Saat Ayu terbangun, Bayu sudah tak berada di sampingnya. Sebuah helaan napas berat menyergapnya. Namun tak lama seulas senyum tipis muncul di bibir mungilnya.
Tangannya terulur memegang keningnya. Ia teringat kejadian semalam saat Bayu pertama kali mengecup keningnya. Serta ucapan manis setelahnya yang ia dengar di telinganya.
Ya, Ayu belum benar-benar tertidur saat Bayu mengecup keningnya dan mengucapkan kalimat sayang setelahnya.
Ada desir asing yang menyergap hatinya hingga membuatnya tersenyum dan berbunga-bunga. Berasa dicintai dengan tulus oleh seseorang. Hatinya yang beku seakan mendapat oase baru yang begitu menyejukkan.
Akhirnya ia memutuskan untuk mandi keramas pagi ini. Kebetulan kamar mandi di rumah dinas Bayu yang sekarang cukup besar. Terdapat bathtub juga shower air panas dan dingin.
Namun karena ia tak bisa menggunakan shower mode air panas tersebut, alhasil ia mandi keramas menggunakan air dingin di kota Malang yang memang berhawa dingin. Seketika usai mandi, badannya terasa menggigil.
Karena ia terlupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi, akhirnya dirinya keluar dan mengganti baju di dekat lemari pakaian mereka. Tiba-tiba....
Ceklek...
"Ups... sorry," ucap Bayu yang terkejut bukan main.
BRAKK !!
Pintu yang awalnya dibuka oleh Bayu dan dalam hitungan detik langsung ditutup kembali secara kasar. Dan akhirnya ia keluar kamar, tak jadi masuk.
"Astaga bini satu itu benar-benar menggoda iman. Aku pikir masih tidur, eh enggak tahunya sudah mandi. Mana sedang polosan mau ganti baju pula. Fiuhh, sabar...sabar. Mau nyerang, eh kena jebakan palang merah. Icip-icip nanti takutnya dia pingsan duluan. Huft !!" keluh Bayu sambil membayangkan pandangan kemolekan tubuh Ayu yang baru saja ia lihat tanpa sengaja.
Beberapa detik yang lalu istrinya hanya menggunakan kain segitiga bermuda berwarna merah dan belum sempat mengenakan penutup melonnya. Sungguh membuat sesuatu di bawah perutnya mendadak terbangun tanpa disuruh.
Sedangkan di dalam kamar, Ayu juga gelagapan dan berujung menggerutu sebal pada Bayu yang nyelonong masuk tanpa ketuk pintu. Padahal jika ditelaah secara harfiah, hal itu sebenarnya wajar-wajar saja.
Dikarenakan keduanya suami istri dan tempat tersebut merupakan kamar pribadi mereka. Dan yang masuk yakni suaminya sendiri bukan orang lain. Tentu secara normal, istri berhak melihat tubuh polos suami begitu pun sebaliknya.
"Dasar bujang lapuk bikin kaget saja. Masuk kamar enggak ketuk pintu dulu. Haissh... mana aku belum pakai baju lagi. Pasti dia mikir aku yang sengaja goda dia. Huft, nyebelin!" keluh Ayu seraya mengerucutkan bibirnya.
Usai mengganti baju, ia pun ragu ingin keluar kamar. Tapi perutnya mulai lapar. Ia juga ingin membantu Bik Sum di dapur tapi takut bertemu suaminya.
"Keluar enggak ya? Keluar enggak, keluar enggak, huft !!" cicit Ayu bingung.
Krucukkk...
Tiba-tiba suara cacing di perutnya pun akhirnya berdemo. Otomatis ia memberanikan diri untuk keluar kamar.
Ceklek...
Saat ia sudah membuka pintu kamarnya, kepalanya pun menyembul keluar duluan tapi badannya masih di dalam kamar. Ia menengok ke kanan dan ke kiri melihat situasi dan kondisi. Apakah aman terkendali dari suaminya atau tidak, pikirnya. Seketika...
"Eh, Neng cantik sudah bangun. Ayo ke meja makan untuk sarapan. Bibik sudah masak sayur asem, ikan pindang goreng, tempe dan tahu bacem. Ada sambal terasi dan juga sambal oncom pete kesukaan si ganteng," ucap Bik Sum mendadak muncul dari ruang tamu sambil membawa sapu. Ternyata Bik Sum usai menyapu teras dan ruang tamu setelah memasak.
