Beberapa hari berlalu.
Bayu berdinas seperti biasa dan semakin sibuk karena dirinya harus mengurus segala keperluan kepindahan baik rumah dan area kedinasan yang baru nantinya.
Sejak pesannya tak dibalas oleh Ayu, Bayu tak lagi mengirim pesan atau menghubungi istrinya. Ia sebelumnya sudah menugaskan Zaky untuk mencari di mana keberadaan Cakra dan mencari informasi yang terjadi pasca Cakra dan Ayu bercerai.
Bayu telah mengetahui penyebab keduanya bercerai. Namun ia jelas sangat meragukan apapun yang mereka layangkan pada Ayu. Dirinya sangat mengenal karakter wanita yang ia cintai ini. Tak mungkin seperti itu.
Namun ia tak mencari lebih detail kejadian awal mula prahara Ayu karena baginya menyembuhkan istrinya jauh lebih penting daripada membalas sakit hati pada orang-orang di masa lalu istrinya tersebut.
Biarlah tangan Tuhan yang membalas semuanya. Karena ia percaya Tuhan tak pernah tidur. Apa yang kita tabur pasti akan menuai hal yang sama bukan hal yang berbeda.
Pagi ini Bik Sum melihat Ayu seakan murung. Entah rindu sama suami atau tengah memikirkan sesuatu, tentu dibenak wanita paruh baya ini tak tahu. Akhirnya ia pun memberanikan diri menghampiri istri majikannya itu yang sedang duduk di kursi ruang tamu.
"Neng cantik, kenapa melamun terus? Bibik lihat dari tadi sepertinya ada yang sedang dipikirin. Atau jangan-jangan kangen sama suami ya," ledek Bik Sum sengaja menggoda Ayu.
"Ah, Bibik. Enggak kok. Cuma_" ucapan Ayu pun terpotong.
"Cuma apa hayo? Cuma kangen berat begitu ya," ledek Bik Sum semakin menjadi-jadi dan semburat merah tanpa sadar terbit di wajah Ayu.
Ia hanya bisa mengulum senyum tipisnya. Bingung menanggapi Bik Sum yang sedikit banyak bisa membaca pikirannya.
Sebenarnya ia tidak rindu dengan suaminya. Pikirannya berusaha menampik tapi tidak dengan hatinya. Ia merasa cemas jika ditinggal pergi bertugas seperti ini. Mengingatkan pekerjaan Cakra yang juga tak kenal waktu jika surat tugas mendadak datang.
"Neng cantik enggak perlu khawatir sama suaminya. Tadi pagi si ganteng juga sudah telepon Bibik tanyain apa Neng cantik sudah bangun, sudah makan dan masih banyak lagi perhatian dari si ganteng. Kalau di tulis mungkin sudah jadi satu buku isinya cinta dan perhatian si ganteng buat Neng cantik. Bibik jadi keinget pas pengantin baru sama mendiang suami."
"Sabar ya Neng cantik. Tugas si ganteng jadi abdi negara memang gak bisa ditebak kapan berangkat kapan pulang ke rumah. Kapan sehat dan harus siap jika pulang tugas justru hanya tinggal nama. Pas libur dinas pun harus siap jika ada panggilan darurat. Lambat laun Neng cantik juga akan mengerti dan mengalir mengikuti ritme kerja si ganteng. Seperti Nyonya besar yang sangat sabar menjadi bagian dari Ibu-ibu Bhayangkari," tutur Bik Sum.
"Iya, Bik. Tapi untuk saat ini saya belum bisa ikut aktif di organisasi istri polisi," cicit Ayu lirih.
"Iya Neng cantik. Bibik paham kok. Si ganteng sudah sempat cerita kalau Neng cantik habis sakit jadi masih tahap pemulihan. Walaupun Bibik enggak tahu Neng cantik sakit apa, yang penting buat Bibik mah kalian berdua sehat terus. Makin cinta, makin lengket kayak lem sama perangko. Nempel terus begitu, Neng. Namanya rumah tangga pasti ada pasang surutnya. Yang penting Neng percaya sama si ganteng, begitu pun sebaliknya. Bibik jamin seribu persen, si ganteng itu orangnya setia dan enggak neko-neko. Biar pun cewek cantik lewat depan dia sampai polosan alias gak pake baju sama sekali, pasti cuma dianggap orang gila sama si ganteng. Kan sudah punya sarang cantik di rumah ya si ganteng mana mau sarang yang enggak jelas begitu bentukannya. Bibik doakan semoga kalian berdua bisa segera diberi momongan sama Gusti Allah. Biar rumah makin rame sama tangis bayi," tutur Bik Sum panjang lebar.
Deg...
"Bayi," cicitnya lirih yang tentu terdengar oleh Bik Sum yang masih setia duduk di sampingnya.
"Iya, bayi. Pastinya orang menikah ingin memiliki keturunan, Neng. Walaupun semua itu nantinya kita sebagai manusia hanya bisa pasrah pada ketetapan Sang Pencipta. Tetapi hakikatnya kita sebagai manusia tetap wajib berusaha dan berdoa. Sebagai istri, Neng cantik juga wajib nyenengin suami di ranjang. Mau jadi atau enggak jadi nantinya. Tetap jangan lupa dengan hak-hak suami kita. Jangan menuntut terus hak kita sebagai istri pada suami kalau kita sering abai dan cuek atas hak suami. Ujungnya kebanyaknya laki-laki yang gak kuat iman ya sudah bisa ditebak ke mana arahnya," ucap Bik Sum.
"Ke mana Bik?" tanya Ayu dengan polosnya.
"Ya kalau enggak cari bini baru buat jadi istri kedua ya ujungnya palingan jajan di luar," jawab Bik Sum.
"Jajan di luar?"
"Itu loh Neng, booking cewek cuma buat celup lolipopnya. Cewek enggak bener pastinya. Amit-amit, semoga dijauhkan keluarga Neng cantik dan si ganteng dari hal begituan," ucap Bik Sum seraya berdoa.
"Amin..." jawab keduanya dengan kompak.
Selepas pembicaraan singkatnya dengan Bik Sum di ruang tamu, kini dirinya tengah memikirkan hubungannya dengan Bayu yang seakan berjarak.
Tentu semua itu bukan kesalahan Bayu tapi dirinya yang masih berkubang dengan masa lalunya.
"Apa dia marah padaku karena enggak balas pesannya? Atau di luar sana dia punya teman wanita yang bisa asyik diajak ngobrol daripada istrinya yang kaku seperti aku, jadi dia malas buat pulang ke rumah. Fiuhh.." batin Ayu berkecamuk resah seraya menatap ponsel mewah pemberian Bayu beberapa hari yang lalu.
Tiba-tiba perutnya mendadak sakit.
"Eughh, perutku. Jangan-jangan," cicit Ayu seketika...
Bersambung...
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Fenty Dhani
apa??palang merah??😁
2024-09-26
1
Fahmi Ardiansyah
hehehe jgn tamu tak di undang datang tu.
2024-08-12
1
Fahmi Ardiansyah
klu takut brbalaslah wa nya biar Bayu tambah semangat terus percaya aja Bayu orgnya setia klu enggak setia tinggal bilang authornya.
2024-08-12
2