Untuk mendukung feel dalam membaca chapter ini.
Othor sarankan sembari memutar lagu yang berjudul "Lagu Rindu" by Kerispatih.
Selamat Membaca💋
🍁🍁🍁
"Auch..."
Seketika Ayu terbangun dari mimpi buruknya.
"Hah...hah...hah..."
Napas Ayu tersengal-sengal. Seakan dirinya usai berlari maraton. Gigitan Bayu di lehernya sama sekali tak terasa sakit baginya. Namun berhasil membangunkannya dari mimpi buruknya. Mimpi yang ingin sekali ia lupakan namun masih sangat sulit untuk hilang begitu saja dari hidupnya.
"Yu, kamu sudah bangun?" tanya Bayu penuh perhatian.
Mata Ayu masih basah dengan air matanya. Puzzle-puzzle kenangan buruk itu kembali menghantuinya.
"Huhu... aku enggak salah, Mas. Hiks...hiks...hiks..." tangis Ayu semakin berderai dengan pandangan mata kosong tanpa menatap Bayu. Sebab ia seakan masih berada di masa lalu kelamnya bersama Cakra.
"Iya, Mas percaya kok sama kamu. Coba kamu bangun dulu," ucap Bayu dan mencoba menata bantal untuk Ayu pada sandaran tempat tidur.
Akhirnya Ayu bangun dan bersandar pada headboard ranjang. Punggungnya terasa nyaman karena Bayu telah menata bantal-bantal tersebut dengan baik.
"Minum dulu," titah Bayu penuh kelembutan seraya menyodorkan segelas air putih pada Ayu.
Ayu pun menerima tanpa banyak membantah. Langsung meminumnya dan hanya menyisakan sedikit.
"Makasih Mas," ucap Ayu.
"Coba tarik napas perlahan lalu hembuskan," ucap Bayu.
Ayu pun melakukannya sesuai arahan suaminya. Setelah beberapa menit melakukannya, akhirnya Ayu sudah cukup tenang.
"Tatap aku Yu," titah Bayu dengan nada lembut.
Ayu pun mendongak secara perlahan dan menatap Bayu. Keduanya saling memandang dalam satu garis lurus yang sama dalam keheningan. Lalu Bayu pun kembali bersuara.
"Buatmu, aku ini siapa?" tanya Bayu tanpa memutus pandangannya pada mata Ayu.
"Suamiku," jawab Ayu lirih nan sendu.
"Apa boleh jika istriku yang cantik ini melakukan sesuatu hal yang aku mau, hem?" tanya Bayu dengan lembut dan penuh kesabaran. Ia mencoba mengajak Ayu berbicara dari hati ke hati.
Ayu menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju atau bersedia.
"Besok pergi ke dokter yuk," ajak Bayu.
"Apa Mas juga seperti mereka, menganggap aku enggak waras?" cicit Ayu sendu dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Tes...
Jatuh kembali air mata Ayu di pipinya.
"Hei, enggak dong. Mas ajak ke dokter bukan karena mengira kamu enggak waras. Tetapi semua itu Mas lakukan karena cinta. Kamu kan tahu, sejak dulu Mas cinta sama kamu. Cinta banget malahan. Apa salah jika Mas tetap mencintaimu? Terlebih kondisi kita berdua saat ini sudah sah menjadi suami istri." Bayu berusaha meyakinkan Ayu.
"Aku janda Mas, bukan gadis lagi." Ayu kembali menunduk. Rasa bersalah terhadap Bayu dan insecurenya kembali menyergapnya.
"Terus kalau janda memangnya kenapa?" tanya Bayu.
"Enggak bisa ngasih Mas, itu." Ayu hanya bisa menunduk dan terisak.
Bayu langsung paham apa yang dimaksud oleh Ayu. Dan sebuah helaan napas berat keluar dari bibir Bayu.
"Kalau aku menikah cuma mau mengambil kesucian seorang wanita, di luar sana aku bisa dapat hal itu tanpa harus repot-repot menikahimu. Bahkan gadis-gadis itu aku pakai cuma semalam lalu selesai urusan juga pasti ada yang mau membuka kakinya untukku. Aku dapat hal itu dan mereka dapat uang yang banyak dariku. Tapi akunya yang enggak mau, Yu. Dan tujuan menikah setiap orang beda-beda. Tidak semua laki-laki mencari hal itu saja ketika memutuskan untuk menikah. Perlu kamu tahu, kalau aku menikahimu bukan mencari hal itu. Jika aku hanya mencari itu saja, kenapa susah payah aku nikahin kamu? Bukan memilih perempuan lain yang masih gadis."
"Jadi, mau kamu janda dan sudah enggak per*awan sekali pun tak masalah buatku, Yu. Apa adanya kamu sudah melengkapi hidupku yang sepi dan sendiri. Akhirnya Allah mengabulkan doaku kalau aku akan menghabiskan sisa hidupku tidak sendirian tetapi dengan wanita yang aku cintai. Apapun kondisi dirimu, aku menerimanya dengan ikhlas penuh cinta. Aku ingin kamu mengisi kekuranganku dengan kelebihan yang kamu miliki, Yu. Mendiang ibuku pernah memberiku nasihat saat aku pulang dari Solo setelah gagal melamarmu waktu itu dan kamu lebih memilih Cakra," tutur Bayu semakin lirih seraya mengenang kebersamaan terakhirnya dengan mendiang ibunya sebelum ia pergi ke Batam untuk pindah tugas.
"Boleh aku tahu, mendiang ibu bilang apa pada Mas?" tanya Ayu sendu seraya melihat Bayu sekilas yang ada di sampingnya. Lalu tak lama pandangannya kembali ke depan.
Keduanya kini tengah bersandar pada headboard ranjang dan menatap ke depan tanpa saling melihat satu sama lain. Namun kedua lengan mereka berjarak sangat dekat. Terkadang kulit keduanya bersentuhan tanpa mereka sadari.
"Ibu bilang padaku bahwa aku harus banyak bersabar. Terkadang jodoh itu lucu. Dikejar malah lari tapi jika tidak dikejar justru nanti akan datang dengan sendirinya. Ibu juga meyakinkan padaku bahwa aku harus percaya dengan janji dan rencana Allah. Bahwa seorang lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik, begitu pun sebaliknya."
"Dan wanita itu adalah kamu, Yu. Kamu adalah wanita baik yang telah dipilih dan dikirim Allah untuk melengkapi hidupku. Kita hanya manusia biasa yang kerdil bak seperti debu di mata Allah. Takdir itu semua kuasa Sang Pencipta, bukan kita. Sebagai manusia yang beriman kita wajib mempercayai hal itu bukan," tutur Bayu seraya melihat sekilas wajah Ayu yang tengah mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibirnya.
Takdir Tuhan memang akan indah dan itu benar adanya. Hingga membuat matanya berkaca-kaca. Ia sedang berusaha menyelami setiap untaian kalimat yang Bayu lontarkan padanya.
Apakah ini jawaban atas doa Bayu dan mendiang ibu mertuanya selama ini ?
Ia dan Bayu sudah lama tak berkomunikasi. Bahkan hilang kontak usai dirinya menolak lamaran Bayu. Dan tak lama, ia menikah dengan Cakra.
Lalu takdir mempertemukannya kembali dengan Bayu di tempat yang tak lazim dan penuh luka baginya. Namun justru di tempat itu, Allah mempersatukannya dengan Bayu tanpa ia duga dan tanpa disangka.
"Dulu saat di Jakarta, pertama kali aku bilang cinta sama kamu ketika kita di bandara lalu pada akhirnya kamu pulang ke Jogja dan menolakku. Apa kamu masih ingat?" tanya Bayu.
Ayu pun menganggukkan kepalanya.
"Aku mengatakan dalam hatiku kalau akan setia menunggumu. Walaupun harus menunggu jandamu sekali pun. Dan kedua kalinya aku mencoba melamarmu di Solo, ternyata kita tetap belum berjodoh saat itu. Setelah mendengar kamu resmi menikah dengan Cakra, aku berusaha melupakan cintaku di dalam sini untukmu," ucap Bayu seraya menunjuk dadanya sendiri dengan jarinya. (bisa flashback membaca di karya "Bening" chapter 96 : Rencana Pindah Tugas).
"Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Anehnya aku belum bisa menghapus cinta itu, Yu. Justru aku semakin rindu. Dan rindu itu semakin menyiksaku. Aku rindu melihat kamu tersenyum dan tertawa lepas tanpa beban. Aku rindu kepolosanmu. Aku rindu kamu yang mendadak cerewet atau saat memarahiku. Aku rindu itu semua," cicit Bayu semakin lirih dan terdengar sendu.
"Aku bertanya pada pekatnya malam saat aku terjaga dan juga pada udara pagi yang menyapaku saat terbangun. Apa kamu bahagia bersama Cakra?"
"Bahkan aku sempat berucap pada Tuhan. Jika kamu tidak bahagia, maka aku ingin sekali membahagiakanmu."
Malam perdana keduanya berada di dalam satu kamar yang sama, mereka habiskan dengan saling berbicara dari hati ke hati. Walaupun lebih banyak Bayu yang mengungkapkan isi hatinya pada Ayu.
Bayu hanya ingin Ayu tidak merasa insecure bersanding dengannya. Pernikahan itu yang menjalani adalah suami dan istri, bukan orang lain. Tak perlu memedulikan apa kata orang. Apalagi dengan embel-embel status perjaka menikahi seorang janda seperti dirinya. Asal Ayu mencintai dirinya dan bahagia. Itu sudah cukup baginya.
"Takdir. Apa kamu sudah bahagia bersamanya setelah menceraikan aku, Mas Cakra?" batin Ayu.
Malam ini keduanya tidur di atas ranjang yang sama atas permintaan Ayu. Bayu pun tak menanyakan alasan apa pun pada istrinya atas perubahan mendadak tersebut.
Mata Bayu pun terpejam. Tak berselang lama Ayu pun tertidur dengan nyenyak tanpa gangguan mimpi buruk.
Setelah mendengar nafas Ayu yang teratur dan menandakan bahwa istrinya sudah tertidur pulas, Bayu pun perlahan membuka matanya. Karena sesungguhnya sejak tadi ia belum tidur.
Lantas ia pun menoleh ke samping, tepat di depan wajah Ayu yang sudah tertidur pulas. Dirinya membenahi selimut Ayu agar istrinya tidak kedinginan. Sebab kota Malang dikenal memiliki hawa yang cukup dingin terutama di malam dan pagi hari.
Lalu ia memandang wajah Ayu dengan penuh cinta dalam suasana kamar mereka yang temaram. Hanya ada cahaya redup dari lampu tidur saja. Perlahan ia memberanikan diri untuk mendekati wajah Ayu dan perlahan bibirnya mengecup kening istrinya untuk pertama kali.
Cup...
"Selamat tidur sayang," cicit Bayu lirih.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Note :
Anggap Bayu dan Ayu tidur seperti ini ya Sobat ^^.
Bintang malam sampaikan padanya
Aku ingin melukis sinarmu di hatinya
Embun pagi katakan padanya
Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya
Tahu kah engkau wahai langit
Ku ingin bertemu membelai wajahnya
Ku pasang hiasan angkasa yang terindah
Hanya untuk dirinya
Lagu rindu ini kuciptakan
Hanya untuk bidadari hatiku tercinta
Walau hanya nada sederhana
Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ketawang
lelaki sbaik & sesetia Bayu,masih adakah stoknya🤣🤣
2024-12-10
0
Fenty Dhani
🥹🥹🥹😭
2024-09-26
1
Hulatus Sundusiyah
nanti ketemu dokter heni deh..
2024-08-29
1