Afika dan Tata saat itu berada di pulau A dan mereka merasa lega saat melihat pulau itu dari kejauhan di bawah sana nampak laut dengan warna birunya yang terang, terbiaskan oleh warna jingga dari langit yang menua.
"Bagus cuacanya." Ucap Tata menatap laut yang nampak keemasan yang seakan mengajaknya untuk turun.
"Iya, bye Tata sayang." Afika melepaskan tangannya dari jaring yang membawanya sekaligus melepaskan pengaman yang semula tersangkut di perutnya.
Afika jatuh ke atas air laut dan sontak saja air di sana berhambur membuat Tata yang melihatnya terkekeh dan melakukan hal yang sama, di atas sana Diana yang melihat kelakuan mereka hanya menggeleng saja, Ben juga sama.
"Aku datang!" Teriak Tata, Afika yang berada di air tersenyum dan merekapun seolah tengah bermain kejar kejaran dengan gaya berenang yang sangat cepat Tata berhasil mengejar Afika.
"Kok cepet banget si?" Tanya Afika yang kini berada di samping Tata.
"Itu teknik rahasia sayang." Afika mengangkat alisnya, benar saja bila Tata memang memiliki banyak rahasia.
"Mau aku ajari?" Tanya Tata tersenyum lembut. Dengan cepat Afika mengangguk mengiyakan.
"Kejar aku, bila menang aku akan ajari." Tata langsung berenang menuju pantai, Afika yang merasa tidak mungkin menang dari Tata langsung putar otak.
"Aw... Tata kaki ku Tata..!!" Afika berteriak teriak dengan kondisi dirinya yang nampak hampir tenggelam, Tata yang melihat itu langsung berbalik dan Afika nampak tenggelam ke bawah air. Tata gelagapan saat tidak berhasil menemukan Afika, sebuah bayangan tiba tiba muncul menuju pantai. Tata yang berusaha melihat lebih jelas sosok itu berenang ke permukaan.
"Aku menang, bleee.. " Afika sudah ada di tepi pantai dengan berkacak pinggang dan menari nari, Tata menggelengkan kepalanya dan dengan kecepatan maksimal dia juga menuju ke pantai dengan wajah cemberut.
"Ta.. loh kok, Tata?" Afika yang melihat Tata cemberut buru buru meraih tangan kekasihnya namun wajah Tata masih nampak sangat murung, Tata juga melemparkan rambut palsu dari kepalanya ke sembarang arah.
"Maap, akukan cuma bercanda." Afika mengadu adukan jari telunjuknya memohon agar Tata tidak marah lagi kepadanya.
"Sayang, hal semacam itu tidak boleh di buat bercanda. Tau gak tadi aku khawatirnya kaya apa?" Tata menangkup dua pipi Afika.
"Aku seperti ingin mati tau, kamu ngerti gak sih?" Tata menatap lekat mata Afika, Afika mengigit bibir bawahnya merasa sangat bersalah.
"Sudahlah, jangan di ulangi lagi. Lain kali jangan bermain main dengan nyawa, semua hal dapat di buat ulang tapi nyawa tidak, mengerti?" Tata nampak marah dan serius.
Afika mengangguk dan sudah tidak berani bicara lagi, Tata menghela napas mungkin saat itu dia berlebihan memarahi Afika. Tata meraih kedua tangan Afika dan tersenyum lembut.
"Sudah, aku gak marah. Cuma aku mohon jangan buat hal semacam itu lagi, aku cinta kamu Afika." Tata mengecup kedua tangan Afika bergantian, Afika tersenyum dan memeluk Tata.
"Iya sayang, makanya kalo buat lomba yang masuk akal sedikit. Masa iya aku harus berenang dari sana ke sini ngelawan kamu? Ya mana menang lah." Afika tertawa dengan hal konyol yang di lakukan Tata.
"Terus kalo aku harus apa, masa iya minta kamu buat cium. Afika juga gak akan bersediakan?" Tata mencubit hidung Afika. Afika mengerucutkan bibirnya. Namun sebuah selah membuat Afika tersenyum dan sebuah kecupan meluncur mulus di pipi Tata.
"Mau kok." Jawab Afika dengan wajah merona Tata yang merasakan sesuatu yang lembut menempel di pipinya langsung terperanjat.
"Beneran kamu, beneran minta di hajar ya?" Tata meraih pergelangan tangan Afika dan membawa gadis itu pada pelukannya.
"Di hajar apaan si?" Afika berusaha melepaskan tangan Tata namun dengan cepat tangan Tata langsung meraih tengkuk Afika dan mengecup bibir manis itu.
Sebuah ciuman panas di berikan Tata sangat berbeda dari ciuman biasanya yang hanya sekilas atau hanya sebatas menempel saja, saat itu benar benar berbeda. Lidah Tata mencoba memasuki mulut Afika, Afika yang merasakan hal menuntut seperti itu tidak tahu harus bagaimana dia membiarkan lidah Tata bermain dalam mulutnya hingga perasaan aneh mulai terasa di tubuhnya.
"Su...dah.." Afika berusaha mendorong dada Tata namun dengan cepat Tata menarik lengan Afika ke belakang tubuh gadis mungil itu dan kembali menyantap bibir Afika.
"Sa..yang.. aku.. me..rasa..aneh." Lirih Afika merasakan darahnya mulai berdesir amat cepat dan rasa ingin lebih mulai terasa dari bibirnya, itu seperti sesuatu yang familiar.
Dia ingat saat di mana dalam lorong waktu dia melihat sosok yang tidur bersamanya di malam pertama pernikahannya dengan Atta palsu, itu sama persis seperti yang di lakukan Atta sekarang.
Mungkinkah? Afika mulai berspekulasi dalam hatinya dia mulai menggerakan lidahnya menerima setiap tuntutan Tata dan membalasnya, benar saja sangat sama dengan sosok itu.
Mungkinkah malam itu memang Tata yang melakukannya dan anak dalam perut ku saat itu mungkinkah anaknya? Afika merasakan sakit luar biasa di dadanya, apa yang harus dia perbuat pada Tata?
Afika mulai melingkarkan tangannya di tengkuk Tata dan mulai merasakan sebelah tangan Tata yang mulai naik ke bagian dadanya, sebuah ramasan lembut di rasakan dengan hati hati.
"St.. hmm.." Afika berusaha menikmati setiap gerakan yang di berikan oleh Tata, Tata yang merasa bila Afika tidak ada perlawanan mlai merasa sangat kepanasan.
"Sayang, boleh kan?" Bisik Tata mesra memeluk tubuh Afika dengan hangat. Afika menggigit bibir bawahnya dia juga ingin tapi membayangkan hal menyakitkan itu membuatnya dengan cepat menggeleng.
"Harus sabar dong, katanya mau dengan cara yang benar?" Singgung Afika. Benar, semuanya masih dalam proses orang yang sudah menyakitinya dan Tata belum mendapatkan hukuman apapun.
Afika mengepalkan tangannya merasakan amarah yang menggebu di dadanya, dia juga ingin tahu kenapa Tata sangat tidak rela bila tubuhnya di miliki orang lain. Dulu dia sempat bilang bila akan merelakan dirinya bila dia mencintai pria lain tapi kenyataannya sama sekali tidak.
"Sayang?" Afika menyentuh pipi Tata saat melihat raut kekecewaan dari mata kekasihnya.
"Aku mau tanya? Seandainya aku mencintai pria lain, apa yang akan kamu lakukan?" Seketika itu juga tubuh Tata bergetar hebat dan merasakan darahnya mulai mendidih.
"Kenapa bertanya hal demikian?" Tata nampak murung kedua tangannya terkenal, matanya memerah dan nampak seluruh tubuhnya bergetar hebat.
Afika kini tahu seperti apa Tata sesungguhnya, dia orang yang akan melakukan apapun untuk bisa mengunci dirinya berada di sampingnya, dia juga orang yang mungkin akan menghancurkan apapun yang berani menyentuh miliknya.
"Aku hanya bertanya, apa kamu akan benar benar merelakan Aku?" Tanya lagi Afika dia benar benar ingin tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikiran seorang Tata Attahaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments