Cikini ke Gondangdia
Kujadi begini gara-gara dia
Cikampek, Tasikmalaya
Hatiku capek bila kau tak setia
Jakarta ke Jayapura
Jangan cinta kalau cuma pura-pura
Madura sampai Papua
Jangan kau kira ku tak bisa mendua
☘️☘️
Ayu mendadak terbengong sambil memegang sapu. Ia melihat seorang wanita paruh baya yang menurut perkirakannya berusia enam puluh tahun nan tengah sibuk menyapu ruang tamu sambil berjoget dan bernyanyi lagu yang sedang viral saat ini yakni Cikini Gondangdia.
Dan ia pun mendengar ada suara orang lain tengah memukul sesuatu, entah apa. Dirinya belum memeriksanya. Sebab pandangannya masih terfokus pada wanita paruh baya di depannya.
"Siapa ya ibu ini?" batin Ayu.
Sedangkan yang sedang dibatin Ayu seakan merasa ada yang memanggil namanya sontak membuat wanita paruh baya ini pun menoleh ke belakang.
"Eh, punten. Maaf, Nyonya muda. Aduh, suara saya berisik ya seperti kaleng rombeng pecah jadi membuat tidur Nyonya muda terganggu. Perkenalkan saya Bik Sum," ucapnya seraya melangkah ke depan pintu kamar Ayu. Lalu mengulurkan tangannya pada Ayu sebagai tanda hormat pada istri majikannya.
"Oh, Bik Sum. Sa_ya Ayu," cicit Ayu dengan sedikit terbata-bata. Kemudian sapu yang dipegangnya sejak tadi pun akhirnya ia letakkan kembali di dekat pintu kamarnya.
"Wah, mantan bujang lapuk satu itu ganas di ranjang ya, Neng. Sampai bikin Nyonya muda bangun kesiangan, terus rambutnya basah enggak kering-kering begini. Hihiii..." ucap Bik Sum seraya cekikikan.
"Eh, hehe..." ujar Ayu yang bingung ingin bereaksi seperti apa. Sempat dilanda kecanggungan dan kecemasan karena ini pertama kalinya ia bertemu Bik Sum yang baginya adalah orang asing.
Namun entah mengapa dirinya tak terlalu takut seperti biasanya. Ia merasa hangat dan bisa sedikit tersenyum mendadak bersama Bik Sum yang ia yakini orangnya periang. Sebab wanita paruh baya ini selalu tersenyum padanya.
"Kenapa aku lupa ngeringin rambutku? Bik Sum jadi ngira aku begituan sama bujang lapuk itu. Huft..." batin Ayu.
"Nyonya muda, maaf tadi saya lancang langsung masuk. Soalnya sudah saya ketuk beberapa kali pintunya, tapi enggak ada respon. Jadinya saya langsung bersih-bersih rumah sekaligus bawa Pak Totok masuk. Pak Totok itu tukang yang disuruh Pak Kasat ganteng buat mindahin barang-barang di kamar tamu atas ke gudang bawah. Jadinya bibik nanti tidur di gudang dekat dapur. Terus gudangnya pindah ke lantai 2. Maklum bibik sudah umur jadi kalau sering naik turun tangga agak was-was. Maaf ya Nyonya muda jadi ganggu istirahatnya," tutur Bik Sum seraya tulus meminta maaf atas kelancangannya.
"Oh, enggak apa-apa Bik. Satu lagi ehm_" ucapan Ayu terpotong.
"Apa Nyonya?" tanya Bik Sum secara spontan.
"Ehm, jangan manggil saya Nyonya muda. Panggil Ayu saja," cicitnya seraya menunduk dan memilin-milin jarinya.
"Ya ampun kan wajar, Nyonya. Sekarang Nyonya itu istri Pak Kasat kita yang ganteng satu itu. Jadi bibik harus menghormati Nyonya," ucap Bik Sum seraya memeluk pundak Ayu lalu keduanya berjalan dan duduk di ruang tamu.
Tanpa sadar Ayu tak menolak dekapan hangat Bik Sum padanya. Dan kini keduanya sudah duduk berdampingan di sofa ruang tamu.
"Ta_pi saya tetap enggak terbiasa dipanggil begitu," cicit Ayu lirih dengan posisi menunduk dan sesekali melihat Bik Sum yang ada di sebelahnya.
Bik Sum pun tersenyum berusaha memaklumi istri majikannya yang malu-malu. "Bagaimana kalau bibik panggilnya Neng cantik?" tanya Bik Sum.
"Neng saja enggak perlu cantik," jawab Ayu yang tanpa sadar ia mampu menjawab semua pertanyaan dan nyambung dengan obrolan Bik Sum yang notabene orang asing baginya tanpa alat bantu tulisnya lagi.
"Neng cantik pokoknya. Soalnya bibik yakin Neng itu bukan hanya cantik di fisik tetapi di sini juga," tutur Bik Sum seraya tangan kirinya masih memegang pundak Ayu dan tangan kanannya terulur menunjuk bagian dada Ayu tanpa menyentuhnya.
Bik Sum hanya menyampaikan apa yang ia rasakan pertama kali melihat sosok Ayu yang ia yakini bahwa memiliki hati baik seluas samudera. Sebab ia bukanlah orang asing bagi Bayu dan keluarganya. Bik Sum yakni mantan pembantu keluarga Bayu di kampung halamannya tepatnya di kota Bandung.
Lantas ia menjelaskan pada Ayu tentang siapa dirinya secara terperinci. Bahwa kemarin Bayu menghubungi putra kandung Bik Sum di Bandung. Bayu ingin Bik Sum bekerja kembali membantunya. Tetapi bukan untuk membersihkan rumah keluarganya di Bandung tetapi menjadi teman istrinya di rumah saat ia pergi bertugas. Sekaligus membantu Ayu membersihkan rumah.
Dahulu, Bik Sum bekerja di rumah mendiang kedua orang tua Bayu di Bandung sejak Bayu masih kecil. Namun Bik Sum sempat berhenti bekerja sepuluh tahun yang lalu karena suaminya sakit. Tak lama, suami Bik Sum meninggal dunia.
Dikarenakan masih membutuhkan biaya untuk kelangsungan hidup anak dan cucunya, akhirnya Bik Sum kembali bekerja di rumah orang tua Bayu. Bik Sum juga menceritakan pada Ayu bahwa Ayah Bayu yang juga seorang polisi sudah meninggal dunia sejak Bayu masih SMP.
Meninggal dunia saat melakukan tugas negara yakni menjadi pasukan perdamaian yang dikirim ke daerah konflik di luar negeri. Sejak itu Bayu yang seorang putra tunggal hanya hidup berdua dengan ibunya.
"Saya seneng banget Neng, denger si ganteng telepon ke bibik kalau dia sudah nikah. Padahal bibik tahu si ganteng itu orangnya susah jatuh cinta. Di kampung banyak gadis berjejer antri buat jadi bininya. Mulai yang per*awan sampai janda pun banyak yang demen sama si ganteng. Apalagi sejak si ganteng masuk polisi. Makin ganteng jiwa raga bikin klepek-klepek para cewek di kampung. Tapi Neng cantik yang akhirnya berhasil meluluhkan hatinya yang sekeras batu itu," tutur Bik Sum.
"Sekeras batu? Maksudnya gimana, Bik?" tanya Ayu bingung. Sebab yang ia tahu, Bayu orangnya baik dan enggak temperamen.
"Maksud bibik, hatinya si ganteng yang keras. Kalau sudah jatuh cinta sama satu wanita ya bakal wanita itu yang dia cinta. Begitu Neng," jawab Bik Sum.
"Oh begitu," gumam Ayu lirih.
Tiba-tiba...
"Hiks...hiks...hiks..." tangis Bik Sum berderai, seketika membuat Ayu kaget dan bingung.
"Loh, Bik. Kenapa nangis?" tanya Ayu.
"Hiks... maaf ya, Neng cantik. Bibik suka terharu kalau ingat suami Neng. Andai Nyonya besar masih hidup, pasti beliau akan bahagia dan buat tumpengan besar di kampung. Ngerayakan putra semata wayangnya menikah. Ta_pi," ucapan Bik Sum terpotong.
"Tapi kenapa, Bik?" tanya Ayu yang penasaran dengan keluarga Bayu dan masa lalu suaminya. Dikarenakan di masa lalu ia tak tahu sama sekali.
Dia ingin tahu. Terutama sepeninggal dirinya menikah dengan Cakra.
Bagaimana kehidupan Bayu saat itu yang sudah ia kecewakan ?
Apakah nelangsa karena patah hati mendalam atau biasa saja ?
Ia ingin tahu semua itu. Hatinya saat ini didera rasa bersalah yang mendalam. Dia pernah dijuluki Bening, si tidak peka. Dan ia ingin mengubah julukan itu. Ia ingin menjadi orang yang peka.
Terutama pada satu nama yang rela mengulurkan tangannya tanpa ragu di saat hidupnya terpuruk dalam jurang nestapa tak berujung. Bayu Laksono.
Bersambung
🍁🍁🍁
*demen\=suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Fenty Dhani
syukurlah bik sum bisa membuat ayu nyaman...sehingga dia mau bicara☺️
2024-09-26
1
Hulatus Sundusiyah
ooh..bik sum dari bandung toh...
pantesan bilangnya " punten "
2024-08-28
3
Fahmi Ardiansyah
ke hadiran bik sum di rumah Bayu membuat ayu ceria n mampu bicara sama bik sum
2024-08-12
3