CINTA

Sepanjang malam Tata tidak tidur, dia terus menangis menyesali perbuatannya hingga akhirnya Afika terbangun dan melihat Tata yang masih menangis.

"Ta kamu kenapa?" Afika menguap dan mengikat rambutnya dengan santai. Tata tak menjawab dan Afikapun akhirnya mengangkat bahunya.

"Oh ya hari ini aku buru buru mau ke Pulau A, aku mau ketemu Atta. Sekaligus memastikan sesuatu." Atta yang mendengar itu terkejut bukan main, "Semalam aku ketemu dengan kak Diana dan dia bilang hari ini aku boleh ke sana. Tadinya aku mau ngajak kamu tapi kayanya kamu lagi gak mau ikut aku ya?" Afika bertanya hanya memastikan saja.

'Jadi semalam Afika ketemu sama Bunda dan gilanya aku malah.. arrrgh..!!' Tata tecekat kaget dan membiarkan Afika pergi sendirian.

Tata buru buru mencari rambut palsu untuk menutup rambut panjangnya dan mencari baju pria yang sudah dia sisihkan ke gudang, dia benar benar panik saat itu dengan semua keadaan yang ada, di tambah kini malah ponselnya lupa dia bawa dan untunglah IT masih bisa menyelamatkan hidupnya.

"Bun ? Afika mau ke Pulau sekarang?" Tanya Tata dengan tubuh yang tak berhenti mengambil dan melepaskan barang dan memilih banda yang kira kira cocok dengannya.

"Iya, kau kemana saja bodoh! Aku menghubungi mu sepanjang malam." Sumpah serapah keluar begitu saja dari bibir Diana memaki putranya sendiri.

"Ya ampun Bun, aku semalam ngira kalo Afika itu... hmm.. ah udahlah pokoknya tahan Afika sampe aku datang oke?" Tata langsung mengenakan pakaiannya dan mengambil sebuah kunci mobil sport yang belum pernah dirinya kendarai sebelumnya.

Tata melesat dengan kecepatan super membelah keramaian kota dengan sangat luar biasa, benda benda di sekitarnya nampak seperti kabur akibat kecepatan tinggi tersebut. Dengan menggunakan IT dia bisa mengontrol semuanya dengan cepat.

Tata akhirnya sampai di pulau A setelah dirinya menyeberangi sebuah jembatan yang otomatis muncul dan otomatis kembali menghilang ke dasar laut, itulah teknologi canggih yang di buat demi keamanan keluarganya oleh Atta atau Tata.

Tata sampai melalui pintu belakang dan terdengar di sana suara Afika dan Bundanya tengah mengobrol riang di ruang keluarga.

"Hai semuanya, eh bukankah ini?" Atta dengan penampilan pria nya menatap Afika penuh kagum, Afika masih mengenakan pakaian yang tadi pagi dari Apartemen.

'Jadi begini toh kalo orang dandan kasak kusuk.' Batin Afika melihat pakaian Atta yang sudah tidak jelas juntrungnya, bahkan matanya kini nampak sembab dan menghitam.

Bunda Diana yang melihat itu melotot menatap putranya yang berdiri di ambang pintu, dia benar benar tak percaya bila pemudanya yang tampan berubah jadi orang gila semacam itu.

"Hei Atta, kamu apa apaan itu? Gak sopan gitu nyambut Afika." Bunda Diana meradang melihat penampilan Atta.

"Aku juga sama aja si Kak, oh ya pantainya keren banget. boleh dong main ke pantai?" Afika memohon pada Bunda Diana agar di izinkan bermain di pantai di dekat rumah mereka.

"Heh Atta temenin Afika ya? Bunda mau masak dulu! Sayang, kamu ganti pakaian dulu yu kalo mau ke pantai." Bunda Diana menggandeng tangan Afika menuju sebuah ruangan di lantai dua. Afika terkejut saat memasuki kamar yang ternyata isinya adalah baju semua.

"Pakai yang ini nih keren, atau yang ini aja ni, wah yang ini juga bagus nih." Bunda memilihkan sebuah bikini untuk Afika, Afika tertawa melihat Bunda Diana yang terus memilih dan mencari.

"Aku cuma mau pakai satu kok Kak, malah semua di keluarin." Afika terkekeh geli.

Berbeda dengan Afika, Atta malah justru langsung tancap gas OTW ke kamarnya, dia benar benar terjebak dalam permainan Afika kali ini.

"Yang benar saja pantai? Bisa ketauan nih." Atta membuka rambut palsunya dan melihat rambut panjangnya, bila dia memakai rambut panjang pasti ketahuan dan bila pakai rambut palsu juga pasti ketahuan.

"Aku gak usah pakek rambut aja sekalian." Ucap Atta, dia akhirnya memotong rambutnya sendiri dan membuat penampilannya yang alami sebagai seorang pria tulen akhirnya terlihat.

"Atta! Jadi gak?" Afika mengetuk pintu kamar Atta dan sontak saja Atta buru buru menyembunyikan rambut yang berserakan dan membuka pintu.

"Eh, i...iya." Atta gugup melihat handuk yang melilit tubuh Afika dan sebuah tali bikini nampak di pundak mungil Afika.

Tata keluar menggunakan kemeja dengan rambut yang rapih dan celana kolor serta topi di kepalanya. Afika terkekeh dengan penampilan Atta dan ingatannya melambung membedakan Atta dan Tata yang memang sangat jauh berbeda, Afika menarik Atta dari ambang pintu.

"Ayo berenang..." Afika berteriak namun langsung di hentikan oleh Atta dan akhirnya mata mereka saling bertatap-an saat gravitasi tiba tiba menarik tubuh Afika.

"Kenapa?" Tanya Afika menatap Atta yang nampak dengan wajah sendu, Afika faham dengan perasaan pria itu dan mendekatinya.

"Kenapa sedih?" Tanya Afika lagi mengangkat wajah Atta hingga pandangan mereka saling beradu lagi, Tata menghela nafas panjang namun tak satupun kata yang mampu dia ucapkan.

"Apa karena ingatan ku? Atta tenang saja." Afika kian mendekati tubuh Atta dan mendekatkan bibirnya ke telinga Atta.

"Kamu lebih tampan jadi Atta saja bukan Tata." Bisik Afika dan sontak saja mata Atta membulat dan mengangkat wajahnya hingga keduanya saling berpandangan.

"Ka..kamu tahu?" Atta gelagapan dengan wajah merah menahan malu, bagaimanapun dia sosok laki laki yang tangguh bila ketahuan oleh kekasihnya menggunakan pakaian perempuan bukankah itu sangat memalukan?

"Sejak awal juga tahu, maaf aku terlambat mengatakan ini. Aku tahu kamu pasti punya alasan sendirikan? Tapi ada sesuatu yang ingin aku beri tahu sekarang." Afika menyelipkan tangannya di pinggang Atta.

"Aku cinta Atta." Blush seketika itu juga wajah Afika memerah, begitupun dengan Atta. Afika berusaha menelan salivanya yang tertahan di kerongkongan dia juga tak berani mengangkat wajahnya kini.

"Aku juga cinta Afika." Seperti anak kecil yang baru mengatakan perasaanya mereka tak sanggup bertatap muka akibat malu di antara keduanya.

Dari kejauhan nampak Bunda Diana dan Ayah Ben memperhatikan bagaimana dua manusia yang bersama itu, mereka tersenyum dan saling berpelukan. Sangat sulit hidup yang di jalani Atta dan Afika namun keduanya berharap agar mereka bisa bersama.

"Seandainya Naura masih di sini." Lirih Diana menyeka air matanya yang hendak jatuh, mereka adalah sahabat baik dan pulau itu sendiri juga di buat dengan keamanan yang tidak main main yang di ciptakan oleh Naura.

Atta memang si jenius luar biasa dalam segala hal dia berguru pada Naura dan melakukan segalanya dengan sempurna, namun mereka memiliki kelemahan yang hampir sama pula yaitu CINTA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!