“Ayah Bara takut, lebih baik kita pulang aja yah!” rengek Elbara dibelakang sembari memeluk 2 kakinya yang ditekuk.
“Sayang dong, kita sudah jauh-jauh kemari nak, begini saja, kalau ternyata disanapun hujan deras, kita menginap dulu aja dihotel terdekat, setelah reda kita…” belum sempat sang ibu menuntaskan kalimatnya Elbara tampak melihat seseorang yang hendak melintas di depan.
“AWAS AYAH!!” teriak Elbara sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Bruukkkk!! Lamunan Bara seketika berhenti kala mendengar suara hantaman cukup keras yang berasal dari kamarnya, sontak dirinya pun menoleh ke arah belakang dengan mempertahankan postur tubuhnya yang masih menghadap ke depan.
Dlihatnya Valerie tengah meringis kesakitan sembari memegangi jidatnya, merasa penasaran dengan apa yang telah terjadi pada gadis tersebut, ia pun lantas menarik langkah meninggalkan area balkon.
“Ada apa?” tanya Bara begitu muncul dari pintu yang terhubung dengan balkon, Valerie pun refleks memutar tubuh dan membungkukan tubuhnya ke hadapan Elbara.
“ti.. tidak tuan, saya cuma kejedot pintu aja tadi, hehee,” katanya yang memberanikan diri mengangkat wajahnya diiringi dengan senyum lebar yang membuat dimplenya nampak jelas terlihat.
“Duduk!” perintah Elbara seraya menujuk sebuah sofa yang berada disudut ruangan dengan sorot matanya.
Valerie mengangguk pasrah lalu berjalan menuju sofa, sedangkan Elbara menarik langkah menuju nakas untuk meletakan kaleng bir serta mengambil kotak P3K sebelum akhirnya menyusul Valerie yang sudah duduk manis di sofa.
Begitu Elbara hendak duduk disofa, dengan cepat Valerie bangkit serta menautkan kedua tangan didepan tubuhnya.
“Apa yang kau lakukan?!” pekik Elbara yang baru saja mendaratkan bokongnya disofa yang empuk.
“ti.. tidak, aku.. aku hanya, merasa tidak enak aja, berada di 1 sofa dengan Tuan Muda,” tutur Valerie sopan.
“Duduk,” titah Elbara seraya menarik lengan Valerie untuk membuatnya duduk disampingnya.
“Berikan kakimu,” lanjut Elbara yang kemudian meletakan kotak P3K di sofa, dan mulai membongkar isi yang ada didalam kotak P3K tersebut.
“Aku.. aku bisa mengobatinya sendiri tuan,” Valerie kembali menolak lantaran enggan membuat tuan mudanya menyentuh kaki jeleknya.
“Berhenti membantah selagi aku masih bersikap baik!” tukas Elbara yang mulai menunjukan emosionalnya hingga membuat Valerie ketakutan dan langsung mengangkat kedua kakinya ke atas sofa tepat dihadapan Elbara.
“regangkan,” Elbara kembali memberi perintah seraya menunjuk area pahanya dengan sorot matanya, tanda jika ia ingin Valerie meregangkan kedua kakinya ke atas paha Elbara.
“Tapi Tuan Muda itu tidak sopan,” bantah Valerie yang langsung dibalas tatapan tajam oleh Elbara.
Tak memiliki pilihan lain Valerie pun akhirnya merentangkan kedua kakinya hingga mencapai paha Elbara, namun bukannya bertumpu diatas paha Elbara, sebisa mungkin ia menahan kakinya agar tetap menggantung diudara.
“Astaga!” kesal Elbara ditengah tawa kecilnya, ketika harus menghadapi gadis yang selalu membuat dirinya geleng-geleng kapala.
Elbara pun menurunkan kedua kaki Valerie hingga mengenai pahanya yang besar dan berotot. Meski terkejut dengan tindakan kasar Elbara namun gadis mungil itu bisa apa? Hanya pasrah dan menuruti apa yang diperintahkan oleh tuannya.
Sementara Elbara mengolesi salep ke pinggiran kakinya yang terluka, diam-diam Valerie memperhatikan wajah tampan Elbara sampai tak sadar bibir mungilnya kini mulai mengembang.
“Dia sangat tampan sekali..” batin Valerie yang tak hentinya mengagumi paras sang Tuan Muda.
“Jadi, ini semua adalah perbuatan ayahmu sendiri?” tanya Elbara disela aktivitasnya mengoles salep.
“huh?... amm.. (Valerie terhentak ketika Elbara mendadak berbicara dengannya) i..iya hehhee,” responnya disertai senyum manis yang selalu menghiasi wajah cantiknya.
“Apa hal itu tampak lucu bagimu?” pekik Elbara seraya mengangkat wajahnya serta memandangi 2 bola mata Valerie yang mulai membulat.
“huh?” Valerie mengerutkan dahinya karena bingung.
“lantas kenapa kau tertawa,” imbuh Elbara yang kembali melanjutkan aktivitasnya.
“amm.. aku hanya..”
“Apa kau memiliki keluarga lain?” potong Elbara.
“ngga ada, aku hanyalah yatim piatu yang dibesarkan dipanti asuhan sebelum akhirnya bertemu dengan kedua orang tua angkatku,” paparnya yang membuat Elbara menghentikan gerak tangannya beberapa saat, sebelum kembali fokus.
“jadi.. bolehkah jika aku melamar disini sebagai pelayan Tuan Muda, jika Tuan Muda mengusirku keluar dari sini aku benar-benar tak tahu harus pergi kemana, aku bahkan belum pernah pergi kemana pun, selama ini aku hanya tinggal di Desa,” bujuk Valerie seraya memasang wajah seimut dan semanis mungkin guna menggoyahkan dinginnya hati Elbara.
“tidak!” tegas Elbara yang kemudian menyingkirkan kedua kaki Valerie dari pahanya setelah cukup mengolesi salep di bagian yang terluka. Ia pun bangkit dan meraih mangkuk yang berada diatas meja.
“Makan buburmu, (ujar Elbara seraya memberikan mangkuk berisikan bubur yang dibawakan oleh Nina sebelumnya, dengan senang hati Valerie menerima mangkuk yang sudah tidak terlalu panas itu kemudian diletakannya diatas pangkuannya)
Lalu minum obatmu,” lanjut Elbara seraya menyambar beberapa bungkus obat milik Valerie dari dalam kotak P3k, dan diletakannya disamping paha Valerie.
Valerie yang sudah mulai mengunyah pun mengangguk patuh disertai senyum manisnya.
Elbara pun lantas pergi meninggalkan Valerie yang tampak tenang melahap makan malamnya.
“Terimakasih, terimakasih Tuan,” ucap Valerie saat tangan Elbara hendak menarik handle pintu yang akan membawanya ke ruangan lain namun masih berada diarea kamarnya.
Untuk sesaat Elbara menghentikan gerak tangannya dan melirik sejenak ke arah Valerie yang masih memancarkan senyuman tulusnya.
Senyuman yang dapat menyentil dinding pertahanan kokoh Elbara, tak ingin terbawa suasana mellow Elbara lebih memilih mengabaikannya dan melanjutkan langkahnya tanpa membalas ucapan terimakasih Valerie.
“Hmm.. “ Valerie hanya bisa menghembuskan nafasnya sebelum kembali menyantap makan malamnya dengan hati riang gembira.
...****************...
Beberapa jam kemudian, setelah menyelesaikan pekerjaannya diruang sebelah, ia pun lantas kembali ke kamarnya.
Pandangannya langsung tertuju pada ranjang besarnya begitu membuka pintu kamar, ia mengernyitkan dahinya kala tak mendapati Valerie tak berada disana, waktu telah menunjukan pukul 23:30 malam lalu dimanakah Valerie berada jika belum tertidur.
Ia meneruskan langkahnya sembari menelusuri setiap sudut ruangan hingga sampailah di sofa tempat dirinya meninggalkan gadis tersebut.
Terlihat Valerie yang tengah terduduk dengan 2 kakinya yang ditekuk, serta kepalanya yang ia masukan ke dalam celah kedua kakinya.
“Apa yang dia lakukan disitu,” gumam Elbara yang kemudian menarik langkah menuju sofa.
“yak! Kau sudah tidur?” ucap Elbara seraya mencoba mengangkat dan mendorong kepala Valerie ke belakang dengan 1 jari telunjuknya.
Mengetahui jika Valerie memang sudah terlelap membuat Elbara terkekeh. Meski dirinya sudah membuat pertahanan yang cukup kokoh, namun pada akhirnya tingkah random Valerie selalu berhasil menariknya keluar dari kehidupannya yang membosankan.
“Ciihh.. bagaimana dia bisa tidur seperti ini,” imbuh Elbara seraya meraih lengan Valerie kemudian diletakannya dibelakang tengkuknya, sebelum dirinya mengangkat tubuh Valerie untuk dibawanya ke atas ranjang.
“Grroookk!! Grookk!!” namun ditengah perjalanannya menuju ranjang, Elbara tiba-tiba dikejutkan oleh suara ngorok Valerie.
“Astaga!” kaget Elbara yang mengentikan langkahnya sejenak sembari memandangi Valerie yang masih terlelap dalam mimpi indahnya, terbukti dari senyumannya yang kini mulai mengembang hingga membuat Elbara tak kuasa menahan perasaan lucunya.
“Aiish! Untung saja aku tak membantingmu,” gerutu Bara seraya menggeleng kepala sebelum akhirnya kembali meneruskan langkahnya menuju ranjang.
Ia pun menurunkan tubuh Valerie secara hati-hati karena takut akan membangunkan gadis itu. Kemudian dilanjut dengan menarikan selimut untuk Valerie yang tampak kedinginan sebab piyama tidurnya yang terlalu tipis.
“Hmmmm.. hheheee.. dia sangat tampan sekali,” racau Valerie dengan diiringi tawa bahagianya dalam mata terpejam, begitu Elbara hendak menyelimuti tubuh Valerie.
“Apa sih yang dia mimpikan?” Elbara bermonolog usai menyelimuti Valerie, ia masih berdiri ditepi ranjang dengan 2 tangan yang ia lipat diatas dada sementara matanya menatap lekat ke arah wajah Valerie yang masih belum berhenti tertawa bahagia dalam tidurnya.
...****************...
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments