Diluar mension.
Karena luasnya pekarangan dikediaman Elbara membuat Nina kesulitan mencari gadis yang sedang melarikan diri itu. Di tambah pepohonan rindang juga semak belukar yang menjulang tinggi membentuk sebuah benteng layaknya labirin yang berliku-liku. Membuat pencarian ketiganya benar-benar memiliki jalan buntu.
“Bagaimana ini?
Tidak mungkinkah nona Valerie memasuki area labirin ini Bu?” tanya Nina begitu Megan dan dokter Yesa berhasil bergabung dengannya, dan kini mereka bertiga pun berdiri di depan pintu masuk sembari melempar tatapan.
“Eyyy!! Tidak mungkin, dari semua tempat, kurasa Valerie tidak akan mungkin berani masuk ke dalam labirin ini, hhaahaa!!” timpal dokter Yesa lengkap dengan tawa setengah hatinya, karena setengah hatinya lagi berkata jika gadis itu bisa saja nekad masuk ke dalam.
“Huhhh.. haaahh.. huhhh.. hahhh!! Sebenarnya apa yang terjadi Bu?” seru salah satu pelayan yang bernama Laras begitu berhasil menemukan targetnya.
“huhh.. haahhh!! Iya haaah… nih Bu, kami kira ada huhh.. haahh gempa bumi..” imbuh yang satunya sembari memegangi bagian pinggulnya ditengah usahanya untuk menstabilkan pernafasannya.
“Ada apa ini pada kumpul disini?” tanya Bowo yang baru saja bergabung diantara mereka semua.
“Lah pak Bowo sendiri kenapa ada disini?” timpal Nina yang juga heran melihat sang tukang kebun masih berkeliaran dipekarangan malam-malam begini.
“Thomas kabur, sebelumnya saya denger Thomas menggonggong sangat agresif, saya kira ada maling tapi saya cek CCTV tak ada orang yang mencurigakan menyusup ke dalam,” paparnya yang membuat semua orang ikut berfikir keras mencoba mencari jawaban atas hilangnya Thomas.
“Mung.. mungkinkah jika Thomas mengejar nona Valerie?” celoteh Laras seraya mengarahkan pandangan tajamnya ke arah gerbang masuk labirin.
“Nona Valerie? Siapa nona Valerie?” tanya Bowo yang memang masih belum bertemu dengan gadis tersebut.
“Sudah sebaiknya kita berpencar aja, kurasa memang benar Valerie masuk ke dalam labirin ini,” sela dokter Yesa yang mulai cemas dengan keadaan gadis malang itu.
“tapi dokter Yesa, ini sudah malam, bagaimana jika kita yang tersesat didalam labirin? Di siang hari aja kita masih sulit menemukan jalan keluar apalagi saat malam, terus kita juga gak tahu ada makhluk apa aja yang bersembunyi didalam semak-semak, aku.. aku gak ikutan aargh!” tolak Echa yang kemudian pergi berlari untuk menghindari perintah Yesa.
“Hmm.. i.. iya aku juga sebenarnya takut sekali dokter Yesa, maaf ya, tapi sebagai gantinya aku akan mencari diluaran aja oke, hehehe,” kata Dinda yang juga takut untuk masuk ke dalam labirin sembari menautkan kedua tangan dan tersenyum setengah hati, berharap jika tolakan halusnya tidak membuat semua orang berfikiran buruk terhadapnya.
“Baiklah gak apa-apa, tolong panggilkan Bowo, Bagas dan Adi saja, minta mereka untuk ikut mencari,” titah Megan yang memahami ketakutan bawahannya.
“Ba... baik Bu, bagaimana dengan pak Anton dan pak Budi? Apakah aku harus mengikut sertakannya juga?” sahut Dinda yang sebenarnya masih diselimuti rasa tidak enak dalam hatinya.
“Yak! Jika pak Anton dan pak Budi ikut juga, lantas siapa yang akan menjaga keamanan dan pintu gerbang depan, Aughh!! Kau ini,” sembur Nina yang langsung disikut oleh Laras, karena merasa reaksinya terlalu berlebihan.
...****************...
Di dalam Mension.
Melihat Echa sang pelayan berjalan cepat melewati ruang tamu, membuat Elbara yang sedang berjalan menuruni tangga mengerutkan dahinya.
“Ada apa?” tanya Elbara dengan suara lantangnya hingga membuat Echa terkejut dan menghentikan langkahnya, ia memutar tubuh serta membungkukan tubuhnya pada Elbara yang masih berjalan dengan cool nya menuruni anak tangga.
“Amm.. i.. itu tuan, nona Valerie ma.. masuk ke dalam labirin,” paparnya seraya menautkan kedua tangannya dan tetap menundukan pandangannya.
“Apa?!” pekik Elbara yang malah membuat Echa semakin gelagapan keringat dingin.
...****************...
Di dalam labirin, semua pelayan Elbara saling bersahutan memanggail nama Valerie selagi menelusuri labirin yang penuh dengan serangga dan juga hewan liar lainnya. Ditambah keadaan labirin yang tak terlalu banyak mendapat pencahayaan membuat mereka sedikit kesulitan, saat ini satu-satunya sumber pencahayaan paling terang hanyalah didapatkan dari lampu flash ponsel mereka masing-masing, yang jaraknya hanya sebatas sorotan yang berkumpul di satu titik saja.
“NONA VALERIE!! NONA VALERIE!!” panggil semua orang yang sedang berpencar dengan pasangan masing-masing.
Megan dengan Laras, dokter Yesa dengan Nina, sementara sisanya para lelaki seperti Pras, Bowo, Bagas dan Adi berpencar sendirian untuk mempercepat pencariannya.
“NONA VALERIE!!!”
“VALERIEEE!!”
Mereka terus saling bersahutan memanggil nama Valerie sampai tak terasa pencarian mereka sudah memakan waktu 30 menit. Namun tak ada siapapun yang berhasil menemukan tanda-tanda keberadaan gadis malang tersebut.
Sampai akhirnya mereka saling bertemu dipersimpangan jalan. “Bagaimana ini, benarkah nona Valerie masuk ke dalam sini?” cemas Nina lengkap dengan raut wajah khawatirnya.
“Iya nih kita sudah mencari selama 30 menit, tapi aku tak menemukan tanda-tanda nona Valerie tersesat,” imbuh Laras.
“Benar juga, setidaknya jika nona Valerie ada disini, dia pasti akan berteriak meminta tolong bukan? Apa kita sudah salah lokasi,” imbuh Pras yang ikut bertanya-tanya.
“Sebenarnya, aku menemukan beberapa lembar kain kassa..” sambung dokter Yesa sembari menunjukan potongan kassa yang ada noda darahnya.
Nina langsung merampas kain kassa tersebut dari genggaman dokter Yesa dan menatapnya lekat seolah tengah mengingat-ingat sesuatu dalam memorinya, “Iyaa! Ku yakin sekali jika kain ini milik nona Valerie, karena siapa lagi yang terluka dan terbalut kain kassa jika bukan nona Valerie,” ujar Nina setelah memindai beberapa detik beberap lembar kain kassa bernoda darah tersebut.
“Kalau begitu mari kita coba mencarinya kembali!” seru Pras bersamaan dengan keyakinannya yang menggebu-gebu kala menemukan pencerahan hanya dari beberapa lembar kain kassa.
“Oke, karena aku menemukan kain kassa ini dari sisi timur, sebaiknya kita memfokuskan pencarian ke sisi timur saja,” Yesa memberi intruksi yang kemudian langsung disambut anggukan oleh semunya sebelum kembali berpencar bersama pasangan masing-masing.
Dannn…
Bermenit-menit kemudian, karena saking lelahnya mereka terus berteriak dan menyusuri jalanan yang dipenuhi kegelapan malam. Akhirnya 1 per 1 dari mereka muncul keluar dari labirin, meski Nina masih ingin terus mencari namun apalah daya kedua kakinya sudah benar-benar lelah untuk meneruskan perjalanan yang tak memiliki ujung.
Ia muncul dengan dokter Yesa yang merangkul tubuh letihnya, “huhh.. haahh.. aku bener-bener capek banget dokter, huffftt! Tapi bagaimana dengan nona Valerie yang masih berada didalam…” oceh Nina yang kemudian mendudukan bokongnya diatas rerumputan dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
“Hmmm.. sebenarnya gadis itu pergi kemana?” gumam Yesa yang masih memandangi labirin yang berada dihadapannya.
“Baik nona Valerie maupun Thomas, keduanya seakan hilang bak di telan bumi huuuhh.. haahh!! Jika saja ada kak Stevan dengan helikopternya, pasti semuanya akan lebih mudah,” celetuk Nina seraya mengibas-ngibas area lehernya yang mulai berkeringat.
“Benar juga!”
“Apa yang benar?!” tanya Elbara dengan nada tajamnya, ia tiba-tiba muncul dibelakang mereka.
“Astaga!” kaget Nina dan Yesa bersamaan yang membuat Elbara mengangkat 1 alisnya untuk menanggapi keterkejutan keduanya.
“Selamat malam tuan muda,” sapa Nina yang buru-buru bangkit dari dudukannya kemudian membungkukan tubuhnya untuk memberikan rasa hormatnya terhadap tuannya.
“Apa yang membawamu kemari?” tanya Yesa seraya memasukan tangannya ke dalam saku celananya.
“Gadis itu masih didalam?!” alih-alih menjawab pertanyaan tak berbobot karibnya, Elbara malah menanyakan gadis yang sedang tersesat di dalam labirin.
“SELAMAT MALAM TUAN MUDA!!” sapa Pras, Bowo, Bagas dan Adi begitu mereka muncul dari balik semak-semak dan langsung bergegas menghampiri tuannya yang sedang berdiri dengan gagahnya sembari mengamati keadaan sekitar labirin.
“Selamat malam tuan muda,” sapa Megan dan Laras yang menjadi 2 orang terakhir yang berhasil keluar dari labirin.
Seperti biasanya, lelaki berdarah dingin itu hanya mengabaikan sapaan para pelayannya selagi memfokuskan atensinya pada area sekitar labirin, seolah sedang menimbang sesuatu dalam fikirannya.
“Apa gak sebaiknya kita memanggil Stevan aja El?” tanya Yesa yang sudah tak memiliki pilihan selain memanggil Stevan, setidaknya itu adalah usaha terakhirnya untuk menemukan gadis malang yang tersesat selama kurang lebih 1 jam.
...****************...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments