Menangkap tikus besar

Setelah mereka makan bersama dan melakukan kegiatan di rumah itu di sore harinya Afika dan Atta sudah akan kembali ke kostan mereka, satu hal yang membuat Atta sangat malu adalah Afika meminta Atta untuk tetap menjadi Tata meski Atta sudah menjelaskan apapun, namun karena di rumah itu ada Atta palsu terpaksa Atta tetap menjadi Tata.

Setelah sampai di kediaman mereka yang sederhana, Tata buru buru ke kamar, dia merasa sangat mengantuk akibat malam itu tidak tidur.

"Eh Afika? Kok baru pulang semalam dari mana sama Tata dan mobil Tata juga ganti." Ismi bertanya pada Afika.

"Kemarin mobil Tata rusak jadi kami terjebak di jalan dan pagi ini baru di perbaiki tapi malah rusak parah jadi kami jual tadi pagi, terus uangnya kami belikan ke mobil itu dan kurangnya nanti di kredit kata Tata, sekarang dia lagi pusing deh makanya langsung tidur." Jawab Afika membuat alur cerita agar tidak di curigai oleh Ismi.

"Oh, kasian Tata. Tapi dia banyak uang kamu jugakan?" Afika mengangkat alisnya merasa bila Ismi kini masuk pada pembicaraan pribadi.

"Kata siapa aku punya banyak uang? Aku orang biasa makanya aku nebeng tinggal di sini." Jawab Afika tak ingin memberitahukan identitasnya.

"Eh... bukan itu maksud ku, maksud ku dia itukan si jenius fashion masa iya beli mobil baru aja mesti kredit." Jawab Ismi. Afika tersenyum misterius.

"Dari mana kamu tahu Tata adalah si jenius itu? Aku rasa aku tidak pernah memberi tahukannya pada mu?" Kini nampak jelas wajah pucat Ismi yang nampak keceplosan.

"Dasar!" Afika berdiri dari kursi keluarga dan masuk ke kamarnya, di dalam nampak Tata yang tertidur dengan posisi telungkup.

"Ko aku juga capek ya? Hadeh.." Afika beringsut mendekati Tata dan memeluknya hingga dia akhirnya tertidur.

Pagi tiba dan waktu pembalasan yang sudah di nantikan akhirnya datang juga Afika pagi itu masih belum terbangun dari lelapnya, dan satu orang manusia kini mengerjapkan matanya.

"Uuuh.. sst.. Hmm?" Tata terbangun dan melotot saat wajahnya dan wajah Afika berhadapan, bahkan kening mereka kini saling menempel.

"Pagi sayang." Bisik Tata mempertemukan hidung mereka yang mancung dan tersenyum lembut.

"Tata uuh.." Mata Afika terbuka dan dia hendak bergerak hingga tak sengaja bibir mereka beradu, keduanya terbelalak Tata langsung berbalik membelakangi Afika.

"Kok pemalu banget si." Afika memeluk Tata dari belakang dan mengecup punggung pria itu.

"Sayang jangan keterlaluan ya, kamu tidak akan tahu konsekwensinya tahu." Tata komat kamit seperti tengah membaca mantra.

"Konsekwensi apaan si sayang," Afika menggosokkan wajahnya di punggung Tata dan serentak Tata berbalik menatap Afika.

"Kamu gak takut ya?" Tata mengangkat wajah Afika hingga kedua mata mereka bertemu.

"Enggak dong, takut buat apa?" Afika dengan manja yang sama seperti sifat aslinya mengecup langsung bibir Tata dan memeluknya erat.

"Kamu ini ya, awas kamu aku juga bisa makan kamu tahu." Tata kini benar benar kehabisan kesabaran akibat godaan dunia itu.

"Makan aja, lagian kamu sendiri yang akan langgar janji sama Bunda Diana gak inget kemaren ya?" Afika menunjukkan jarinya ke wajah Tata hingga pria itu menghela nafas tajam.

Benar saja, selain pada Bunda Diana dia juga memiliki janji pada Naura, dia tidak mungkin mengingkarinya namun Afika justru semakin membuatnya gemas.

"Mau mulai dari apa dulu sekarang?" Tanya Tata pada Afika yang nampak sangat senang.

"Kita mulai dari Ismi dulu, aku sudah dapat beberapa data yang mengatakan dia itu adalah simpanan seorang pria, dia anak orang kaya cuma dia tidak seperti itu namanya Joshua." Tata mengangguk dan mereka masih berpelukan.

"Joshua adalah putra dari seorang pengusaha properti yang kini bangkrut dan beliau sudah meninggal, dan kamu tahu sayang dia ternyata saudara tiri dari Bos mu sekarang Alvin." Tutur Afika lagi.

"Oh dia, dia itu terlalu naif jadi manusia. Dia merelakan orang yang di cintainya pada pria jahat itu ckck sangat aneh." Afika tertegun ya memang benar istri Joshua bernama Kirana dan dalam rumah tangga mereka selalu saja terjadi kekerasan dan selalu berakhir Kirana dan adiknya Keenan terluka.

(Kawan semua yang ingin tahu kisah Alvin dan Kirana biar lengkap no skip skip kalian langsung aja baca novel karyanya Othor yang berjudul Pelacur tapi Perawan ya guys.)

"Kita bantu dia ya, please.." Afika memohon dengan sangat hingga membuat Tata menghela nafas panjang dan mengangguk setuju.

"Oke, kita serahkan saja urusan hukumannya pada mereka nanti setelah itu kita hukum pelan pelan orang yang sudah berani mengaku sebagai aku itu." Tata memeluk kian erat tubuh Afika, mereka benar benar malas untuk bangun namun mereka juga harus melakukan kegiatan mereka.

Siang itu kabar tentang adanya hantu gentayangan di sebuah gedung menyebar membuat seorang pria bernama Alvin merasa penasaran dengan apa yang terjadi, hingga akhirnya dia memutuskan ke sana bersama Jack sahabat sekaligus bawahannya. Dia menemukan Kirana sang kekasih di sana yang di sekap oleh Joshua semua itu tentu saja di lakukan oleh Afika dan Tata di baliknya tentang berita hantu tersebut.

Setelah Kirana di ketemukan mereka akhirnya memutuskan menjenguknya namun penjagaan ke kamar itu amat ketat hingga sebuah ide gila di miliki oleh Afika.

"Apa? yang benar saja manjat tembok." Tata yang mendengar rencana Afika tidak setuju.

"Ayo dong, kita belum pernah melakukan keseruan begini loh." Afika menggoyang goyangkan tangan Tata saat mereka berada di perjalanan menuju rumah sakit.

"Baiklah, ingat harus hati hati." Tata mengusap kepala Afika yang mana kini dirinya masih menggunakan identitas Tata.

Saat mereka sampai ternyata beberapa orang bodoh tengah berdiskusi tentang keberadaan Joshua, Afika terkekeh geli dengan kebodohan mereka.

"Kok mereka bisa sebodoh itu si?" Tanya Afika tertawa, Tata menghela nafas pamit untuk memberi obat atas kebodohan orang orang itu. (Lebih rincinya bisa baca di Novel PTP ya.)

Tata kembali dengan wajah masam dengan leptopnya, "Kasian wali kota juga jadi korban. Kita bantu mereka secara diam diam saja sekarang, terlalu berbahaya jika terlalu mencolok. Biarkan saja mereka yang berada di depan kita tetep diam di belakang layar." Ucap Tata mengambil tali di bagasi mobilnya.

"Mau apa?" Tanya Afika heran, bukankah mereka sudah ada alat lebih canggih selain tali itu untuk memanjat tembok?

"Buat nangkap tikus, mau ikut?" Dengan seringai misteriusnya Tata terkekeh dan tentu saja Afika mengangguk setuju siapa yang akan melewatkan keseruan menangkap tikus besar seperti Joshua pasti akan seru pikir Afika.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

Alhamdulillah udah katam bacanya

2024-04-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!