“Bawa kemari Thomas!” perintah Elbara pada Pras.
“Maaf tuan muda, sebenarnya Thomaas juga menghilang sekitar 1 jam yang lalu, kurasa Thomas sudah menyerang nona Valerie tuan,” Pras mengutarakan asumsinya.
“Apa?!” pekik Elbara disertai kernyitan dahi yang membuat para pelayan saling melempar tatapan ngeri.
“Bagaimana? Apa ku perlu memanggil Stevan sekarang?” tanya Yesa kembali yang menunggu persetujuan dari karibnya seraya mengeluarkan ponsel di saku celana kainnya.
“Tidak perlu!” tegas Elbara yang kemudian menarik langkah panjang memasuki area labirin, sontak saja hal itu membuat pegawai lelaki mencoba menghadangnya.
“Jangan tuan muda! Biar kami saja, kami akan mencari nona Valerie kembali,” seru Pras bersama dengan Bowo, bagas dan Adi yang berada disisi kanan dan kirinya.
“Minggir!” pekik Elbara tajam yang langsung membuat para pegawai lelakinya itu langsung membuka jalan dan berhenti menghambat keinginan kuat Elbara untuk menemukan sendiri gadis yang sedang tersesat di dalam labirin bersama dengan anjing ganas peliharaannya.
Karena tak ingin membiarkan Elbara mencari sendirian, para pegawai lelaki pun kembali masuk ke dalam labirin dan mengambil jalan yang berbeda-beda.
“Apa kita perlu masuk lagi ke dalam untuk membantu tuan muda?” tanya Laras seraya mengarahkan pandangannya pada Nina yang kembali duduk setelah tuan mudanya menghilang dari pandangan mereka semua.
“Tidak, sebaiknya kau masuk saja ke dalam Laras, Nina, biar para lelaki saja yang akan membantu tuan muda mencari nona Valerie,” titah Megan karena malam pun semakin larut, bukan ide yang bagus juga jika seorang gadis berada diluaran.
“enggak ah, aku mau nunggu disini aja, hoaammm!!” bantah Nina dengan diakhiri uapan kantuknya.
“Eeeyy, kau sudah ngantuk tuh! Ayooo kita masuk aja ya.. ya.. Lagipula besok kau mesti bangun pagi kan, jadwalmu berbelanja bahan makanan,” ajak Laras sembari menarik lengan karibnya dan menyeretnya pergi sekuat tenaga.
“Aiisssh!!” dumel Nina yang masih berusaha keras mempertahankan posisinya.
“Kurasa sebaiknya kau juga masuk Megan, percayakan semuanya pada Elbara saja,” kata Yesa seraya melirik ke arah Megan yang terlihat sangat cemas dengan pandangan yang tak pernah lepas dari pintu masuk area labirin.
“Tidak apa-apa dokter Yesa, saya akan tetap disini saja,” sahutnya lengkap dengan senyum ramahnya.
“Ayooo Ninaaaa, jika kau belum tidur sekarang, besok pasti kau kesiangan!!” rengek Laras yang masih berusaha menarik lengan Nina.
...****************...
Di dalam labirin.
Beberapa menit kemudian, berbeda dari para pegawainya yang mencari sampai 1 jam lebih namun tak mendapatkan hasil apapun, seakan memiliki insting pemburu ia bisa langsung menemukan targetnya tanpa harus berteriak memanggil nama Valerie dan menelusuri jalan yang salah.
“Apa yang kau lakukan disini?!” pekik Elbara saat kedua mata elangnya menangkap sesosok manusia yang tengah terududuk disudut semak-semak sembari menenggelamkan wajahnya ke dalam 2 kaki yang tengah dipeluknya erat.
“tu.. tuan muda,” ucap Valerie begitu mendengar suara yang familiar ditelinganya, ia mengangkat wajahnya yang sudah sembab oleh deraian air mata ketakutannya.
Perlahan Elbara melangkah mendekati Valerie yang masih bergetar ketakutan, entah kenapa hatinya kembali terusik begitu pandangannya sampai pada kedua kaki mungil Valerie yang terluka akibat goresan ranting pohon dan benturan benda tajam lantaran dirinya memang tidak memakai alas kaki.
“Maaf.. maafkan aku tuan muda, aku tak bermaksud menyusahkan kalian semua, huaaa!! hikkssss!! Hikkkssss!! Anj.. anjing itu terus mengejarku, aku sangat takut sekali!! Hikkkssss!! Maafkan aku!!” rengek Valerie disertai ledakan tangisan kala Elbara menurunkan tubuhnya hingga sejajar dengan pandangan gadis malang tersebut.
Guukk!! Guuukkk!! Tak lama setelah Valerie meracau, seekor anjing bulldog besar muncul dari semak-semak dan langsung berlari kencang menuju Valerie.
“AARrrggghhh!!” teriak Valerie.
Tanpa berfikir panjang Valerie langsung masuk ke dalam pelukan Elbara untuk menyembunyikan tubuh mungilnya dari anjing yang sedari tadi terus mengintainya.
Meski sangat terkejut dengan tindakan lancang Valerie namun ia tetap membiarkan gadis itu berlindung dalam dada bidangnya.
“THOMAS!! NO!! SIT DOWN!!” perintah Elbara pada anjing bulldog peliharaannya itu seraya memeluk tubuh mungil Valerie dengan 1 tangannya sementara 1 tangannya yang lain menunjuk ke arah Thomas.
Mengetahui ternyata gadis tersebut bukanlah orang jahat Thomas pun menurunkan intonasi gong-gongannya dan berhenti tepat 1 langkah di hadapan Elbara yang masih mendekap Valerie.
“Oke good boy!!” puji Elbara seraya mengusap-usap kepala Thomas yang sedang memelet-meletkan lidahnya.
Gukk.. gukk.. berbeda dari yang sebelumnya, kini suaranya tampak bersahabat hingga membuat Valerie mengendorkan pelukannya dan perlahan menarik wajahnya yang ia sembunyikan di dada bidang Elbara.
“Hhehee…” Valerie tertawa kecil saat melihat anjing tersebut berbaring dihadapannya seraya menunjukan raut wajah manjanya pada Valerie. Sebelum akhirnya ia menoleh kembali ke arah Elbara yang ternyata sedang memperhatikannya, kedua pasang mata itu bertemu hingga membuat Valerie membulatkan bola matanya lantaran tak menduga jika dirinya akan berada sedekat itu dengan wajah tampan Elbara. Halisnya yang tebal, 2 bola matanya yang berwarna kecoklatan, belum lagi hidungnya yang mancung hingga bibir tipisnya tak luput dari perhatian Valerie.
Gadis itu terdiam beberapa saat sembari mengagumi keindahan tuan muda Elbara, sampai… “sudah puas?” Elbara pun membuyarkan imajinasi liarnya seketika, sehingga membuat Valerie pun cepat-cepat menarik dirinya dan bergeser untuk memberikan jarak diantara keduanya.
“Maaf.. maaf Tuan Muda, saya tidak bermaksud..”
“TUAN MUDA!!” seru Pras dari kejauahan bersamaan dengan Bowo yang berada tidak jauh dibelakangnya.
“Tuan muda tidak apa-apa?” panik Bowo yang lebih dulu sampai dihadapan tuan muda setelah berlarian mendahului Pras.
“Ya, bawa Thomas kembali,” titah Elbara seraya bangkit dari jongkoknya.
“Baik Tuan muda!” serunya yang langsung mengajak Thomas pergi. “Ayo let’s goo Thom!!” Bowo mengusap-usap kepala Thomas untuk mengajaknya kembali pulang ke rumahnya.
Setelah kepergian Bowo dengan Thomas, Pras pun berjalan perlahan mendekati gadis yang masih terduduk diatas rerumputan.
“Nona Valerie baik-baik saja?” tanya Pras lembut sembari berjongkok didepan Valerie.
Valerie mengangguk pelan disertai senyum tipisnya.
“Ijinkan saya menggendong nona Valerie,” imbuhnya seraya hendak meraih lengan Valerie.
Namun belum sempat Pras menyentuh lengan Valerie, Elbara kembali berjongkok kemudian menyambar lengan Valerie untuk diletakannya dibelakang tengkuknya, sebelum dirinya mengangkat Valerie dan membawanya pergi meninggalkan Pras yang tampak terkejut melihat aksi tuan mudanya itu.
“Aneh sekali,” Pras bermonolog selagi memperhatikan tuan mudanya berjalan dengan menggendong tubuh gadis lusuh dan tak terlalu menarik baginya.
“tidak mungkin jika tuan muda tertarik pada nona Valerie, mungkinkah hanya sekedar rasa simpati?” Pras kembali bergumam seraya bangkit dan mulai menarik langkah untuk keluar dari area labirin.
...****************...
“Astaga nona Valerie!! Apa kau terluka?” panik Megan yang langsung bergegas menghampiri Elbara begitu Elbara keluar dari gerbang labirin dengan Valerie yang berada dalam gendongannya.
“Aku baik-baik aja kok Bu, bisa tolong turunkan saya tuan muda,” pinta Valerie dengan nada lemah lembut disertai senyum tipisnya.
“Kau yakin bisa berjalan sendiri Valerie? Kurasa kedua kakimu terluka,” imbuh Yesa seraya memperhatikan kedua telapak kaki Valerie.
“Biar ku bantu ambil alih aja, kau pasti cape kan, aku yang akan menggendong Valerie,” sambung Yesa begitu Elbara hendak menurunkan tubuh Valerie, ia pun lantas memutar tubuhnya serta menurunkan punggungnya agar Valerie bisa naik dengan mudah ke atas punggungnya.
Namun belum sempat kaki Valerie menyentuh aspal, Elbara tiba-tiba mengurungkan niatnya dan kembali mengangkat tubuh Valerie, dengan raut wajah sinisnya ia pun pergi begitu saja mengabaikan karibnya yang sudah bersiap siaga.
“Sudah tak perlu dokter Yesa, (Megan terkekeh seraya menepuk pelan pundak Yesa)
Sepertinya Tuan Muda tak membutuhkan bantuanmu,” lanjut Megan yang kemudian menarik langkah untuk kembali ke dalam mension.
“Apa?” sahut Yesa yang bingung sembari celingak-celinguk ke belakang, sebelum akhirnya menyadari jika dirinya sudah ditinggalkan oleh karibnya.
“Ciihh!! Bocah kasar itu!” gerutu Yesa kesal.
...****************...
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments