Menantikan hadiah

Pria yang berpakaian hitam itu kembali menatap sekeliling mencari sesuatu, dia takut akan tatapan Bos nya sendiri. Afika kembali memperhatikan bagaimana pria yang nampak kebingungan itu kembali serius.

"Eh Om, aku punya ide deh." Ucap Kirana mendekat ke arah pria tadi lagi, Tata yang penasaran mengikuti langkah Afika dan mendengarkan apa yang di rencanakan oleh gadis itu.

"Yakin kalo dia jatuh ke bawah?" Tanya pria yang berpakaian hitam itu seperti tidak percaya.

"Yakin banget pakek BGT itu." Ucap Afika mengangkat dua jarinya membentuk huruf V besar. Pria berpakaian hitam itu ragu dan menatap Tata yang nampak mengangguk ke arahnya agar mengikuti saran Afika.

Afika sendiri memberikan ide agar pria itu menuruni kali dan mencari di bawah sana bersama para bawahannya, dan setelah itu dia meminta pria itu untuk percaya padanya bila dia ingin menghukum buronan itu dengan caranya.

Merekapun akhirnya menuruti keinginan Afika beberapa orang akhirnya turun dan mencari pria itu ke sungai, hingga tak berapa lama akhirnya mereka menemukannya. Afika tertawa jahat dan meminta para bawahan Atta untuk membersihkan pria itu.

Afika dan Tata tidak mungkin membawa pria itu bersama para pengawal mereka ke kediaman mereka yang akhirnya akan memancing kecurigaan dari orang lain yang kini tengah mengawasi mereka.

Tata membawa pria itu ke kediamannya dan menaruhnya di kamar tengah, kebisingan yang tercipta dari Tata dan Afika berhasil membangunkan Ismi yang penasaran akhirnya keluar kamar dan melihat apa yang terjadi.

"I..ini kenapa?" Tanya Ismi saat melihat Tata menggendong seorang pria dengan pakaian yang sudah tidak basah karena sudah di ganti oleh bawahannya dan nampak berlumuran darah.

"Masih nanya, bantuin dong berat nih!" Tata seperti biasa dengan sikap juteknya yang akhirnya membuat Ismi cepat cepat mendekat dan membantu Tata.

"Bawa obat obatan cepat!" Afika kembali memerintah saat pria itu sudah tertidur, mereka bertigapun akhirnya membalut pria itu seperti mumy. Dalam hati mereka masing masing tertawa, Ismi tertawa akan kebodohan dua bersahabat itu sedangkan Afika dan Tata tertawa dengan kegilaan mereka.

"Biarin istirahat dulu, besok aku ada kelas banyak banget. Ismi besok free kan? Tolong jagain dia ya?" Pinta Afika, Ismi tersenyum dan setuju dengan apa yang di ucapkan oleh Afika.

Malam penuh drama itupun berlalu pagi harinya Afika pagi pagi sekali sudah berangkat bersama Tata di perjalanan mereka terus tertawa dengan apa yang sudah mereka perbuat. Mereka sangat terhibur dengan hal itu, di kampus Afika benaran bosen dan tidak begitu menikmati pelajarannya dan akhirnya memutuskan untuk bolos dan pergi ke butik milik Tata.

Afika melihat butik yang terlihat sederhana namun sangat nyaman itu dari luar, dia masuk dengan cara mengendap endap. Tak sengaja dia melihat banyak gaun indah dan terkesima akan keindahan itu.

"Cantik sekali." Lirih Afika menyentuh sebuah gaun pengantin berwarna putih, Tata yang melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka dari celah pintu yang sedikit terbuka tersenyum sekilas.

"Hai bolos nih?" Afika terkejut mendengar sapaan Tata yang tiba tiba dan tangannya yang menyentuh gaun itupun tak sengaja menjatuhkan boneka tersebut hingga beberapa pekerja butik yang melihatnya syok.

"Astaga, aduuh.." Kaki Afika nampak sedikit berdarah terkena bagaikan kepala boneka itu, mata Tata seketika membulat dan beberapa pekerjanya langsung melotot.

Pasti ngamuk nih, pasti ngamuk. Itukan baju yang di buat selama seminggu oleh Tata. Batin salah satu pekerja yang tidak berani berkata apa apa dan menunduk saja.

"Afika!" Tata merasakan tangannya bergetar dan sifat posesif Atta akhirnya terlihat dia meraih kaki Afika yang berdarah.

Para pekerja tertegun dengan pemandangan itu dan langsung membangunkan boneka yang semula di depan Afika, Tata langsung melepaskan sandal Afika dan melihat darah mengalir meski tidak banyak.

"Sakit?" Tanya Tata merasakan matanya yang memanas, Tata memang terkadang tak perduli pada dirinya sendiri namun saat melihat Afika terluka dia tidak bisa tinggal diam, hatinya selalu lebih terasa sakit bila gadis itu terluka.

"Sakit ya?" Tanya Tata tanpa sadar air matanya sudah terjatuh, Afika yang menyadari hal itu tertegun sejak, itulah Tata dan Atta kesayangannya.

"Enggak kok, jelek ih!" Ucap Afika menghapus air mata Tata dan mencubit pipinya, Tata memperlihatkan wajah masam.

"Ambilkan kotak P3K." Perintah Tata pada salah satu bawahannya, mereka yang mendekat itu langsung menuruti permintaan Tata.

Tata dengan teliti meski dengan tangan bergetar berusaha mengobati Afika, Afika merasakan sendiri bagaimana kekhawatiran tunangannya itu dan mencoba menenangkannya dengan cara bercanda.

"Aku gak papa, eh tuh bajunya rusak." Afika menunjuk salah satu Tiara yang jatuh untuk mengalihkan perhatian Tata.

"Bodoh! Itu benda mati, aku bisa buat lagi. Lah kalo kamu yang kenapa kenapa gimana aku buat lagi?" Tata mencubit pipi Afika gemas.

"Iya deh iya maaf." Afika tersenyum lembut, keduanya akhirnya bernafas lega saat Afika berdiri dan berjalan seperti biasanya dia duduk di sofa di ruang kerja Tata.

"Eh Ta, Kira kira tuh cowok kita apain ya?" Afika bertanya pada Tata yang sibuk menggambar.

"Gak tau, kamu sendiri?" Tata merasa tidak suka bila Afika membicarakan pria lain di hadapannya.

"Aku pengen hajar dia sampe babak belur." Ucap Afika polos, Tata mengangkat wajahnya dan tersenyum sekilas.

"Kok kaya yang benci banget gitu sih? Kenapa?" Tata balik bertanya, dia juga merasa penasaran dengan Afika yang sangat membenci pria itu.

"Dia musuh tunangan aku dong, ya iyalah aku benci." Jawab Afika santai membuat Tata terkekeh sejenak dan dalam hatinya dia sebenarnya sedang menyalakan kembang api dan menari nari.

"Astaga, jadi kalo aku musuh tunangan kamu, kamu juga akan hajar aku gitu?" Tata mencoba tertawa dan Afika juga tersenyum mendengar hal itu.

"Wah belum tahu itu, ya untung juga itu kamu kan?" Tata tertegun sejenak kemudian tertawa, benar untung saja Tata adalah sahabat Afika jadi mana mungkin bermusuhan dengan Atta ya meski maksud dari apa yang di ucapkan oleh Afika memang bermaksud mengatakan maksud kata itu sendiri.

"Ta, besok harus temenin aku ke rumah kakek ya?" Tata mengangkat alisnya, namun dia akhirnya menghela nafas panjang.

"Oke, jangan lupa kado untuk ku." Tata tersenyum menatap Afika yang kini malah tiduran di sofanya, wajah manis gadis itu benar benar membuat tenang Tata.

"Oke oke, santuy. Aku juga pengen kado dari kamu." Tata terkekeh dan mengangkat jempolnya mereka akhirnya menghabiskan waktu bersama sampai petang di tempat itu, hingga akhirnya butik itu tutup dan merekapun memutuskan kembali ke kediaman mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!