Malam hari, Geo terbaring di tempat tidurnya, mencoba untuk tidur meskipun pikirannya dipenuhi oleh kenangan-kenangan tentang keluarganya. Tak lama kemudian, dia terlelap dan mulai bermimpi.
Dalam mimpinya, Geo berada di rumahnya bersama keluarganya. Suasana tampak bahagia dan damai, namun tiba-tiba suasana berubah menjadi gelap dan menakutkan. Sebuah kekuatan jahat yang tak terlihat mulai mengancam keluarganya. Geo merasa takut dan tidak berdaya saat dia mencoba melindungi Jia, Sua, dan Dika dari bahaya yang mengintai.
Geo berlari dari satu ruangan ke ruangan lain, mencoba menyelamatkan keluarganya. Namun, setiap kali dia hampir mencapai mereka, sesuatu menghalangi jalannya dan mencegahnya untuk melindungi mereka. Dia merasa seperti terjebak dalam labirin yang tak berujung, dihantui oleh jeritan dan tangisan keluarganya.
Ketidakberdayaan Geo semakin menjadi-jadi, dan rasa putus asa mulai menguasai hatinya. Dia berteriak, memohon agar kekuatan jahat itu melepaskan keluarganya, namun permohonannya tidak diindahkan. Satu per satu, dia menyaksikan anggota keluarganya menghilang dalam kegelapan, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan mereka.
Tiba-tiba, Geo terbangun dalam keringat dingin, napasnya terengah-engah dan jantungnya berdebar kencang. Dia menyadari bahwa itu hanyalah mimpi buruk, tetapi rasa ketakutan dan keputusasaan masih terasa begitu nyata.
Setelah terbangun dari mimpi buruknya, Geo merasa haus dan memutuskan untuk pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ketika dia berjalan keluar dari kamarnya, dia melihat Raka, sahabatnya yang juga tinggal bersamanya, sudah berada di dapur.
"Hei, Geo. Apa yang kamu lakukan di sini tengah malam begini?" tanya Raka.
"Aku baru saja terbangun dari mimpi buruk dan merasa haus. Kamu kenapa?" tanya Geo kembali.
"Sama, aku juga tidak bisa tidur. Ada yang ingin kamu ceritakan?" tanya Raka.
Geo mengambil segelas air dan duduk di sebelah Raka. Dia menarik nafas dalam-dalam, lalu mulai menceritakan mimpinya.
"Aku bermimpi tentang keluargaku, Raka. Dalam mimpi itu, aku tidak bisa menyelamatkan mereka dari bahaya yang mengintai. Aku merasa begitu tak berdaya dan putus asa. Aku mencoba menyalakan lentera untuk menerangi jalan dan melindungi mereka, tetapi setiap kali aku mencoba, api di dalam lentera seolah-olah tersedot oleh kegelapan. Aku terjebak dalam labirin yang tak berujung, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan mereka." ucapnya dengan rasa sedih yang mendalam.
Raka, yang selalu menjadi pendengar yang baik, menepuk bahu Geo dengan simpati.
"Geo, aku tahu trauma yang kamu alami karena kehilangan keluarga sangat berat. Mimpi buruk yang kamu alami mungkin merupakan cara pikiranmu mencoba mengolah perasaan dan kejadian tersebut," ucap Geo dengan lembut.
"Aku tahu, Rak. Tapi terkadang perasaan bersalah dan ketakutan itu begitu kuat, hingga aku merasa seperti tenggelam dalam keputusasaan." ucap Geo lagi dengan suaranya yang parau.
"Aku mengerti, Geo. Aku tidak bisa membayangkan betapa sulitnya bagi kamu. Tetapi, kamu harus mencoba untuk tidak menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi kita bisa belajar darinya dan berusaha untuk masa depan yang lebih baik." ucap Raka.
"Aku akan mencoba, Raka. Terima kasih," ucap Geo.
Raka tersenyum dan sekali lagi menepuk bahu Geo sebagai dukungannya. Mereka berdua duduk di dapur, berbicara sampai larut malam, berbagi rasa takut dan harapan mereka.
Keesokan harinya, seorang wanita yang sebelumnya ada di toko buku bersama Geo, yang tak lain adalah Nadia sedang mencari informasi untuk novelnya di kantor polisi. Dia berusaha mengakses beberapa berkas yang seharusnya tidak diakses oleh publik. Namun, saat sedang asyik mencari tahu, seorang petugas polisi menemukannya dan menjadi curiga.
"Hei, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu tidak seharusnya berada di area ini." tanya salah petugas di sana.
Nadia, yang terkejut dan panik, mencoba memberikan alasan. "Oh, maaf, aku tersesat. Aku tidak tahu bahwa aku tidak boleh berada di sini."
"Saya tidak percaya. Kamu harus menjelaskan apa yang kamu lakukan di sini." tegas Petugas tersebut.
Nadia yang merasa terpojok, mulai memberontak.
"Aku tidak melakukan apa-apa! Aku hanya mencoba mencari informasi untuk novelku. Biarkan aku pergi!"
Petugas, yang merasa situasinya semakin tidak aman, memutuskan untuk menahan Nadia sementara waktu.
"Kamu harus ikut dengan saya. Kami akan menahan kamu sementara waktu sampai kami tahu apa yang sebenarnya terjadi." ucap Petugas tersebut dengan tegas
Nadia, yang frustrasi dan marah, tidak punya pilihan selain mengikuti petugas tersebut. Dia dibawa ke sel tahanan dan menunggu nasibnya.
Di saat yang sama pula, Geo dan Raka baru saja tiba di kantor polisi untuk menanyakan perkembangan kasus.
Saat mereka melewati ruang tahanan, Geo melihat seorang wanita yang dikenalnya. Itu adalah wanita yang dia temui di toko buku, tampaknya dalam masalah.
"Raka, lihat! Itu wanita yang aku temui di toko buku. Apa yang dia lakukan di sini?"
Raka hanya terdiam sejenak dan memperhatikan wanita itu, lalu bertanya, “Lalu? Apa kau mau membantunya?”
Geo yang merasa prihatin pun, memutuskan untuk membantu.
"Tidak bisakah kau membantunya? Raka, aku tahu dia. Dia tidak seperti orang yang akan melakukan sesuatu yang ilegal," ucap Geo membela Nadia.
Meski ragu, ia setuju untuk membantu. Raka memutuskan untuk bertanya terlebih dahulu kepada tugas yang telah menahannya, lalu berbicara pada kepala polisi di sana.
Sementara Raka berbicara dengan kepala polisi, Geo mendekati wanita tersebut.
"Hai, apa lagi yang kamu perbuat? Kemarin mengambil buku ku dengan sengaja, lalu sekarang masuk ke dalam sel?" ucap Geo, mengejek wanita yang ada di depannya.
Wanita itu, terkejut dan lega melihat wajah yang dikenal, menjawab, "Hai, aku Nadia. Aku... aku hanya mencoba mencari beberapa informasi untuk novelku. Tapi aku tidak tahu bahwa itu akan membuatku berakhir di sini." Meski merasa kesal dengan ejekan Geo, setidaknya Nadia harus bersikap baik pada calon penyelamat yang ada di depannya ini.
"Jangan khawatir, Nadia. Raka, temanku sedang berbicara dengan kepala polisi. Dia akan mencoba membantumu." ucap Geo seraya memalingkan wajahnya.
Setelah beberapa menit berbicara dengan kepala polisi, Raka kembali dengan berita baik.
"Geo, Nadia, aku berhasil meyakinkan kepala polisi untuk membebaskan Nadia dengan jaminan. Tapi Nadia, kamu harus berjanji untuk tidak mencari masalah lagi."
"Tentu, Raka. Aku berjanji. Terima kasih banyak, Geo, Raka." ucap Nadia pasti.
Dengan bantuan Geo dan Raka, Nadia dibebaskan dari tahanan dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam mencari informasi untuk novelnya.
Setelahnya, Raka tetap di dalam kantor polisi untuk diskusi kasus Sua. Sementara Geo, pria itu keluar dan membantu Nadia mencari taxi.
Setelah mendapat satu taxi, Geo membukakan pintu untuk Nadia, namun Nadia menghentikannya dan memegangi ujung lengan kemeja Geo.
Geo menatap Nadia dengan dingin, “Apa lagi yang kau mau?” tanya Geo dengan suara datar.
"Itu, apa kau punya uang tunai untuk membayarnya? Aku tidak bisa menggunakan kartuku karena dibekukan." jelas Nadia.
"Oh, benarkah? Lalu bagaimana caramu kemari tadi?" tanya Geo penuh selidik.
"Kartuku dibekukan tadi pagi tepat saat aku menaiki taxi. Jadi aku hanya membayar nya mengunakan uang receh yang tanpa sadar ada dalam tas ku," jelas Nadia lagi.
"Apakah uang receh mu sudah habis sekarang?" tanya lagi, Geo.
Nadia hanya mengangguk pelan dan merasa malu karena meminta uang pada orang yang baru ia kenal.
Geo mengeluarkan dompet dari sakunya dan memberikan sejumlah uang tunai sepuluh lembar, dan di setiap lembarnya bernilai seratus ribu.
"Carilah beberapa pekerjaan paruh waktu untuk menghidupi dirimu sendiri. Uang ini, gunakanlah untuk mengisi perutmu sebelum mendapat gaji dari pekerjaanmu. Ingat itu!" ucap Geo seraya memberikannya pada Nadia.
"Terima kasih, aku berjanji akan mengembalikan uang ini padamu," ucap Nadia yang merasa sangat senang, namun sedikitnya ia menahan senyumnya karena merasa tidak enak pada Geo.
Geo hanya mengangguk dan mendorong pelan Nadia agar masuk ke dalam mobil taxi. Mengingat sesuatu, sebelum berjalan Nadia mengatakan sesuatu yang membuat Geo merasa sedikit kesal.
"Oh ya, jika bisa bertemu lagi nanti, bisakah kau memberikan aku nomor dari pria yang bernama Raka tadi. Dia cukup keren saat berbicara pada para petugas di kantor sana," ucap Nadia dengan senyumnya.
Nadia tak mengatakannya tanpa alasan. Ia secara langsung mengejek Geo, seperti saat Geo mengejek Nadia saat berada dalam sel tadi.
Geo sontak memerintahkan supir taxi untuk langsung jalan dengan suaranya yang keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments