Suatu sore yang cerah, Nadia berjalan menuju rumah pamannya, Arief, dengan tekad yang kuat. Ia ingin memperingatkan Arief agar tidak lagi memberikan lokasinya pada orang tua Nadia. Nadia merasa bahwa ia perlu menjaga privasinya dan ingin menghindari campur tangan orang tuanya dalam kehidupannya.
Setelah sampai di rumah Arief, Nadia mengetuk pintu. Tak lama kemudian, Arief membuka pintu dan tersenyum menyambut keponakannya.
"Hei, Nadia! Ada apa?" tanya Arief dengan ramah.
Nadia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Paman, aku ingin bicara tentang sesuatu yang penting."
Arief mengangguk dan mengajak Nadia masuk ke ruang tamu. Mereka duduk berhadapan di sofa, kemudian Nadia mulai menjelaskan keinginannya.
"Paman, aku mohon, jangan beri tahu orang tua aku di mana aku tinggal. Aku merasa perlu menjaga privasiku," ujar Nadia dengan tegas.
Arief terdiam sejenak, lalu menjawab, "Baik, aku bisa mengerti keinginanmu. Tapi aku punya satu syarat."
Nadia menatap Arief dengan penuh perhatian, penasaran dengan syarat yang akan diajukan pamannya.
"Syaratnya adalah kamu harus tinggal di rumahku," kata Arief dengan tegas.
Nadia terkejut mendengar syarat tersebut. Ia berpikir keras, mempertimbangkan segala kemungkinan. Meskipun ragu, ia akhirnya mengangguk dan menerima persyaratan Arief.
"Baiklah, Paman. Aku setuju," jawab Nadia.
Arief tersenyum, "Terima kasih sudah memahami, Nadia. Aku hanya ingin memastikan kamu aman dan terlindungi."
Dengan berat hati, Nadia mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di rumah pamannya. Ia berharap bahwa keputusannya ini akan membantu menjaga privasinya dan memberinya kebebasan yang ia inginkan.
Beberapa hari setelahnya, Geo dan Nadia duduk di sebuah kafe yang nyaman, menikmati secangkir kopi sambil membahas novel yang sedang ditulis oleh Nadia.
Sebagai jurnalis investigasi, Geo memiliki banyak informasi dan wawasan yang bisa membantu Nadia dalam penelitian dan pengembangan cerita novelnya.
"Nadia, aku bisa memberimu beberapa informasi tentang topik ini, tetapi ada beberapa data yang harus aku simpan untuk diriku sendiri. Aku yakin kamu mengerti, kan?" ucap Geo.
Nadia mengangguk, menghargai bantuan yang diberikan Geo dan menghormati batasan yang ia tetapkan.
Tiba-tiba, Geo di panggil untuk mengambil pesanannya, awalnya Nadia menawarkan diri untuk mengambilnya, namun Geo menolak dan mengambilnya sendiri.
Ia meninggalkan ponselnya di atas meja, tidak menyadari bahwa layar ponselnya menampilkan gambar Jia.
Nadia, yang penasaran dengan gambar tersebut, tidak bisa menahan diri untuk melihatnya lebih dekat. Ia terkejut saat menyadari bahwa Jia adalah orang yang sama dengan foto yang ia temukan di laci pamannya, dengan stempel "selesai" di atasnya.
Nadia merasa bingung dan penasaran tentang hubungan antara Geo, Jia, dan pamannya. Ia mulai merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih rumit di balik semua ini, yang mungkin berkaitan dengan novelnya.
Ketika Geo kembali, Nadia mencoba untuk menyembunyikan rasa penasarannya dan melanjutkan percakapan tentang novel. Namun, di dalam hatinya, ia bertekad untuk menggali lebih dalam dan mencari tahu kebenaran tentang hubungan misterius ini.
Setelah pertemuan dengan Geo, Nadia merasa tergesa-gesa untuk kembali ke rumah dan mencari tahu lebih lanjut tentang foto Jia yang ditemukannya di laci meja kerja pamannya, Arief. Ia berharap dapat menemukan lebih banyak petunjuk tentang hubungan misterius ini.
Saat tiba di rumah, Nadia memastikan bahwa Arief tidak ada di rumah. Dengan hati berdebar, ia bergegas menuju kantor Arief dan mulai mencari foto Jia yang sebelumnya ia temukan.
Namun, setelah mencari dengan saksama, Nadia tidak berhasil menemukan foto tersebut. Rasa kecewa dan frustrasi mulai menyelimuti pikirannya.
Tiba-tiba, pintu kantor terbuka dan Bima, bawahan Arief, muncul di ambang pintu. Ia tampak curiga melihat Nadia yang sedang mengobrak-abrik laci meja kerja Arief.
"Nadia, apa yang kamu lakukan di sini? Apakah kamu mencari sesuatu?" tanya bima dengan rasa curiga.
Nadia, yang terkejut dan bingung, berpikir cepat dan menciptakan alasan untuk meyakinkan Bima.
"Oh, Bima! Aku hanya mencari buku catatan resep masakan yang pernah kubuat. Aku ingat meletakkannya di sini beberapa waktu yang lalu, dan aku ingin mencoba resep baru untuk makan malam nanti." ucap Nadia bohong.
Bima tampak ragu sejenak, namun akhirnya memutuskan untuk percaya pada alasan Nadia. Bima mempercayai alasan Nadia dengan mudah karena ia mengenal Nadia sebagai seorang yang jujur dan tidak pernah mencurigakan.
Selain itu, Nadia dikenal sebagai penulis dan sering mencoba resep baru untuk novelnya, jadi alasan tentang mencari buku catatan resep masakan terdengar masuk akal bagi Bima. Karena itulah, meski sempat ragu, Bima memilih untuk percaya pada Nadia dan membiarkannya sendirian di kantor Arief.
"Baiklah, jika kamu membutuhkan bantuan, beri tahu saja."
"Hm, terimakasih paman Bima." Ucap Nadia dengan senyum merekah, agar bima dapat sedikit teralihkan.
Nadia menghela nafas lega saat Bima meninggalkan ruangan. Ia menyadari bahwa mencari tahu kebenaran tentang foto Jia dan hubungannya dengan pamannya akan menjadi lebih sulit daripada yang ia bayangkan. Namun, rasa penasarannya semakin membara, dan ia bertekad untuk mengungkap misteri ini, tidak peduli seberapa sulit tantangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
R Suryatie
mudah2an Nadia bisa ikut mengungkap misteri kematian Jia
2023-10-06
1