"Aku...ingin pulang!" pinta Molly yang melihat sekitaran kamar itu.
"Molly, keluarlah, ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Jangan takut!"kata Nicholas yang memegang tangan Molly. Ia merasakan kasarnya kulit telapak tangan gadis itu.
Dengan perlahan Molly keluae dari bawah ranjang.
"Duduklah!" kata Nicholas yang memapah gadis itu yang masih sedang gemetar. Molly kemudian duduk di ranjang sambil melihat ke arah pintu karena takut ada yang masuk ke kamarnya.
Nicholas melihat kedua telapak tangan gadis itu yang begitu kasar dan hancur.
"Molly, apakah tanganmu tidak sakit?" tanya Nicholas.
"Sakit, dan...sudah biasa," jawab Molly.
"Selama ini mereka sering menyuruhmu bekerja tanpa sarung tangan?"
"Tidak ada sarung tangan," jawab Molly.
Hati Nicholas semakin sakit dan hancur saat melihat telapak tangan gadis itu yang retak-retak dan kering. kulitnya sudah terkelupas dan kemerahan.
"Aku berjanji padamu akan menyembuhkan tanganmu, Dokter tadi dia bisa menyembuhkanmu. Jadi, jangan takut dengannya. Dia tidak akan menyakitimu. Percayalah padaku!" bujuk Nicholas.
"Apakah aku sedang sakit?"
"Dokter baru mencuci perutmu, Selain itu, luka-luka di tubuhmu juga harus diobati. Dengar kataku, Kamu harus bekerja sama dengan dokter. Agar lukamu cepat sembuh!" kata Nicholas yang mengelus kepala gadis itu.
"Kakak, Apakah mereka tidak akan menyakitiku?"
"Tentu saja tidak, di rumah sakit hanya ada Dokter dan Suster yang akan mengobati pasien mereka. di luar terdapat banyak anggotaku yang berjaga di pintu. Setiap orang yang masuk harus ada izin dari mereka. Jadi, kamu aman-aman saja," jawab Nicholas dengan senyum.
"Kakak, Apakah Kakak akan membuangku suatu saat nanti?"
"Mana mungkin aku membuangmu," jawab Nicholas.
"Papaku menemukan aku di tong sampah, Mungkin saja setelah melahirkan aku orang tua kandungku tidak menginginkan aku lagi. Sehingga mereka membuangku di sana. Kalau bukan mama dan papa Lucas yang membawaku pulang. Mungkin aku sudah mati."
"Molly, Apakah kamu ingin mencari orang tua kandungmu?"
"Tidak mungkin bisa dapat, Karena sudah lama. Sedangkan mama angkat saja tidak tahu tinggal di mana," jawab Molly.
"Aku berjanji akan menemukan mereka untukmu."
"Mereka semua tidak menginginkan aku, Makanya aku ditinggalkan begitu saja. Mama angkatku pergi dan tidak pernah kembali lagi," ucapnya sedih.
"Molly, Kita akan segera menemukan mereka, Aku berjanji padamu. Mulai hari ini kamu tidak perlu takut lagi mereka datang mencarimu. Lucas dan Natalie sudah kuserahkan kepada polisi."
"Serahkan pada polisi?"
"Iya."
"Apakah mereka akan di penjara?" tanya Molly.
"Mereka telah melakukan tindakan kekerasan, dan dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan," jawab Nicholas.
"Sekarang paling penting adalah, Obati dulu lukamu. Setelah sembuh kita akan pulang," ujar Molly.
"Iya," jawab Molly dengan patuh.
Tidak lama kemudian Dokter datang memeriksa kondisi tubuh Molly yang masih lemah. Dokter juga mengobati luka telapak tangan gadis itu.
"Paman, kenapa tanganku dililit kain?" tanya Molly dengan polos.
"Nona, ini bukan kain biasa, Tapi, perban untuk membalut luka. Dengan perban ini luka nona tidak akan terkena debu karena ia bisa melindungi lukamu," jawab Dokter.
"Apakah tanganku bisa sembuh?"
"Bisa, Hanya butuh waktu yang cukup lama, Karena luka ini sudah lama sekali. Bahkan, hampir tidak terlihat lagi garis tanganmu," jawab Dokter sambil melilit perban.
"Kapan aku bisa keluar, Paman?"
"Beberapa hari lagi, ya. Nona harus diperiksa untuk memastikan bagaimana kondisi tubuhmu dan luka-luka yang kamu alami," jawab Dokter.
