Di dalam mension.
Nina dan Laras yang memang masih menunggu kehadiran Valerie diruang tengah pun saling berlarian hendak menghampiri Valerie yang sedang digendong oleh tuan mudanya.
Namun saat Elbara mengarahkan tujuannya pada tangga yang terhubung ke lantai 2, refleks mereka berdua mengehentikan langkahnya bersamaan seraya mengernyitkan dahinya.
“Ke.. kenapa Tuan Muda membawa nona Valerie ke lantai 2?” tanya Laras seraya menyikut lengan Nina yang juga tak menduga jika tuan mudanya akan membawa Valerie masuk ke ruangan pribadinya.
Iya, sejak dulu tak ada yang diperbolehkan naik ke lantai 2, terkecuali pelayan yang memang dikhususkan merawat dan membersihkan ruangan dilantai 2, yakni hanya kepala pelayan Megan atau Nina yang sudah lama bekerja di kediaman Elbara.
“Apa kau memikirkan apa yang kufirkan?” celetuk Nina yang masih memperhatikan langkah tuan mudanya menaiki anak tangga.
“Eeeyyy!! Itu tidak mungkin! Sangat sangat tidak mungkin!” bantah Laras.
“kenapa tidak mungkin?” balas Nina seraya mengarahkan tatapan sinisnya pada Laras.
“Jika benar tuan muda sudah membuka kembali hatinya, bukankah wanita itu seharusnya lebih cantik dari nona Serena? “ Laras mengutarakan pendapatnya.
“Yak! Sekarang ini kondisi nona Valerie memang sedang kurang baik, dikarenakan luka lebam dan goresan disekujur tubuhnya, coba saja kalau dia sudah memulihkan tubuhnya kembali, dia pasti gak kalah cantiknya dari nona Serena, tau! Huh,” celoteh Nina yang kemudian menarik langkah pergi menuju ruang istirahat para pelayan.
“Tau darimana kau jika aslinya nona Valerie lebih cantik dari nona Serena, kau aja belum pernah melihat wajah asli nona Valerie huh!!” dumel Laras seraya menoyor kepala karibnya selagi berlarian melewatinya.
“Aisssh!! Yak kamvret!! Kemari kau!!” pekik Nina yang langsung mengambil langkah seribu mengejar karibnya yang sudah melakukan tindak anarkis barusan.
Jauh di sudut yang berbeda namun masih berada diruang tengah, terlihat 1 pelayan tengah memasang wajah kecutnya saat menyaksikan tuan mudanya membawa gadis asing ke lantai 2. Yang semakin membuatnya geram adalah kenapa tuan muda harus menggendongnya ala bridal seperti itu.
“Breng*sek! Awas kau!” geramnya dengan mulut tertutup serta sorot mata tajamnya yang masih tak bisa lepas dari tangga yang baru saja dilalui Elbara.
...****************...
Di kamar mewah Elbara.
Setelah membaringkan tubuh Valerie diatas ranjang megahnya, ia pun menarik langkah menuju nakas yang berada disisi lain ranjang.
Elbara meraih gagang telfon kemudian memencet angka yang akan langsung terhubung ke salah satu pelayan andalannya. “Nina, bawakan pakaian ganti kemari!” perintah Elbara yang kemudian meletakan kembali gagang telfon ke dalam tempatnya usai mendapat respon dari sang pelayan.
“Kenapa tuan muda membawa saya kemari? Sa.. saya bisa tidur dengan Bu Megan, tuan muda,” gugup Valerie seraya menurunkan kedua kakinya dari ranjang.
“Apa?! Kau ingin tidur bersama Thomas?!” pekik Elbara yang berpura-pura tidak mengerti kalimat yang diucapkan Valerie. Sebagai tanda dirinya melarang keras Valerie keluar dari kamarnya.
“ti.. tidak tuan, saya..”
“cepat bersihkan tubuhmu!” titah Elbara seraya menunjuk kamar mandi yang berada di dalam kamar Elbara dengan sorot matanya.
“huh? Ti.. tidak tuan, saya mau mandi di kamar mandi lantai bawah aja hehee,” respon Valerie ditengah ketegangan yang terus menggerogoti sel-sel dalam tubuhnya.
Valerie pun kembali mencoba mendaratkan kedua telapak kakinya ke atas karpet tebal yang berada di bawah ranjang Elbara.
Took.. tokk.. suara ketukan pintu terdengar dari balik pintu kamar membuat keduanya refleks mengalihkan perhatiannnya pada pintu masuk.
“Itu pasti Nina,” gumam Valerie namun masih terdengar jelas ditelinga Elbara, Valerie pun lantas bangkit dan berjalan menuju pintu untuk menyambut kedatangan Nina.
Namun baru saja beberapa langkah, Elbara sudah lebih dulu mengambil langkah panjang mendahului Valerie.
Ceklek.. pintu kamar dibuka oleh Elbara, dilihatnya Nina sudah berdiri dihadapannya dengan satu set piyama tidur yang tergantung dilengannya, sedang kotak P3k ditangan kanannya.
“Selamat malam Tuan Muda, piyama tidur untuk nona Valerie dan juga kotak P3K dengan obat nona Valerie yang sudah saya masukan didalamnya,” Nina membungkukan tubuhnya selagi menyodorkan barang permintaan tuan mudanya.
Tanpa berlama-lama Elbara pun menyambar piyama beserta kotak P3K tersebut kemudian kembali menutup pintu kamarnya dengan ekpresi dingin seperti biasanya.
“Ke.. kenapa?” tanya Valerie begitu pintu telah tertutup kembali.
“Bersihkan tubuhmu disini dan ganti pakaianmu,” titah Elbara ditengah perjalanannya menghampiri Valerie yang masih membeku ditempat ia berdiri.
Alih-alih memberikannya dengan cara normal, Elbara malah melempar piyama Valerie tepat mengenai wajahnya yang masih dipenuhi luka lebam akibat penyiksaan tragisnya beberapa hari lalu diatas kapal.
Kemudian dilanjut dengan meletakan kotak P3K diatas nakas, melihat Valerie yang hanya menggenggam erat piyamanya tanpa berniat mematuhi perintah Elbara yang menyuruhnya untuk mandi. Membuat Elbara geram dan hampir kehilangan kesabarannya menghadapi gadis lemot dan keras kepala itu.
“CEPATTTTT!!” bentak Elbara penuh emosional hingga membuat Valerie terkejut dan menjatuhkan piyama yang berada dalam genggamannya.
“ba.. baik Tuan Muda…” racau Valerie seraya bergegas meraih piyamanya lalu berlarian menuju kamar mandi.
...****************...
Setelah Valerie menghilang dari pandangannya, Elbara lantas menarik langkah kembali menuju nakas yang berada disisi lain untuk menelfon pelayannya.
“Iya Tuan Muda,” sahut sang pelayan begitu telfon diterima.
“Buatkan bubur dan teh hangat, minta nina yang membawanya kemari!” titahnya yang langsung menutup telfonnya tanpa menunggu respon dari sang pelayan.
...****************...
Meski suhu ac sudah diturunkan ke tingkat yang paling dingin, namun entah kenapa tubuhnya masih merasakan gerah yang cukup membuat keringatnya bercucuran, Bara pun lantas melepas kemeja formalnya dan menggantinya ke kaos bernuansa hitam, begitu pun dengan bawahannya, yang sebelumnya ia masih memakai celana kain formal kini ia menggantinya dengan celana training yang cocok untuk menemani tidur malamnya.
Selesai merubah setelan pakaiannya, ia pun lantas berjalan menuju ruangan yang berbeda namun masih berada diarea kamarnya.
Kedua kaki jenjangnya terus melangkah sampai akhirnya berhenti di depan sebuah lemari pendingin, dengan santai ia menarik handle lemari pendingin kemudian mengeluarkan 1 kaleng bir dan dibawanya pergi menuju balkon kamarnya.
Seperti malam-malam biasanya, ia hanya berdiri sembari menelusuri area pekarangan mension mewahnya, ditemani 1 kaleng bir yang setidaknya bisa meredamkan gejolak emosional yang berasal dari masa terkelamnya.
Cuplikan tragedi kelam kala kedua orang tuanya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan mereka tewas ditempat, dan dirinya sendiri sempat dirawat selama berbulan-bulan dirumah sakit. Seakan terus menarik dirinya ke jurang yang paling dalam, dimana letak sisi terlemahnya berada.
Belum lagi pengkianatan dari orang yang ia kasihi, semakin membuat kehidupannya hanya di selimuti kabut hitam pekat. Tak ada tawa, senyum ataupun kebahagiaan sejak untaian rasa sakit yang selalu diterimanya dari pahitnya kehidupan.
Sekilas ingatan terdalamnya muncul secara tiba-tiba.
Flashback 20 tahun yang lalu, lelaki remaja yang duduk dikursi belakang tampak girang begitu ayahnya yang berada dikursi pengemudi memberitahukan jika sebentar lagi mereka akan sampai ditempat tujuan.
Yakni wahana bermain yang baru saja dibuka yang letaknya berdampingan dengan desa Pandora, butuh waktu sekitar 3 jam untuk mencapai tempat tujuan mereka, semuanya terasa lancar-lancar saja sampai pada saat mereka melewati desa Pandora.
Cuaca tiba-tiba memburuk, hujan mulai turun dengan derasnya ditambah badai dan kilatan petir yang membuat sang ayah sedikit menurunkan laju kendaraannya.
“Ada apa ini, kenapa mendadak cuacanya jadi seperti ini yah?” gumam sang Ibu seraya celingak celinguk ke area sekitar yang dilaluinya.
“Iya aneh sekali, padahal beberapa menit lalu masih cerah-cerah aja,” komen sang ayah yang ikut memperhatikan cuaca sekitar disela fokusnya mengemudi.
“Ayah aku takut, lebih baik kita pulang aja yah!” rengek Elbara dibelakang sembari memeluk 2 kakinya yang ditekuk.
“Sayang dong, kita sudah jauh-jauh kemari nak, begini saja, kalau ternyata disanapun hujan deras, kita menginap dulu aja dihotel terdekat, setelah reda kita…” belum sempat sang ibu menuntaskan kalimatnya Elbara tampak melihat seseorang yang hendak melintas di depan.
“AWAS AYAH!!” teriak Elbara sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
...****************...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments