Kau yang tersayang

Kecanggungan tercipta saat mereka melepaskan pelukan, ada sebuah rasa yang amat sangat sulit di jabarkan sebuah rasa aneh, antara malu, bahagia dan perasaan tak ingin jauh berpadu menjadi satu.

"I..itu, Afika suka berenang ya?" Tanya Atta sangat gila, kenapa dirinya bertanya seperti itu.

"Bukankah Atta yang lebih mengenal aku di bandingkan dengan diri ku sendiri ya? Kenapa kok tanya ke Afika? Afika bahkan lupa caranya berenang." Blush, saat itu juga wajah Atta memerah. Benar benar cinta mereka sangat murni namun mereka juga sangat malu dengan diri mereka sendiri.

Apa Afika tidak suka gaya rambutku? Dan saat kita di kostan kita suka tidur bersama dan Afika tahu, itu artinya.. Atta berbicara dalam hati yang sontak wajahnya kian memerah.

"Atta sakit?" Afika menempelkan punggung tangannya di kening Atta, Atta langsung menggenggam tangan Afika dan menggeleng.

"Eng..enggak kok, ayo aku ajarin berenang ya?" Atta menggenggam tangan Afika dengan lembut dan melangkahkan kakinya ke pasir pantai yang putih.

"Aku taruh ini dulu ya." Afika membuka handuknya hingga tubuh indahnya terpampang nyata dan membuat dada Atta cenat cenut, bila ini dalam komik mungkin dirinya sudah muntah darah untunglah ini novel.

Sebuah bikini berwarna biru langit memperlihatkan lekuk keindahan tubuh Afika, rambutnya yang panjang dan kulit putih serta wajah manisnya mampu membuat Atta ingin pingsan seketika, Atta tak berkedip menyaksikan keindahan yang terpampang di depan matanya.

"Ayo!" Ajak Afika meraih tangan Atta dan menariknya ke tepi pantai di mana kini ombak mulai membasahi kakinya, air di sana sangat dingin meski nampaknya matahari hari itu akan terik meski masih pagi.

"Mohon bantuannya ya Atta." Afika mulai memasuki Air bersama dengan Atta, di sana Afika di ajari dengan sangat sabar oleh Atta. Saat air sudah mencapai leher mereka Atta mengangkat tubuh Afika dan menyuruhnya untuk mulai menggerakkan kaki dan tangannya terlebih dahulu sebagai bentuk pemanasan.

Rambut Afika yang panjang membuat Afika kesulitan hingga akhirnya Atta kembali menarik tubuh Afika dan memberikan kekuatan pada gadis itu hingga dapat bergerak.

"Susah ya rambutnya, tahan di sini ya tangannya." Atta meminta Afika menahan tangannya di pundak Atta agar gadis itu tidak tenggelam. Tangan Atta yang terlatih mulai membuat sebuah sanggul kecil di rambut Afika tanpa bantuan apapun hingga rambut Afika terikat rapih tanpa bantuan alat.

"Sudah, sekarang pasti jauh lebih mudah." Atta menggenggam tangan Afika kini kedalaman air sudah mencapai 3 meter namun Afika tak takut sedikitpun asalkan Atta ada bersamanya.

Atta menggenggam tangan Afika lembut dan menjatuhkan dirinya sendiri pada air, Afika mengambil udara sebanyak mungkin kemudian ikut berenang bersama Atta.

Di dalam air Atta terkekeh melihat Afika yang menutup matanya, dan kembali membawa gadis itu ke atas dan membiarkan Afika kembali mengambil udara.

"Buka matanya, gimana bisa lihat keindahan laut kalo gak buka mata." Atta tertawa dan membuat Afika memasang wajah cemberut dan membuat Atta gemas.

"Nah di sana kedalamannya sudah 5 meter, ayo belajar masuk ke air sekarang ya?" Atta kembali meraih jemari Afika dan memberi kekuatan tambahan pada gadis itu untuk bergerak.

Afika membuka matanya dan kini dia bisa melihat bagaimana Atta menggenggam tangannya dengan lembut, ikan ikan nampak berenang bersama mereka Afika tersenyum lega, ada sebuah rasa indah yang muncul di hatinya, rasa yang mungkin tak akan pernah hilang selamanya.

Atta kembali membawa Afika ke atas dan Afika kini nampak sudah lebih baik, Atta tersenyum dan sebuah pose yang membuat Afika ketar ketirpun terpampang, Atta mengangkat rambut dari wajahnya ke aras hingga tampaklah sosok tampan yang selama ini selalu bersembunyi pada wajah cantik Tata.

"Masih mau lanjut berenang apa udah?" Atta bertanya dengan senyum di bibirnya.

"Sekali lagi yu." Afika kini berenang sendirian tanpa di pegang oleh Atta dan membuat Atta terkejut dan langsung mengejarnya, di dalam air laut Atta bisa melihat bagaimana gadisnya yang kini sudah dewasa, sosok yang selalu dia nanti siang dan malam itu.

Atta mengikuti Afika dia tersenyum melihat kelihaian Afika yang sama seperti Naura dan dirinya sendiri, saat masih kecil Attalah yang mengajari Afika berenang dan sekarang saat ingatan Afika menghilang dia pulalah yang mengajari Afika.

Atta sadar mungkin banyak hal yang berubah namun Afika adalah Afika, baik yang dulu ataupun sekarang dia tetaplah dia. Afika yang selalu di cintainya dan selamanya seperti itu, cinta pertamanya dan juga cinta sejatinya. Atta rela melakukan apapun demi Afika dan dia juga bersedia menjadi bagaimanapun demi gadisnya.

Afika dan Atta akhirnya menyelesaikan berenang mereka dan kembali ke tepi pantai, air laut yang tenang mampu membuat perasaan yang melihatnya ikut terbawa tenang, Atta menatap Afika yang kini menatap keindahan laut.

"Lain kali kita berenang lagi ya, sekarang Bunda pasti khawatir di dalam. Yu!" Atta mengulurkan tangannya, melihat Afika yang nampak tak rela meninggalkan pantai.

"Iya, terimakasih." Afika menerima uluran tangan Atta dan merekapun mengambil handuk Afika dan kemeja Atta dan kembali ke dalam rumah.

Kaki Afika dan Tata kotor saat itu hingga membuat keduanya harus membersihkannya terlebih dahulu, dari arah dapur terdengar Bunda Diana yang tengah memasak.

"Udah berenangnya kalian mandi dulu gih, Atta tolong tunjukan kamar Afika ya udah itu langsung ke sini buat makan." Atta mengangguk dan masih menggenggam tangan Afika.

"Ini kamarnya, Afika mandi dulu gih. Bajunya juga ada di dalam, kalo ada apa apa panggil aku aja." Atta membukakan pintu sebuah kamar di mana nampak sebuah kamar mewah namun terkesan sangat peminum.

"Ini kamar siapa?" Tanya Afika pura pura tidak tahu, padahal dalam lorong waktu dia sudah melihat bila itu adalah kamarnya yang sering dia pakai saat berkunjung.

"Itu kamarnya Afika." Ucap Atta yang nampak tidak rela melepaskan tangan Afika, namun dia sadar akan posisinya sendiri saat itu.

"Baiklah aku ke kamarku dulu." Atta memasuki kamarnya yang berada tepat di samping kamar Afika dan membersihkan diri mereka.

Afika yang sudah tahu dengan semua hal di kamar itu tidak terkejut, termasuk baju baju yang menumpuk di dalam lemari serta segala fasilitas mewah dan canggih di dalam kamar itu.

Berbeda dengan Afika kini Atta berjongkok di balik pintu kamarnya merasakan dadanya yang bergetar serta jantungnya yang berdetak sangat cepat, dia kembali mengingat saat Afika mengecupnya dan saat mereka berenang di laut. Atta sungguh merasa beruntung Afika tidak sebodoh yang dia bayangkan sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!