“Pakain dalam ada di ujung sana,” kata Elbara seraya menunjuk dengan sorot matanya seperti biasa pada Valerie yang masih celingak-celinguk mencari tempat dirinya bisa menemukan pakaian dalam.
“Ahh disana rupanya, oke!” seru Valerie yang kemudian berlarian menuju lokasi yang ditunjukan oleh tuan mudanya.
Berbeda dengan Valerie yang berlari kegirangan, Elbara memilih berjalan dengan langkah cool nya, hingga tak jarang membuat para wanita yang sedang beralalu lalang diarea sekitar pun terpesona dan tak hentinya memperhatikan paras tampan Elbara.
Sembari sesekali saling berbisik dan diam-diam memotret dari kejauhan mereka seperti tersihir oleh visual Elbara yang tak hanya memiliki paras tampan, tapi juga ditunjang dengan tinggi yang mencapai 185 cm, belum lagi dada bidangnya yang tampak menonjol dari balik kemeja tipisnya, serta otot tangan yang bukan main-main hingga bisa menggetarkan hati siapapun yang melihatnya.
Bak seorang model yang tengah berjalan diatas panggung, kemana pun Elbara melangkah disanalah para wanita berkerumun menikmati pemandangan indah dari paras dan tubuh luar biasa Elbara.
Tak ingin perduli dengan kericuhan yang disebabkan oleh dirinya, Elbara hanya tetap fokus pada seorang gadis yang tengah termenung sembari memandangi set pakaian dalam dihadapannya.
“Ada yang bisa dibantu tuan?” tanya salah satu pegawai yang bergabung diantara mereka.
“Tanya padanya,” ketus Elbara, karena merasa tak nyaman dipandangi dengan tatapan menggoda begitu dari pegawai tersebut.
“Ahh iya, baik tuan,” respon pegawai tadi yang merasa sedikit bad mood lantaran reaksi Elbara yang kasar.
“Ada yang bisa saya bantu nona? Nona biasa pakai size berapa, biar saya bantu carikan,” ucap Pegawai tadi yang mengalihkan pertanyaannya pada Valerie.
Begitu Valerie menolehkan wajahnya ke arah pegawai tersebut, sontak saja pegawai itu pun terkejut bukan main lantaran wajah Valerie yang memang masih tampak bengkak dan membiru di beberapa area.
“Astaga!” kagetnya seraya memundurkan langkahnya.
“Ahh maaf.. hehee, mba ga kenapa-napa?” tanya Valerie lembut seraya menutupi area matanya yang tampak mengerikan bagi orang yang baru pertama kali melihatnya.
“I.. iya gak kenapa-napa kok nona,”
“Hhehhee, amm.. sebenarnya aku tak tahu berapa size ku, karena selama ini ibuku yang selalu membelikannya,” tutur Valerie.
“Ahh begitu, amm.. saya akan coba bantu carikan size yang cocok untuk nona, sebentar ya.” katanya seraya mulai pencariannya.
Sementara Valerie dan pegawai tadi sibuk memilih set pakain dalam, Elbara tampak tertarik akan suatu hal, ia pun lantas pergi meninggalkan Valerie untuk beberapa saat.
...****************...
Selang 15 menit kemudian, usai memilih set pakaian dalam, Valerie pun kini beralih pada deretan pakaian yang berjejer disekelilingnya.
Tak bisa dipungkiri hatinya benar-benara sangat bahagia, hingga tak hentinya tersenyum lebar begitu ia menyentuh beberapa gaun indah yang tergantung rapih berwarna-warni.
“Hheheehe.. Jadi gini rasanya berbelanja, selama ini aku hanya melihatnya dari drama-drama aja, kalaupun diajak belanja paling ke pasar Manggis 2 hihihii, itu pun harus menunggu Ibu menawar sampe harga terendah, kalau disini semua sudah dibandrol jadi ga ada tawar-tawaran,” celetuknya seraya mencoba mengecek harga yang tertera dibandrol pakaian tersebut.
“Astaga!! Dress setipis ini mahal sekali, ini sih cukup buat bayar semestaran sekolah setahun,” oceh Valerie yang kembali menarik tangannya.
Ia pun lantas berjalan ke sisi lainnya berharap bisa menemukan dress atau pakaian yang harganya tidak terlalu mahal. Kegiatan mencari tersebut berlangsung cukup lama, sampai salah satu pegawai toko merasa curiga dan bergegas menghampiri Valerie yang sedari tadi hanya berjalan-jalan sembari mengecek bandrol harga yang tertempel didalam dress.
“Ada yang bisa saya bantu nona?” tanya pegawai tersebut dengan ekspresi ala kadarnya begitu memastikan orang yang memegang-megang barangnya tampak seperti gadis biasa.
“Ahh... ini mbak, hhehee, ada ngga ya dress yang harganya lebih murah dari ini, hehee,” sahut Valerie disertai senyum lebarnya diakhir kalimat.
Pegawai tersebut pun mengerutkan dahinya disertai perubahan raut wajah julidnya terhadap Valerie yang masih menunjukan keramah tamahannya.
“Maaf maksudnya, nona cari harga dress yang kisaran berapa?” meski terlihat enggan melayani, namun karena sudah kepalang tanggung menghampiri gadis tersebut, setidaknya dirinya harus bertanggung jawab sampai akhir.
“Amm.. berapa ya.. kalau yang harga dibawah 50.000an ada?” tanya Valerie setengah berbisik.
“Pppfffttt!!! Hahhhaaha!!” terdengar ledakan tawa cukup nyaring hingga menggema ke seluruh area toko. “ohh sory, sory, hahhaa!! 50.000 ribu? Yak! Kau fikir sedang berada di pasar loak, padahal gaunmu terlihat cukup mahal (cibirnya seraya menjiwit bagian yang merumbai dari gaun putih dibagian pundak Valerie)
Apa gaun ini juga dibeli dipasar loak huh?! Pffffttt….” Ledeknya lagi yang sontak saja membuat Valerie mundur selangkah seraya menurunkan pandangannya karena merasa telah dipermalukan oleh pegawai toko tersebut.
“huh! Kau hanya membuang-buang waktuku saja, jika kau hanya memiliki 50.000 dikantungmu sebaiknya kau pergi, disini tak ada barang yang harganya 50.000 an. Kau tahu! Pakaian dalam saja harganya sudah ratusan ribu. Lekas pergi, kami terlalu sibuk untuk melayani orang yang tidak tahu diri seperti dirimu!” kecamnya dengan ledakan amarah yang bertubi-tubi hingga membuat gadis malang tersebut hanya bisa terdiam sembari menahan tangis pilunya.
“Ada apa?” tanya Elbara yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.
“Ahh.. Selamat siang tuan, tidak ada apa-apa kok, ada yang bisa saya bantu tuan?” sambut pegawai tadi yang mendadak bersikap manis begitu melihat penampilan Elbara yang tampak seperti orang kelas atas. Ditambah dengan paras tampannya, tak mungkin jika pegawai tadi tidak terlena dengan pesonanya yang luar binasa.
“Siapa namamu?” tanya Elbara yang malah membuat pegawai tadi kegirangan, ia pun lantas menunjukan id card yang tertempel diatas dadanya sembari senyum-senyum.
“Saya Clarisa tuan,” katanya yang masih tak dapat mengontrol sudut bibirnya.
“Maaf.. maafkan teman saya tuan! Clarisa masih baru disini, tolong maafkan rekan saya yang sudah lancang,” seru salah satu pegawai yang sebelumnya melayani Valerie di area pakaian dalam.
Ia berlarian menghampiri ketiganya berada, kemudian tiba-tiba mendorong punggung Clarisa agar membungkuk dihadapan Elbara.
“Katakan pada atasanmu, mulai hari ini izin usaha kalian dicabut, kosongkan toko ini dalam waktu 3 hari!”
“Maaf.. maafkan saya tuan, saya benar-benar minta maaf, (ucap pegawai area pakaian dalam sembari bersimpuh dihadapan Elbara, sedang rekannya yang bernama Clarisa hanya mengerutkan dahinya lantaran tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi)
Yak!! Cepat minta maaf pada nona ini, Bodoh!” bentaknya seraya kembali bangkit kemudian mengarahkan rekannya itu pada Valerie yang masih terdiam menunduk.
“Ada apa ini ribut-ribut?” tanya seorang wanita yang baru saja bergabung ditengah kericuhan yang terjadi.
“Ini Bu.. Nona ini ingin membeli pakaian yang harganya 50.000an hahhahaa!! Di fikir toko kita sama seperti pasar malam apa,” celetuk Clarisa yang masih belum menyadari situasinya, hingga membuat Elbara geram dan mengepalkan kedua tangannya.
“Astaga bodoh!” umpat temannya seraya memukul bagian belakang kepala Clarisa.
“Apa pegawai tokomu berasal dari kalangan bawah, Joy?! Atau… Memang kau yang mengajarinya untuk membedakan-bedakan pelayanan terhadap pelanggan berdasarkan tampilannya, huh?!” sembur Elbara yang sudah tak bisa lagi mengendalikan emosinya yang menggebu-gebu setelah cacian dan makian yang dilontarkan Clarisa terhadap Valerie.
“Sudah cukup tuan muda, saya gak kenapa-napa kok,” akhirnya Valerie memberanikan diri bersuara seraya berjalan perlahan mendekati Elbara.
Ia pun lantas mengangkat wajahnya dan memberikan senyuman hangat yang membuat hati Elbara tersentuh.
Melihat interaksi antara Elbara dan Valerie membuat Clarisa pun kini akhirnya mengerti, jika wanita yang direndahkannya barusan adalah wanita yang datang bersama dengan lelaki tersebut.
“Sepertinya ini ada kesalahpahaman, sebaiknya kita bicarakan hal ini dikantorku saja pak Bara, mari..” ajak Joy sang pemilik toko.
“Tidak perlu! Ku cabut izinmu, atau kau pecat dia!” pekik Elbara dengan suara lantangnya.
Wanita yang bernama Joy itu hanya bisa mengehela nafas beratnya, selagi berfikir keras mencari solusi dari permasalahannya saat ini.
“Aku yang salah tuan muda, tolong jangan memperpanjangnya,” pinta Valerie seraya meraih 1 lengan Elbara serta menggenggamnya dengan senyum teduh yang berhasil membuat emosi Elbara mencair.
...****************...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments