu dan berharap ada uang simpanan yang disembunyikan oleh Alin disetiap sudut ruangan.
Pria itu tersenyum lebar saat pencariannya membuahkan hasil, ia bergegas mengambil uang yang berada di dalam lipatan kelambu dan menaruhnya disaku, lalu pergi dari rumah untuk memanfaatkan uang tersebut.
"Mau kemana Koh?" tanya Alin saat mereka berpapasan di depan pintu kamar.
"Mau kemana kek, terserah gua lah. Lagian di rumah gua bosen lihat muka elu!" balas Yudi ketus dan melengos pergi.
Alin menghembus nafas kasar. "Pergi melulu, kalau enggak ke meja judi pasti ke rumah si Ah Chin. Emang enggak ada kerjaan lain?"
Yudi menoleh sejenak sambil meng-engkel motornya. "Masih mending gua main judi sama main ke rumah si Ah Chin, daripada gua maen perempuan. Emangnya elu mau gua begitu!" balasnya setengah berteriak.
"Perempuan bodoh aja yang mau sama Kokoh!" balas Alin.
"Elu kenapa mau sama gua? Berarti elu bodoh! Enggak sadar diri," balas Yudi lalu memacu gas kendaraan roda duanya.
Alin terdiam memikirkan hal tersebut, memang benar dia merasa sangat bodoh karena mencintai suami pemalasnya itu. Tapi mau dikata apa lagi, kewajiban menjaga amanat mendiang kedua orang tua dan mendiang kedua mertuanya adalah hal yang terpenting untuk saat ini.
Dimana mendiang orang tuanya itu menitipkan Yudi dan mempercayakan warisan-warisan Yudi kepada Alin. Serta meminta Alin agar tidak meninggalkan Yudi.
...----------------...
Siang harinya.
Yuan menatap ibunya yang tengah sibuk di dapur, selintas pikiran anak kecil itu merasa kasihan dengan ibunya karena selalu saja bekerja keras setiap hari. Dan karena kebetulan hari ini Yuan ada pekerjaan rumah, yaitu membuat karangan tentang siapa sosok pahlawan yang dikagumi.
Pria kecil itu memilih membuat karangan tentang ibunya.
"Kokoh kerjain PR nya sudah? Mama mau ke rumah cik Melan nih," ucap Alin.
"Bentar lagi Ma," balas Yuan.
"Ya sudah, kerjain aja pelan-pelan ya. Nanti Mama periksa," ucap Alin lalu masuk ke dalam kamar untuk mengambil uang.
"Ya Ma," balas Yuan.
Alin tersenyum akan tetapi senyumannya itu lantas pudar setelah melihat gulungan uang yang ia sembunyikan dalam lipatan kelambu telah hilang entah kemana.
"Loh! Bukankah tadi uangnya aku taruh disini," gumam Alin terus mencari dan membolak-balik kelambu.
Seketika pikirannya teringat akan suaminya yang baru saja keluar dari kamar tadi pagi dan menerka sesuatu. "Pasti, ini pasti diambil sama dia."
Alin memijat pelipisnya yang berdenyut dan kesal karena uang simpanannya diambil oleh sang suami. Padahal uang tersebut harus ia pergunakan sebaik-baiknya untuk membayar berbagai keperluan.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
neng ade
udh tau laki nya kaya gitu kenapa simpen uang di tempat yg gampang terlihat sm laki nya .. tapi susah juga sih ya klo ga ada tempat yg aman buat naro duit .. sia2 aja usaha nya Alin ngumpulin duit nya
2023-11-24
1
Dewi Payang
ngakak🤣 sabar ya Alin🤣
2023-11-15
1
Dewi Payang
Si Alinnya jadi isteri jujur, kasih tau klo masih ada duit utk peperluan ini dan itu, tapi si suami aja yg ndablek😁
2023-11-15
1