"Maksudmu?" tanya Bayu yang mendadak bingung.
"Lah itu ngapain nenteng pembalut sampai bawa macam satu karung begitu?" tanya balik Ayu tanpa sadar dirinya berbicara dengan Bayu sangat lancar tanpa alat bantu tulisnya.
"Ya di pesanmu, gak kamu tulis berapa banyak yang harus dibeli. Daripada kurang lebih baik, lebih kan." Bayu berusaha membela diri karena memang faktanya seperti itu.
"Masak sih enggak aku tulis di pesanku," cicit Ayu ragu-ragu.
"Tunggu sebentar," ucap Bayu menjedanya dan ia langsung mengambil ponsel pintarnya di saku kemeja depan.
Jarinya langsung masuk ke pesan pribadi dan menunjukkan ke istrinya. Supaya jelas dan terang benderang bahwa memang dirinya tak salah jika membeli pembalut banyak karena tidak tahu berapa banyak yang dibutuhkan Ayu.
"Nih, coba baca sendiri." Bayu pun memberikan ponselnya pada Ayu. Tanpa disadarinya, Ayu pun menerima ponsel tersebut tanpa banyak membantah.
"Ya ampun, kenapa aku lupa nulis ke dia. Makin besar kepala nantinya dia, kalau aku ngalah. Huft !!" batin Ayu.
"Nih, ponselmu." Ayu pun mengembalikan ponsel Bayu setelah membaca sederet pesan singkatnya tadi. Dan Bayu memang tak bersalah jika sampai membeli cukup banyak pembalut.
"Gimana? Bener kan?"
"Tetap saja kamu asal beli. Pasti sama pihak tokonya dikira kamu mau jualan pembalut. Mana masih pakai seragam dinas pula. Malu-maluin!" gerutu Ayu tanpa sadar dengan bibir mengerucut yang justru terlihat oleh Bayu, semakin menggemaskan.
"Alhamdulillah," ucap Bayu seraya tersenyum dengan mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya sendiri.
Sontak Ayu pun heran dan terkejut atas tingkah suaminya barusan. Apalagi Bayu tadi memasang wajah kesal karena disalahkan olehnya dan dalam sekejap berubah tersenyum bahagia seperti mendapat durian runtuh.
"Kamu kenapa tiba-tiba senyum sendiri? Salah minum obat atau kurang vitamin?" tanya Ayu seraya menatap Bayu yang terlihat aneh di matanya.
"Alhamdulillah istriku sudah bisa berbicara lagi dengan lancar," jawab Bayu seraya tersenyum bahagia.
Deg...
Mendadak hati Ayu mencelos mendengar kalimat pendek yang keluar dari bibir Bayu namun sangat mengena di hatinya. Seketika matanya langsung berkaca-kaca. Terharu mendapat perhatian dari lelaki yang ia juluki bujang lapuk tengil tersebut.
Dikarenakan keduanya ketika masih lajang sering bertengkar. Namun juga sering tertawa dan melucu bersama. Dan itu baru ia sadari usai resmi menikah dengan Bayu baru-baru ini. Saat dirinya mengenang kebersamaan antara Bayu dengan dirinya di masa lalu.
Ayu langsung menunduk dan jatuh juga air mata yang sudah menganak di pelupuk matanya.
Tes...
"Maaf," cicit Ayu lirih.
"Tegakkan kepalamu Nyonya Bayu Laksono. Siapa yang menyuruhmu menunduk. Di lantai itu enggak ada suamimu. Tapi di depanmu, dia berdiri sekarang." Bayu memerintahnya dengan tegas namun terdengar lembut penuh perhatian.
Tanpa sadar Ayu pun mengangkat pandangannya dan melakukan perintah suaminya. Pandangan keduanya bertemu dalam satu garis lurus.
Sebuah helaan nafas berat keluar dari bibir Bayu. Dan tangannya merogoh saku celananya lalu menyodorkan sebuah sapu tangan pada istrinya itu.
"Pakai ini untuk menghapus air matamu. Mulai detik ini jangan banyak menangis. Lupakanlah apa yang sudah terjadi. Tak perlu ditangisi apalagi disesali. Jadilah Ayu kembali yang aku kenal selama ini. Dan ini pembalutnya, segera ganti. Nanti kamu kedinginan kalau lama-lama berdiri di kamar mandi. Di sini enggak ada penghangatnya, kecuali_" ucapan Bayu tiba-tiba terpotong.
"Kecuali apa?" tanya Ayu yang penasaran.
Sekian detik hening lalu Bayu menjawabnya dengan mengulum senyum pada istrinya yang masih mengenakan sehelai handuk.
"Penghangat nasi lah. Memangnya ada penghangat yang lain?" tanya Bayu sengaja memancing istrinya.
"Enggak tahu," cicit Ayu dengan polosnya seraya menggelengkan kepalanya.
"Aku mau ke kamarku. Rasanya ingin ikut mandi juga. Mendadak gerah," cicit Bayu seraya melangkah pergi keluar dari kamar istrinya.
"Gerah apaan? Udara dingin begini kok gerah. Dasar bujang lapuk aneh," gumam Ayu yang akhirnya segera masuk ke kamar mandi menyelesaikan urusannya.
Sedangkan saat sudah berada di luar kamar, Bayu pun hanya bisa geleng-geleng kepala seraya tersenyum.
"Maunya dihangatin kamu, Ay. Tapi kata othor tidak solehot satu itu yang nyebelin minta ampun, katanya belum boleh. Nasib-nasib," gumam Bayu lirih yang hanya bisa didengar oleh Bayu dan Othor.
☘️☘️
Dua jam kemudian.
Tok...tok...tok...
Bik Sum mengetuk pintu kamar Ayu. Dan tak lama yang punya kamar pun membukanya.
Ceklek...
"Eh, pengantin baru. Siang-siang sudah main basah-basahan nih. Hehe..." cicit Bik Sum tanpa basa-basi saat Ayu membuka pintu kamarnya dalam kondisi rambutnya yang masih basah.
Seketika raut wajah Ayu langsung merah merona bak tomat rebus. Sebab tadi saat ia bersih-bersih di kamar mandi, mendadak ingin mandi keramas gara-gara celetukan suaminya yang mengatakan kegerahan.
Setelah memakai baju rumahan, hanya mengeringkan rambutnya ala kadarnya dan belum kering betul tak lama dirinya langsung tertidur. Dan terbangun karena bunyi ketukan pintu yang berasal dari Bik Sum.
"Ah, Bibik ada-ada saja." Ayu berusaha mengelak dengan wajah yang masih memerah seraya tersenyum malu seakan habis kepergok bercinta.
"Pengantin baru gaspol rem blong sudah biasa atuh Neng. Buktinya si ganteng belum sore sudah ada di rumah. Malah rambutnya ikut basah juga sama kayak Neng. Pasti habis bikin dedek utun ya sampai si ganteng belain pulang duluan ke rumah. Dasar bujang karatan lama enggak diasah itu meriam jadi maunya bikin adonan terus, enggak kenal waktu. Fiuhh..."
"Ayo Neng ke dapur, sudah Bibik buatin wedang khusus buat mengembalikan stamina. Biar gak gampang loyo duel sama si ganteng," cicit Bik Sum seraya menggandeng tangan Ayu keluar kamarnya.
Ayu pun tak bisa menolak. Dan saat di dapur, dirinya terkejut ternyata suaminya sudah duduk di meja makan. Bayu tengah asyik makan gorengan sambil minum wedang buatan Bik Sum.
"Dasar bujang lapuk! Kenapa pakai ikutan keramas segala? Tadi bilangnya mandi bukan keramas. Jadi Bik Sum salah paham deh. Huft !! Nyebelin banget," batin Ayu mendengus sebal.
"Ya ampun, bini satu ini ya. Ikutan keramas juga. Jadi makin gencar deh Bik Sum mojokin. Tadi aku sudah kepergok dan dibabat habis sama Bik Sum. Pasti dia habis kena juga. Nasib-nasib keramas semua tapi enggak ngapa-ngapain," batin Bayu.
☘️☘️
Keesokan paginya.
"Sudah siap?" tanya Bayu pada istrinya saat keduanya berada di bandara akan memasuki gate penerbangan mereka menuju kota Malang.
Ayu pun sempat menoleh ke belakang sekilas. Melihat lalu lalang orang di area bandara dan tak lama pandangannya kembali ke depan. Ia harus bergerak maju bukan mundur. Ya, itulah kata hatinya saat ini. Ia yakin dirinya bisa melewatinya dengan baik.
"Ya, Mas. Aku siap," cicit Ayu lirih seraya menunduk.
"Tegakkan kepalamu dan tatap aku Yu," ucap Bayu dengan tegas.
Seketika Ayu mendongak menatap Bayu. Hening sesaat, menggelayuti keduanya.
"Pegang tanganku dan jangan kamu lepas. Berani kamu lepas, aku hukum." Bayu memerintahkannya dengan tegas namun dengan sorot mata lembut penuh cinta.
"Hukumannya apa?" tanya Ayu sedikit ketakutan mendengar kata hukuman.
"Ciuman bibir," jawab Bayu tanpa basa-basi.
"Hah," respon Ayu yang terkejut dan seketika tanpa sadar membekap mulutnya dengan kedua telapak tangannya secara refleks.
Bersambung...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Fenty Dhani
hukuman enak² yu 🤭🫣
2024-09-26
1
Fahmi Ardiansyah
enak tu hukumannya yuuu.
2024-08-12
2
Fahmi Ardiansyah
mungkin kmu ernah bikin marah Ama author jdi kmu belum dpt ijin nyentuh ayu.
2024-08-12
2