"Aduh, saya jadi enggak enak sama Bik Sum. Mau bantuin masak tapi saya bangunnya kesiangan," cicit Ayu lirih.
"Enggak apa-apa Neng cantik. Bik Sum juga pernah muda jadi paham kok kalau pengantin baru suka bangun kesiangan. Hehe..." ucap Bik Sum seraya mengulum senyum.
"Ehm, maksudnya?" cicit Ayu dengan polosnya.
"Lah ini rambut Neng cantik sama kayak si ganteng. Pasti semalam atau tadi pagi mendadak ada serangan meriam di kasur pastinya. Jadi rambutnya kompak mandi keramas berdua," ledek Bik Sum seraya menyentuh rambut Ayu yang masih terlihat basah.
"Hah," respon Ayu terkejut seraya menyentuh rambutnya sendiri. Alhasil ia baru tersadar ternyata belum mengeringkan sepenuhnya rambutnya dengan hair dryer.
"Terus yang ini hehe... pasti cap bibir soang ganas milik si ganteng ya Neng cantik? Sampai jejak sosorannya kelihatan jelas merah begini. Luar biasa," ledek Bik Sum seraya menjawil leher Ayu yang memang tampak merah akibat gigitan bibir Bayu semalam.
Walaupun faktanya gigitan tersebut untuk membangunkan Ayu dari mimpi buruknya. Bukan karena hasrat menggelora menuju perayaaan cinta pengantin baru seperti yang ada di pikiran Bik Sum.
"Haisshh !! Bujang lapuk satu itu bikin malu saja. Kenapa juga semalam pakai gigit leher. Kan bisa siram air saja di wajahku. Huft !!" batin Ayu mendengus sebal.
"Eh ini bukan karena itu, Bik. Ini merah karena digigit nyamuk," jawab Ayu terpaksa berbohong. Dirinya sungguh malu di depan Bik Sum.
"Nyamuknya mantan bujang lapuk karatan berambut hitam ya Neng cantik. Hehe..."
"Sudah, Neng cantik enggak perlu sungkan atau malu. Justru Bibik bahagia melihat si ganteng dan Neng cantik rukun dan saling cinta begini," ucap Bik Sum seraya berjalan bersama Ayu ke arah ruang makan dekat dapur.
Kini Bayu dan Ayu sudah duduk bersama di meja makan untuk sarapan. Bik Sum pun pamit ke belakang untuk menjemur baju. Meninggalkan mereka berdua dalam keheningan di meja makan.
"Ya ampun, kenapa kita selalu kompak buat mandi keramas sih? Jadi bahan ledekan Bik Sum saja," batin Bayu menatap rambut Ayu yang juga sama basah seperti rambutnya.
"Ayo makan, nanti keburu sarapannya dingin." Bayu memecah keheningan dengan menyuruh Ayu untuk segera makan pagi.
"Iya, Mas." Ayu pun menjawab singkat.
"Kok wajahmu sedikit pucat? Apa kamu sakit, Yu?" tanya Bayu saat melihat wajah Ayu dengan seksama yang memang sedikit pucat.
"Aku sehat kok, Mas. Cuma sedikit kedinginan. Aku enggak tahu caranya pakai shower air panas jadinya mandi dengan air dingin," jawab Ayu sedikit kikuk. Ia masih didera rasa malu di depan Bayu atas kejadian di kamar tadi saat suaminya nyelonong masuk.
"Nanti aku ajari caranya biar kamu tahu. Ayo sarapan dulu. Setelah sarapan, kita ke dokter ya. Mas sudah buat janji dengan Dokter Heni. Kamu masih ingat kan, Dokter Heni teman masa kecil Papa Bening yang satu kampung. Yang pernah merawat Bening juga saat tinggal di Jogja. Mau ya?" ajak Bayu penuh kelembutan.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Santi Rizal
bi Sum usil banget sih
2025-01-09
1
Fenty Dhani
mau dong...demi kesembuhanmu
2024-09-26
1
Fahmi Ardiansyah
bik sum ahlinya bikin mereka br2 malu
2024-08-14
2