"Paman bisa memanggilku Molly, ini adalah namaku."
"Baiklah, Molly. Molly harus banyak istirahat dan minum obat dengan rutin. Ingat, tanganmu jangan kena air," kata Dokter.
"Iya, Paman," jawab Molly.
Beberapa saat kemudian Dokter meninggalkan kamar itu. Sementara Nicholas masih menemani Molly yang masih trauma dengan yang lain.
"Rico sudah pergi membeli sarapan, Nanti kamu makan dulu. Setelah itu baru minum obat," ujar Nicholas yang menuangkan air putih ke gelas.
"Kakak, Apakah biaya rumah sakit sangat mahal?" tanya Molly yang duduk menyandarkan diri.
"Kenapa bertanya seperti itu?" tanya Nicholas yang memberikan gelas yang berisi air kepada gadis itu.
"Kalau aku tinggal di sini lebih lama, Biayanya pasti banyak. Aku tidak sanggup bayar."
"Jangan khawatirkan soal biaya, Aku yang akan membayarnya," jawab Nicholas yang duduk di tepi ranjang.
"Tapi, aku harus melunasinya, Aku bisa bekerja. Kakak, berikan aku pekerjaan!" pinta Molly yang memegang tangan Nicholas.
"Molly, kalau kamu ingin bekerja, harus menunggu kamu sudah sembuh. Hal ini kita bicarakan di lain hari," jawab Nicholas.
"Iya," jawab Molly.
"Molly masih dalam kondisi trauma, Mudah-mudahan dia tidak menerima sembarang tekanan lagi. Apa pun yang kamu inginkan akan kuberikan," batin Molly.
Beberapa saat kemudian Rico membawakan sarapan pesanan bosnya.
"Molly, makan dulu sarapannya!" ujar Nicholas yang membuka kota makanan itu.
Terlihat dua jenis makanan roti dan kue. Molly terdiam sejenak saat sarapan yang begitu mewah.
"Apa kamu tidak menyukainya?"
"Ini pasti sangat mahal, Aku belum pernah makan," kata Molly.
"Kalau begitu, makanlah yang banyak," ujar Nicholas.
Molly yang telapak tangannya dililit perban kesulitan untuk memegang roti itu.
"Aku akan membantumu," ujar Nicholas yang menyuapi gadis itu.
"Bagaimana rasanya?"
"Enak sekali, Makanan ini sangat istimewa, Rotinya juga sangat enak, Aku baru tahu ternyata begini rasa rotinya," jawab Molly yang makan dengan lahap.
"Apakah kamu belum pernah makan roti yang masih bagus?" tanya Nicholas.
"Belum pernah, Papaku memberiku roti yang sudah berjamur. Rasanya beda dengan yang ini," jawab Molly yang makan dengan lahap. Selama ini ia hanya makan makanan yang basi dan berjamur.
Pagi itu Molly makan dengan cepat karena lapar yang dia rasakan. Nicholas yang melihat gadis itu makan dengan lahap tentu saja telah membuatnya sedih. Makanan yang dia beli tidak termasuk makanan paling mewah telah membuat gadis itu begitu gembira sehingga makan sambil menetes air mata.
"Selama hidupku tidak pernah makan makanan seenak ini, ini adalah pertama kalinya bagiku. Hanya kakak Nicholas dan bibi tetangga yang memberiku makan makanan yang layak dimakan," batin Molly.
"Makan perlahan, semua ini milikmu."
"Kakak, kenapa tidak makan?" tanya Molly sambil mengunyah.
mulutnya dipenuhi oleh makanan.
"Aku akan makan sebentar lagi," jawab Nicholas dengan senyum.
"Kakak, Makan ini," ujar Molly sambil mendorong tangan Nicholas yang sedang memegang roti sisa makan gadis itu.
Nicholas kemudian makan roti yang dia pegang itu, Ia melihat senyuman gadis itu yang penuh haru. Ia pun tidak ragu ikut makan bersama.
"Akhirnya tangisannya berubah menjadi senyuman, Molly, aku hanya berharap kamu cepat sembuh. Dan aku rela melakukan apa saja agar kamu kembali ceria," batin Nicholas
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
🤩😘wiexelsvan😘🤩
vote,bunga biar makin semangat ya thorrr 😘😘😘
2023-10-08
2
nizham muafa
Semangat lanjut up nya,,
2023-10-05
1
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😀
2023-10-05
1