Di dalam mension.
Usai melewati beberapa pelayan yang menyapanya begitu ia memasuki kediamannya, ia pun lantas berjalan cepat menuju ruang tengah, kemudian melemparkan tubuh gadis mungil itu ke atas sofa dengan kasar.
“Arghh,” rengek gadis malang tersebut yang lagi-lagi mendapat benturan disekujur tubuhnya yang terluka.
Sang kepala pelayan datang menghampiri tuannya yang tengah berdiri di tepi sofa sembari memperhatikan tubuh gadis malang itu secara seksama.
“Rawat, dan obati dia, setelah pulih, usir dia dari sini!” perintah sang tuan muda yang lalu pergi usai mendapat anggukan patuh dari kepala pelayan.
“Apa yang terjadi?
Nona, bagaimana nona bisa seperti ini?” racau salah satu pelayan wanita yang bergegas menghampiri gadis malang tersebut setelah tuan muda melenggang pergi dari ruang tamu.
“Panggil dokter Yesa kemari,” perintah kepala pelayan pada salah satu bawahannya yang kini tengah ikut bersimpati terhadap kondisi tragis yang menimpa gadis malang tersebut.
“Baik Bu,” patuhnya yang kemudian langsung merogoh ponsel yang berada dalam saku bajunya, ia pun lantas sedikit menjauh agar bisa berbicara dengan nyaman.
“Pras tolong gendong gadis ini, bawa dia ke kamarku,” perintah sang kepala pelayan lagi pada seorang lelaki yang sebelumnya ikut menjemput tuan muda dipelabuhan (temannya si sopir).
“Baik Bu,” patuhnya yang langsung dilaksanakan dengan baik olehnya.
“Maaf ya,” ijinnya sebelum mengangkat tubuh gadis tersebut.
Gadis malang itu hanya tersenyum tipis sembari menganggukan kepalanya tanda jika ia sudah memberikan ijin pada lelaki tersebut.
Dalam perjalanannya sekilas ia melihat sang tuan muda tengah berjalan menaiki anak tangga menuju lantai 2 dengan pandangan lurus dan 1 tangan yang ia masukan ke dalam sakunya.
“Aku bahkan belum sempat berterimakasih padanya,” gadis itu membatin sembari terus memperhatikan tuan muda.
Tepat ketika sang gadis memutus pandangannya pada lelaki yang telah menyelamatkannya, sang tuan muda pun menoleh sesaat ke arah bawahannya yang kini tengah membawa gadis malang itu pergi ke ruangan lain.
Sebelum akhirnya ia kembali mengalihkan atensinya ke depan, dan tetap menstabilkan langkahnya menuju kamar utama. Seakan tak perduli pada kondisi tragis sang gadis ia hanya memasang wajah datar tanpa perasaan emosional sedikitpun.
...****************...
Sesampainya di kamar kepala pelayan, gadis malang itu langsung dibaringkan diranjang milik kepala pelayan.
“Terimakasih kau boleh pergi Pras,” titah sang kepala pelayan yang kemudian mendudukan bokongnya ditepi ranjang.
“Baik Bu,” sahut Pras yang lantas pergi setelah melaksanakan tugasnya.
“Nina, tolong buatkan bubur dan teh,” perintah sang kepala pelayan lagi saat 1 bawahannya masuk ke dalam kamarnya.
“Baik Bu,” patuhnya yang langsung merubah haluannya.
“ahh iya, mau sekalian saya bawakan handuk dan air Bu?” ujar bawahannya seraya memutar tubuhnya dan menunggu respon dari sang kepala pelayan tersebut.
“Iya,” sahutnya yang langsung dibalas anggukan patuh sebelum pergi meninggalkan kamar.
“Terimakasih, kalian sangat baik padaku,” ucap gadis malang tersebut dengan nada lirihnya.
“Tidak perlu sungkan, kita hanya menjalankan perintah dari tuan muda, akan ku bantu kau melepaskan gaunmu,” ujar sang kepala pelayan sembari mencoba menarik tubuh gadis tersebut dan meraih risleting yang berada dibelakang tubuhnya.
“tu.. tunggu, biar saya saja, boleh saya meminjam baju ganti?” tolak gadis tersebut seraya kembali menarik tubuhnya dan menempelkan punggungnya disandaran ranjang.
“Kau malu padaku?” tebak sang kepala pelayan seraya menaikan 1 alisnya, merasa tidak suka mendapat penolakan dari gadis tersebut.
“bu.. bukan begitu, aku hanya takut tiba-tiba ada lelaki yang datang ke kamar ini,” dalihnya dengan nada penuh kehati-hatian karena takut menyinggung perasaan wanita paruh baya yang kini berada dihadapannya.
“Hmm..” sang kepala pelayan lantas bangkit dari ranjang kemudian membawa langkah tegasnya menuju pintu kamar.
Ia pun mengunci pintu kamar tersebut agar tidak siapapun lagi yang bisa keluar masuk sembarangan ke dalam kamar.
“Sudah kan?!” kata sang kepala pelayan, ia pun berjalan menuju lemari besar yang berada disudut ruangan untuk mengambil piyama tidur yang nantinya akan dipinjamkan pada gadis malang tersebut.
“Maaf, tapi saya tidak bermaksud…” lirihnya seraya menautkan kedua tangan diatas kakinya serta menurunkan pandangannya, lantaran merasa tak sanggup melihat langsung kedua mata tajam itu.
“Siapa namamu?” alih-alih menanggapi perkataan sang gadis, kepala pelayan itu malah membahas hal lain seraya menaruh piyama tidurnya diatas kedua kaki sang gadis yang dipenuhi luka.
“Valerie… Valerie Anatasya,” jawabnya.
“Namaku Megan, aku kepala pelayan disini, lelaki yang menggendongmu kemari adalah Pras, gadis muda barusan Nina, dan yang 1 nya lagi Laras, itu baru sebagain masih banyak yang belum kau temui, akan ku perkenalkan 1 1 nanti padamu,” papar sang kepala pelayan yang kemudian kembali mendaratkan bokongnya ditepi ranjang.
“I.. iya, senang rasanya masih ada yang memperlakukan gadis sepertiku dengan baik,” ungkapnya sendu yang membuat sang kepala pelayan pun merasa emosional.
“Dan semua luka yang ku dapatkan ini bukan karena tuan muda, aku hanya ingin memberitahu kalau-kalau kalian semua salah paham,” jelasnya lagi yang membuat sang kepala pelayan tersenyum tipis.
“Aku tahu, meski terlihat dingin dan kasar, tuan muda bukanlah orang yang tega menyiksa seorang gadis sampai seperti ini, lalu bagaimana kau bisa bertemu dengan tuan muda?” tanyanya yang mengawali cerita panjang diantara keduanya.
“Sebenarnya… aku sudah dijual oleh ayah angkatku untuk melunasi hutangnya para rentenir.
Malam itu ayahku bilang jika kita akan berlibur ke kota xxx, tapi entah kenapa saat sudah sampai dikapal aku langsung dibawa oleh seorang wanita, wanita itu tampak kasar sekali dan terus menarik tanganku, aku berusaha berontak dan meminta perlindungan pada ayahku.
Tapi.. ayahku berkata…,”
‘gak apa-apa ikut saja, kau akan mendapat gaun indah seperti yang kau impi-impikan selama ini, begitu juga dengan wajahmu yang akan dirias layaknya seorang putri dalam negeri dongeng.
Bukankah kau selalu menginginkan hal itu ?….
Ikutlah dengannya untuk mewujudkan impianmu nak,’ tutur sang ayah lengkap dengan raut wajah mendukungnya hingga perlahan hati sang gadis polos itu pun luluh, ia lantas pergi bersama dengan wanita tersebut untuk mengganti pakaian dan merias dirinya secantik mungkin.
“Namun setelah proses make up selesai begitu pun dengan pakaianku yang sudah berganti ke gaun putih yang indah ini, para lelaki bertubuh besar tiba-tiba masuk ke dalam ruang rias kemudian salah satunya memukul belakang leherku sampai aku pingsan tak sadarkan diri.
Saat terbangun aku sudah terbaring diatas ranjang dengan para lelaki yang berdiri setengah telanjang mengitari ranjang tempat dimana aku pingsan.
Aku sangat takut sekali, hikksss!!... hiksss!!... Sekuat tenaga aku berusaha menghindar dan berlarian kesana kemari dikamar besar itu, tapi mereka selalu berhasil menangkapku, karena aku yang terus berontak dan menggila mereka lantas memukuliku serta membanting tubuhku sampai aku kehabisan tenaga dan berhenti merengek. Hiksss!!... hiksss!!...
Aku benar-benar takut Bu, mereka terus berusaha menggerayangi tubuhku dan menanggalkan pakaianku, hiksss!!... hiksss!!...” raungannya menggema memenuhi keheningan malam kala itu.
Megan sang kepala pelayan pun menarik tubuh gadis malang tersebut dan membawanya ke dalam dekapannya.
“Kau sudah aman sekarang, maaf karena aku sudah membawamu kembali mengingat kejadian tragis yang telah kau alami,” katanya lembut seraya mengusap lembut punggung gadis yang tengah sesenggukan itu.
...****************...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments