20 menit kemudian, begitu para pelayan membukakan pintu utama, sebuah mobil SUV berwarna hitam sudah terparkir didepan dengan Elbara yang duduk dikursi belakang. Salah satu pelayan pun bergegas membuka pintu belakang mobil serta mempersilahkan Valerie masuk.
Meski merasa enggan meninggalkan kediaman Ebara, namun mau bagaimana lagi, keputusan sang tuan muda bersifat mutlak dan tak bisa dinegosiasikan kembali.
Valerie melirik ke belakang sesaat sebelum masuk ke dalam mobil yang akan membawanya pergi dari kediaman megah Valentino Elbara.
...****************...
Para pelayan pun bergegas kembali ke tempat tugas masing-masing usai menyaksikan mobil yang dinaiki tuan muda dan Valerie menghilang dari pandangan mereka.
“Jika Nina tahu nona Valerie telah pergi dia pasti sedih sekali,” celetuk Laras yang berjalan disamping Megan.
“Pergi? Siapa yang pergi?” tanya Megan seraya menghentikan langkahnya dan menatap Laras bingung.
“Nona Valerie, bukankah tuan muda tadi hendak mengantar nona Valerie pergi?” timpal Laras yang sama bingungnya.
“Hmm…” Megan menarik nafas seraya menggeleng kepalanya, tak ingin menjelaskan lebih lanjut Megan lebih memilih pergi begitu saja.
“Lantas apa yang sebenarnya terjadi Bu?” seru Laras yang kemudian berlari kecil menyusul sang kepala pelayan.
...****************...
Di dalam mobil yang dikendarai Bagas.
“Ada apa nona? Kelihatannya nona sangat sedih,” tanya Bagas yang tak sengaja melihat ke arah kaca tengah yang memantulkan raut wajah merengut Valerie.
“huh? Ti.. tidak pak Bagas, saya ga kenapa-napa,” dusta Valerie dalam senyum palsunya.
“Bagaimana aku ga sedih ketika aku diusir keluar begitu aja, aku bahkan belum memiliki tujuan,” batin Valerie seraya meremas kedua tangan yang berada diatas pahanya untuk mengekspresikan kecemasannya.
“Apa yang ingin kau makan?” tanya Elbara yang mulai bersuara dan berhenti mengutak-atik tabletnya.
“huh? Makan? Ahh tidak perlu tuan, saya..” Valerie menghentikan kalimatnya kala kedua pasang matanya menangkap sebuah resto cepat saji yang berada disisi Elbara.
Mobil pun berhenti sejenak selagi rambu lalu lintas menunjukan warna merahnya. Membuat Valerie tak dapat memalingkan pandangannya dari resto tersebut.
Merasa peka dengan situasi yang terjadi, Elbara pun memutar tubuhnya dan mencoba mencari hal apa yang kini menjadi fokus Valerie.
“Putar arah, kita ke Subway,” perintah Elbara pada Bagas yang langsung dibalas anggukan patuh.
Bahkan tanpa meminta kepastian pada Valerie, Elbara sudah tahu jika yang diinginkan gadis itu adalah sebuah sandwich atau roti isi.
Setibanya diparkiran Subway, barulah Valerie tersadar dari lamunannya.
“Ehh kok kesini?” Valerie kebingungan seraya celingak-celinguk ke area sekitar.
“Tak perlu turun, biar aku saja,” kata Elbara yang kemudian membuka pintu dan lantas turun dari mobil.
“Baik tuan,” balas Bagas.
“Kau tak akan turun?!” pekik Elbara sembari memandangi Valerie yang masih tak mengerti kenapa tujuan mereka bisa berakhir ditempat yang ia harapkan.
“Ahhh.. i.. iya tuan,” sahut Valerie yang kemudian turun melalui pintu yang lain dan berlarian menghampiri Elbara yang sudah berjalan lebih dulu.
“Tuan Muda belum sarapan?” tanya Valerie polos sembari berusah menyamakan langkahnya dengan langkah panjang Elbara.
Alih-alih menjawab pertanyaan Valerie, Elbara hanya terus memacu langkahnya sampai pada tujuannya yakni meja pemasanan.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Elbara seraya melirik ke arah Valerie yang sedang memindai papan menu dengan raut wajah berseri-seri.
“Yak!” bentak Elbara yang berhasil membawa jiwa Valerie.
“Ahh iya, iya ada apa tuan?” tanya Valerie yang memang tidak mendengar pertanyaan Elbara sebelumnya.
“Hmm.. (Elbara menarik nafas kasar)
Jawab dengan benar selagi…”
“daging! Iya aku ingin yang ada daging dan kejunya,” seru Valerie karena tak ingin memancing emosional tuan mudanya.
“Steak and Cheese 1 dan Spicy Italian 1,” pesan Elbara pada staf yang tengah bertugas.
“Kau mau coffee?” Elbara kembali melirik Valerie yang masih asyik memindai papan menu.
“Tidak, aku tidak suka kopi,” sahut Valerie tanpa ragu.
“Coffee Latte 1 dan Carbonated Drinks 1,” tambah Elbara sebagai akhir dari pemesanannya.
“Baik kak, saya ulang kembali pesanannya ya..”
“Kau tunggu disana,” titah Elbara seraya menunjuk salah satu meja yang berada di sudut ruangan.
Valerie mengangguk penuh semangat kemudian berlarian menuju tempat yang ditunjuk oleh tuan mudanya.
Selagi menunggu Elbara membawakan makan siangnya, Valerie tampak gembira melihat-lihat pemandangan diluar melalui dinding resto yang terbuat dari kaca.
“Hmm.. Aku bodoh sekali bisa-bisanya senang dalam situasi ini, (mendadak ia tersadar akan 1 hal, bahwa dirinya kini sudah tak memiliki tempat tinggal)
Aku harus pergi kemana? Aku bahkan tak memiliki sepeserpun dalam kantungku heuuu!!” Valerie berkeluh kesah sembari menundukan kepalanya ke bawah.
Selang tak berapa lama hidungnya mencium aroma wangi yang berasal dari sandwich yang dibawa oleh Elbara, sontak Valerie mengangkat wajahnya bersamaan dengan baki berisikan makan siangnya yang mendarat diatas meja.
Meski ia sudah tak sabar ingin sekali melahap sandwichnya namun karena Elbara belum memberikan intruksi, ia pun hanya bisa menunggu dengan pandangan yang tak bisa lepas dari sebuah sandwich yang sangat menggiurkan baginya.
“Apa lagi yang kau tunggu?” tanya Elbara seraya meraih sandwich miliknya, ia merasa heran ketika gadis itu hanya memandangi makanan yang dipesannya.
“Aku sudah boleh memakannya?” respon Valerie memastikan.
Elbara malah menaikan 1 alisnya.
“Baiklah, terimakasih untuk rotinya tuan muda,” seru Valerie sebelum akhirnya menyambar sandwich miliknya kemudian melahapnya dengan ganas, seakan dirinya belum makan selama berhari-hari.
“Yak! Pelan-pelan!” tegur Elbara saat melihat remah dan isian roti berceceran mengotori meja lantaran cara makan Valerie yang tidak biasa.
“Ahh.. hhehhee, iya maaf tuan muda, soalnya saya baru pertama kali makan roti seenak ini,” timpalnya dengan mulut yang dipenuhi makanan.
“Pertama kali?” ulang Elbara seraya mencoba mengingat-ingat sesuatu dalam benaknya.
“Ahh iya, selama ini dia tinggal di desa,” gumam Elbara pelan ditengah pandangannya yang terus memperhatikan Valerie mengunyah makanannya.
Valerie mendadak memperlambat kunyahannya ketika melihat beberapa siswa berseragam SMA masuk ke dalam resto.
Menyadari ada yang mengganggu fokus Valerie, Elbara pun ikut menoleh ke belakang.
“Ada apa?” tanya Elbara.
“Huh? A.. aku hanya teringat masa SMA-ku dulu aja, meski tak banyak kenangan bahagia bersama teman-temanku, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati masa mudaku saat itu,” ungkap Valerie disertai senyuman yang mengandung banyak gula.
“Ahh iya, bagaimana dengan masa muda Tuan Muda? Apa ada hal menarik yang ingin tuan bagikan denganku?” tambah Valerie saat Elbara memilih tak merespon cerita singkat Valerie.
“tidak ada,” timpal Elbara dengan nada dingin seperti biasanya sembari menikmati sepotong sandwich yang tinggal beberapa gigitan.
“Bagaimana dengan cinta pertama Tuan Muda?” lanjut Valerie yang masih ingin berinteraksi dengan kulkas 3 pintu itu.
“tidak ada,” katanya lagi yang membuat Valerie menghembuskan nafasnya sesaat sebelum kembali mengoceh.
“Tuan Muda pasti tak pernah merasakan dicampakan oleh seorang gadis bukan? Sebaliknya Semua murid perempuan akan berlomba-lomba memenangkan hati tuan muda, hehheehe, kehidupan Tuan Muda pasti sangat seru,” celetuk Valerie dengan mulut yang dipenuhi roti, hingga membuat kedua pipinya tampak mengembang seperti adonan roti.
“tidak juga,” balas Elbara yang kemudian meneguk minumannya untuk mengaliri kerongkongannya setelah menghabiskan 1 potong sandwich.
“Ciih! Mau berkilah, lihat!” ujar Valerie seraya menunjuk ke salah satu meja menggunakan sorot matanya, tampak para gadis yang sedari tadi diam-diam memotret paras tampan Elbara dari kejauhan dengan ponsel genggamnya, melihat hal itu Elbara hanya meliriknya sesaat kemudian kembali membawa pandangannya pada gadis yang berada dihadapannya.
“Kurasa mereka diam-diam mengambil foto tuan muda,” sambung Valerie yang kemudian meraih minumannya lalu meneguknya sampai habis tak bersisa.
“Uwaaahh… Segar sekali! Minuman apa ini?” seru Valerie usai meneguk habis minuman bersodanya.
“Sudah kan?! Ayo,” ajak Elbara seraya bangkit dari kursinya kemudian lebih dulu pergi meninggalkan Valerie yang masih anteng mengagumi santapan makan siangnya yang sudah lenyap tak bersisa.
“YAK!” bentak Elbara yang membuat Valerie terhentak dan langsung bergegas menyusul tuan mudanya.
“I.. iya tuan muda,” racaunya yang kemudian berlarian mengejar sang tuan muda yang berdiri ditempat menunggu dirinya agar bisa berjalan bersama.
Di dalam mobil, Bagas yang melihat pemandangan langka semacam itu pun lantas mengernyitkan dahinya.
“Aneh sekali, mungkinkah Tuan Muda sudah jatuh hati pada nona Valerie? Tapi.. bagaimana mungkin,” gumamnya yang masih tak mengerti dengan kedekatan yang terjalin antara tuan mudanya dan seorang gadis asing yang entah berasal dari mana.
...****************...
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments