Keesokan harinya. Masih dikediaman Valentino Elbara.
Waktu saat ini menunjukan pukul 09:00 tepat, terlihat Elbara tengah menuruni tangga sembari mengancingkan lengan kemejanya, dengan sesekali melirik ke lantai bawah memperhatikan para pelayannya yang sedang sibuk bekerja dengan tugasnya masing-masing.
“Selamat pagi Tuan Muda!” sapa Nina yang membuat pelayan lainnya ikut menoleh ke arah tangga, dilanjut dengan sapaan paginya pada sang Tuan Muda yang masih berjalan santai menuruni anak tangga.
Elbara hanya menggangguk pelan dalam raut wajah dinginnya sebagai balasan sapa darinya.
“Silahkan Tuan sarapannya sudah siap,” seru Nina seraya mempersilahkan tuannya berjalan lebih dulu sedang ia mengikuti dari belakang.
Setibanya diruang makan keluarga, Nina mempercepat langkahnya dari Bara untuk menarik kursi serta memberikan pelayanan terbaik untuk tuannya.
“Silahkan Tuan Muda,” ucap Nina usai menarikan kursi yang akan ditempati oleh tuannya.
Elbara hanya terduduk dikursi dan bersiap memulai sarapan paginya.
“Kalau begitu saya tunggu diluar Tuan, jika ada yang Tuan butuh…”
“Dimana gadis itu?” belum tuntas Nina bicara, Elbara keburu memotongnya hingga membuat Nina pun mengerutkan dahinya sesaat sebelum ingatannya membawa pada gadis bergaun putih yang datang bersama dengan tuannya tadi malam.
“Ahh nona Valerie?
Masih tertidur tuan, semalaman nona Valerie kesulitan tidur, jadi Bu Megan terpaksa memberikan nona obat tidur,” paparnya.
“Ada apa tuan?
Mau saya panggilkan nona Valerie agar bisa sarapan bersama tuan muda?” sambung Nina yang mencoba menebak isi fikiran tuannya, sebab Elbara hanya terdiam sembari mengetukan jemarinya diatas meja makan layaknya orang tengah menimbang sesuatu.
“Tidak, kau bisa pergi,” titah Bara yang langsung dibalas anggukan mengerti Nina sebelum akhirnya undur diri dari hadapan tuannya.
“Baik tuan selamat menikmati,”
...****************...
Siang harinya, di kamar Megan sang kepala pelayan.
Setelah tidur panjangnya Valerie pun akhirnya terbangun, 1 mata sipitnya mencoba menelusuri area sekitar seperti orang ling-lung, ia pun lantas bangkit dari baringannya kemudian menyibakan selimut yang menutupi setengah tubuhnya.
Perlahan ia menurunkan kedua kakinya diatas karpet tebal yang berada dibawah ranjangnya. Dahinya mengerut kala mendapati sepasang sandal yang diletakan tepat dimana ia akan berpijak.
“Kenapa ada sandal didalam rumah?” gumamnya keheranan.
Tak ingin ambil pusing ia pun meminggirkan sandalnya ke sisi lain dan mulai bangkit dari tepi ranjangnya.
Namun baru saja 1 detik berdiri tegap kakinya mulai goyah hingga membuat tubuhnya ambruk seketika.
“Nona Valerie!” seru Nina yang langsung berlarian menghampiri Valerie bersama dengan sebuah baki yang berisikan bubur dan teh hangat untuk makan siang Valerie.
“Ada apa nona? Kenapa nona bisa dudukan dibawah begini?” panik Nina setelah meletakan bakinya diatas meja ia pun langsung bergegas memeriksa kondisi gadis malang tersebut yang tengah meratapi kedua kakinya.
“Maaf karena aku selalu merepotkan kalian semua,” lirih Valerie kala Nina membantunya berdiri dan duduk ditepi ranjang.
“Kenapa nona bilang begitu, aku gak ngerasa direpotin sama sekali kok, ahh iya aku bawa bubur, Bu Megan memintaku untuk menyuapi nona dan memastikan nona meminum obat secara teratur,” kata Nina yang kemudian berjalan kembali menuju meja untuk mengambil mangkuk bubur makan siang Valerie.
“Aku bisa makan sendiri kok mba Nina,” respon Valerie yang sungkan mendapat kebaikan berlebihan dari orang asing.
“Benarkah? Oke, ini silahkan,” ucap Nina sembari meletakan mangkuk bubur diatas paha Valerie.
Valerie menatap heran Nina yang masih berdiri dihadapannya seakan tengah menunggu suapan pertamanya.
Tak ingin mengulur waktu lagi, akhirnya Valerie pun menyerah dan mulai meraih sendok yang berada ditepi mangkuk.
Benar saja, pergelangan tangan yang dipenuhi luka lebam biru itu bergetar hebat, padahal ia hanya mengangkat sebuah sendok yang berisikan gumpalan bubur, tapi anehnya ia merasa jika tangannya kini tengah mengangkat gumpalan batu yang beratnya hampir berkilo-kilogram.
“Hmm, biar aku saja,” kata Nina seraya menurunkan sendok yang digenggam Valerie ke dalam mangkuk, serta mengambil alih mangkuk tersebut.
Nina pun lantas mendudukan bokongnya di samping Valerie ditengah aktivitas jemarinya yang sibuk mengaduk bubur, sebelum di suapkannya pada gadis malang yang hanya bisa mengerutkan wajahnya, sebab merasa dirinya telah banyak menyusahkan orang-orang sejak kemarin malam.
“Aaaaaa…” ucap Nina untuk mengawali suapan pertamanya.
“Ayo cepat nona, tanganku pegal nih!” seru Nina yang tak sabar lantaran Valerie masih belum menerima suapannya.
Perlahan Valerie membuka mulutnya, Nina pun tersenyum bahagia seraya memasukan suapan pertamanya ke mulut mungil Valerie.
“Naah gitu dong! Hehhehe, panggil namaku saja nona, ku dengar kau lahir tahun 95?”
“He’em…” sahut Valerie seraya mengangguk pelan ditengah aktivitasnya mengunyah bubur.
“Aku lahir tahun 2000, jadi nona lebih tua dariku,” katanya lagi seraya kembali menyuapi Valerie dengan telaten.
“Benarkah?” respon Valerie, tak percaya jika wanita gempal yang ada dihadapannya kini ternyata lebih muda 5 tahun darinya.
“Iya hahahaa! Mungkin karena ukuran tubuhku dan juga wajahku yang terlihat boros jadi nona menganggapku lebih tua darimu wwkwk!!” gelak tawa Nina membahana memeriahkan seisi ruangan sementara Valerie hanya tersenyum lebar usai menelan habis buburnya.
“hhheehe maaf,” ucap Valerie yang tak bermaksud menyinggung perasaan Nina.
“gak apa-apa kok, semua orang juga beranggapan seperti itu saat pertama kali bertemu denganku, gak usah khawatir aku bukan type orang yang sensitive hehehee,” timpal Nina disela tugasnya menyuapi Valerie.
Valerie hanya mengangguk disertai senyum manisnya membuat Nina ikut tersenyum lebar kala melihat kebahagiaan kecil yang terpancar dari raut wajah gadis malang tersebut.
“Rambutmu panjang sekali nona, mau ku kepangkan?” tanya Nina yang kini beralih mengamati seraya memegangi setiap helai rambut panjang Valerie yang tampak kusut seperti tak terurus.
Valerie mengangguk penuh antusias hingga membuat Nina pun terkekeh gemas, seolah ia sedang berhadapan dengan keponakannya sendiri.
“Oke tapi sebelum itu, mari kita minum obat dan oles mata nona dulu dengan salep,” kata Nina seraya bangkit dari tepi ranjang kemudian meletakan mangkuk yang sudah habis tak bersisa diatas nakas.
Selagi Nina menyiapkan obat-obatan, Valerie pun meraih gelas yang berisikan air mineral diatas nakas dengan kedua tangannya, kemudian meneguknya beberapa kali sampai dirasa cukup mengaliri kerongkongannya.
“Ini nona diminum dulu, nona bisa menelan tablet utuh kan? Atau mau ku belah 2 dulu?” tanya Nina seraya mengulurkan telapak tangan tempat dimana dirinya meletakan beberapa tablet obat untuk diminum Valerie.
“I.. iya bisa kok,” respon Valerie, terdengar sedikit keraguan dalam nadanya namun ia tetap menerima tablet utuh tersebut tanpa adanya rengekan.
1 per 1 tablet yang ada dalam telapak tangan Nina dirinya ambil kemudian meneguknya bersamaan dengan air minum yang masih berada dalam genggamannya. Sampai pada tablet ke 2 ia masih bisa mengatasinya karena ukurannya pun tidak terlalu besar. Namun sampailah pada tablet terakhir, ia tampak tertegun melihat ukuran tablet tersebut yang 2 kali lipat lebih besar dari tablet sebelumnya.
“Kenapa? terlalu besar ya, biar aku belahkan dulu sebentar,” ujar Nina yang seakan peka dengan situasi yang terjadi saat ini, namun dengan cepat Valerie menyambar tablet terakhir dan langsung menelannya.
“Uhuuuk!! Uhuuukk!!” Valerie terbatuk seiring dengan rona wajahnya yang kian memerah, buru-buru ia pun meneguk kembali air mineralnya untuk membantu tablet yang sempat tersangkut dikerongkongannya.
...****************...
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments