Untuk mendukung feel dalam membaca chapter ini.
Othor sarankan sembari memutar lagu berjudul "Tutur Batin" by Yura Yunita.
Selamat Membaca💋
🍁🍁🍁
Berselimut hening, Ayu termenung seorang diri di dalam kamar. Berdiri menatap pemandangan di luar dari balik jendela kaca kamar yang ia buka gordennya.
Pemandangan bukit-bukit hijau dan suasana area perumahan dinas kepolisian yang cukup sepi di siang hari seperti ini membuat hatinya semakin sesak. Terlebih dirinya teringat untaian cerita dari Bik Sum tentang keluarga Bayu di masa lalu.
"Saat itu Nyonya besar sudah lama menyuruh suami Neng cantik menikah. Apalagi Nyonya besar sudah ingin sekali menimang cucu. Nyonya besar sering sakit-sakitan. Tapi si ganteng bilang pada Nyonya besar disuruh sabar menunggu. Tiba-tiba pas si ganteng pulang lagi ke Bandung, suami Neng cantik itu meminta restu pada Nyonya besar katanya mau melamar seorang gadis cantik di Solo. Nanti kalau wanita yang dia cinta itu menerima pinangannya, baru si ganteng bawa gadis itu ke Bandung buat bertemu Nyonya besar. Dan Neng cantik tahu apa reaksi Nyonya besar saat itu?"
"Apa reaksi mertua saya, Bik?" tanya Ayu menatap Bik Sum dengan hati cemas tak karuan.
"Nyonya besar senang bukan kepalang karena putra semata wayangnya yang susah jatuh cinta akhirnya tanpa banyak bicara atau cerita ternyata sudah mencintai seorang gadis. Bahkan serius ingin menikah dengan gadis asal kota Solo. Cuma Nyonya besar dan saya gak tahu siapa nama gadis itu. Suami Neng cantik cuma bilang kalau wanita ini spesial di matanya dan tidak silau akan harta. Suami Neng cantik itu cukup terkenal di kampung kami. Bahkan keluarganya punya banyak sawah dan tanah. Nyonya besar lahir dari keluarga berpunya di kampung kami. Tapi keluarga suami Neng cantik bukan orang yang sombong. Mereka semua tetap bersahaja dan apa adanya," tutur Bik Sum.
"Pasti Bibik senang bisa kerja di rumah keluarga mertua saya," ucap Ayu.
"Bukan senang lagi Neng, tapi sangat senang. Mereka menganggap bibik sudah seperti keluarga sendiri. Tapi sayang, Nyonya besar meninggal dunia karena sakitnya kambuh." Mata Bik Sum mulai berkaca-kaca.
"Mertua saya sakit apa, Bik? Kambuh kenapa?" cecar Ayu yang ikut mendadak sendu menatap Bik Sum.
"Nyonya punya riwayat darah tinggi. Saat itu Nyonya besar sudah membuat tumpengan besar di kampung supaya memperlancar usaha si ganteng ngelamar gadis itu. Si ganteng pergi ke Solo sendiri padahal Nyonya besar ingin ikut tapi enggak boleh. Ada beberapa tetangga sempat tanya tumpengan itu untuk apa? Terus Nyonya saking bahagianya mengatakan kalau putra semata wayangnya mau nikah. Akhirnya satu kampung sudah heboh. Tapi_" ucapan Bik Sum kembali terpotong.
"Tapi kenapa, Bik?" tanya Ayu yang semakin cemas.
"Si ganteng pulang ke Bandung dengan tangan kosong. Gagal melamar gadis itu yang ternyata sudah menerima pinangan dari laki-laki lain. Beberapa hari Nyonya besar enggak mau keluar rumah karena malu ditanyain tetangga terus kapan putranya menikah. Suami Neng cantik gak lama akhirnya ditugaskan ke Batam. Baru sebulan di Batam, si ganteng pulang lagi ke Bandung buat makamkan Nyonya besar. Sejak putranya gagal menikah, mertua Neng cantik penyakitnya semakin kambuh. Nyonya tiap hari nangis di kamar. Tapi enggak mau kalau saya telepon si ganteng di Batam. Saat Nyonya besar masuk rumah sakit karena sudah cukup parah, akhirnya saya baru kabari suami Neng cantik di Batam. Si ganteng sampai di Bandung tetapi Nyonya sudah pergi lebih dahulu. Waktu itu si ganteng enggak nangis sama sekali. Justru saya sama keluarga saya yang nangis di rumah sakit. Tujuh hari si ganteng memilih tidur di kamar Nyonya besar. Setelah tujuh hari kepergian Nyonya besar, si ganteng balik ke Batam. Nitip pesan ke saya buat sesekali bersihkan rumah di Bandung. Tiap bulan saya dikirimin uang sama suami Neng cantik. Sebelum meninggal, Nyonya besar sempat berpesan supaya saya tetap jaga si ganteng seperti anak sendiri. Nyonya besar gak ingin putra semata wayangnya itu kesepian walaupun seumur hidup jadi bujang lapuk. Saya bener-bener bahagia dan terharu banget akhirnya si ganteng menikah. Jadi enggak kesepian lagi. Sudah ada yang nemenin. Makasih ya Neng cantik sudah mau terima si gantengnya bibik yang sekeras batu itu buat jadi suami," tutur Bik Sum dengan berderai air mata dan memeluk Ayu penuh ketulusan.
Ayu hanya bisa terdiam dan menggigit bibirnya dalam-dalam. Ia tak tahu harus bilang apa. Rasa bersalah di dalam hatinya semakin bercokol dengan deras.
"Maafkan aku. Karena egoisku saat itu yang tak melihat ketulusan cintamu membuat ibumu meninggal dunia. Hiks...hiks...hiks..." batin Ayu menangis pilu.
☘️☘️
Membuang napas kasar, Ayu kini telah duduk di atas kasurnya. Ia menatap langit-langit yang terbuat dari gipsum berukiran bunga-bunga. Setelah mendengar penuturan Bik Sum tentang Bayu dan keluarganya di masa lalu, membuat Ayu semakin terenyuh.
Namun ada rasa bahagia yang tak dapat dipungkiri di hatinya bahwa Bayu tetap setia mencintainya. Walaupun kondisi dirinya sudah menjadi janda sekali pun. Lelaki itu tetap menerima dirinya apa adanya tanpa ragu.
Mungkin inilah cara alam untuk menyadarkan dirinya bahwa Cakra bukanlah jodohnya. Dahulu dia merasa insecure bila harus bersanding dengan Bayu yang dari keluarga berpunya dengan level pendidikan tinggi. Sedangkan dirinya hanya gadis desa biasa dan sebatas lulusan SMA. Tak pernah mengenyam bangku kuliah.
Terlebih sejak awal bertemu, ia dan Bayu bak seperti Tom-tom dan Jer-jer yang kemana pun selalu bertengkar.
Dan ia memilih Cakra karena di hatinya sejak kecil nama itu sudah terpatri sebagai cinta pertamanya. Apalagi keduanya berjanji untuk menikah saat dewasa. Saat Cakra datang kembali ke Solo untuk meminangnya. Tanpa ragu ia menerima pinangan tersebut dan membuat Bayu patah hati.
Kini ia baru menyadarinya bahwa Cakra bukanlah suami idaman seperti harapannya. Ia dan Bayu sama-sama pernah mengalami kegagalan. Walaupun dalam konteks yang berbeda.
Dirinya gagal mempertahankan pernikahan pertamanya bersama Cakra. Bayu pun gagal mempertahankan cinta untuknya kala itu.
"Kenapa hatiku sakit saat mengingat masa laluku dengan Cakra? Kenapa aku juga kecewa pada diriku sendiri yang egois saat kamu meminangku dahulu?" tanya Ayu seraya melihat cincin kawin di jarinya. Cincin yang menjadi bukti bahwa kini Bayu Laksono adalah suaminya, bukan lagi Cakra Agung Sujatmiko.
"Hiks...hiks...hiks..."
"Kamu masih menyimpan cincin ini dengan baik, Mas. Padahal waktu kamu meminangku di Solo, aku menolakmu. Tapi kamu tetap kekeh dan sedikit memaksaku. Dan akhirnya aku buang cincin ini di rumput karena kesal. Aku enggak nyangka kamu bisa nemuin kembali cincin yang sudah aku buang ini. Huhu..." tangis Ayu semakin berderai menatap cincin yang sama di masa lalu.
Dan kini cincin itu ternyata memang menjadi takdirnya. Terpasang cantik di jarinya. Menjadikan dirinya, istri sah dari seorang Komisaris Polisi Bayu Laksono. Lelaki yang begitu tulus mencintainya namun pernah ia kecewakan di masa lalu.
"Kamu pernah berduka karena cinta, begitu juga aku. Kita ditakdirkan bersama pada akhirnya, pasti untuk sebuah alasan bukan? Apakah kita bisa saling mengobati dari nestapa ini?" ucapnya lirih dengan air mata yang masih setia menetes di pipinya.
Bersambung...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Santi Rizal
ayu dulu sangat mengecewakan Bayu... semoga sekarang bisa membahagiakan Bayu
2025-01-09
1
Fenty Dhani
sedih🥹
2024-09-26
1
Zerazat
di cerita ini kenapa peran utama kan Ayu tapi aq bacanya kok beda ya sama waktu baca cerita Bening bisa greget di hati bisa sampai merinding,baca cerita Ayu ini biasa biasa saja maaf ya thor bukan nya julid sama author tapi mengeluarkan uneg uneg dalam hatiku 🙏
2024-08-31
2