Bab 4 : Perlindungan dan rasa bersalah.

Di sebuah kafe yang tenang, Geo bertemu dengan Raka, teman lama dan detektif yang telah membantu dia dalam beberapa kasus sebelumnya. Mereka duduk di sudut yang jauh dari keramaian, dengan secangkir kopi panas di antara mereka.

"Raka, aku perlu bantuanmu. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kematian Jia dan Dika." ungkap langsung, Geo.

Raka menatap Geo dengan ekspresi serius, mengetahui betapa beratnya beban yang dihadapi Geo.

"Aku sudah mendengar tentang apa yang terjadi, Geo. Itu benar-benar tragis. Tapi apa yang membuatmu merasa bahwa ada lebih banyak hal yang terjadi?" ucap Raka, berbelasungkawa.

Geo mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan pikirannya sebelum menjawab.

"Kematian mereka terjadi dalam waktu yang sangat dekat, dan cara mereka meninggal... itu bukan kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar di balik ini, dan aku perlu tahu apa itu." ucap Geo dengan penuh kegelisahan dan kecurigaan.

Raka mengangguk, memahami kecurigaan Geo.

"Baik, mari kita lihat apa yang kita miliki. Apakah ada bukti atau informasi yang bisa kita gunakan untuk memulai?"

Geo kemudian menceritakan semua yang dia ketahui dan temukan, termasuk perilaku Dika sebelum kematiannya dan fakta bahwa beberapa orang di lingkungan mereka telah melihat sosok mencurigakan mengikuti Dika beberapa hari sebelum kematiannya. Raka mendengarkan dengan penuh perhatian, mencatat detail penting dan mulai merumuskan teori.

"Ini memang mencurigakan, Geo. Aku setuju denganmu. Aku akan membantu kamu menyelidiki ini lebih lanjut. Kita perlu mengumpulkan lebih banyak bukti dan informasi sebelum kita bisa membuat kesimpulan apa pun."

Geo merasa lega mendengar kata-kata Raka. Dia tahu bahwa dengan bantuan Raka, mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengungkap kebenaran.

"Terima kasih, Raka. Aku benar-benar menghargai ini. Aku hanya ingin keadilan untuk Jia dan Dika."

Raka menepuk bahu Geo, memberinya senyuman penuh pengertian.

"Kita akan menemukan keadilan untuk mereka, Geo. Kita akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Sontak, Geo teringat sesuatu. "Dan untuk beberapa waktu ini, apakah aku boleh menitipkan Sua padamu. Hanya saja aku merasa tidak tenang membiarkannya berada di sisiku." pinta Geo.

"Baiklah, aku akan menjemputnya nanti sore ke rumahmu." ucap Raka menawarkan diri.

“Tidak, aku akan mengantarnya ke rumahmu. Setidaknya aku bisa berbincang dengan gadis iblis itu sampai tiba di rumahmu.”tolak Geo.

Sore harinya, Geo berjalan dengan langkah pasti menuju rumah Raka. Di sampingnya, adiknya, Sua, berjalan dengan ekspresi cemas dan penasaran. Geo melirik Sua dan mencoba memberinya senyuman yang menenangkan.

"Jangan khawatir, Sua. Kakak Raka baik, dia akan menjaga kamu dengan baik." ucap Geo meyakinkan Sua

Sua tampak ragu, menggigit bibir bawahnya. "Tapi aku ingin tinggal dengan kakak, Geo. Aku tidak mau ditinggal."

Geo merasa hatinya teriris mendengar kata-kata Sua. Dia berhenti dan mensejajarkan tingginya di depan Sua, menatap matanya yang penuh air mata.

"Aku tahu, Sua. Aku juga tidak mau meninggalkanmu. Tapi ini hanya sementara, ya? Kakak Raka akan menjagamu, dan aku akan kembali secepatnya."

Sua tampak sedikit lebih tenang, tapi masih cemas. "Janji, kakak?"

Geo mengangguk, tersenyum lembut. "Janji, Sua."

Sesampainya di rumah Raka, pintu depan terbuka dan Raka berdiri di ambang pintu, tersenyum ramah. "Halo, Geo! Dan siapa ini? Ah, kamu pasti Sua. Senang bertemu denganmu!"

Geo membalas senyuman Raka dan memperkenalkan Sua. "Ya, ini dia, Raka. Sua, ini Kakak Raka, teman baik kakak."

Raka mensejajarkan tingginya sama dengan Sua dan melambaikan tangan. "Hai, Sua! Kita akan bersenang-senang bersama, oke?"

Sua, yang awalnya tampak gugup, mulai tersenyum dan mengangguk. "Oke, Kakak Raka."

Setelah memastikan bahwa Sua merasa nyaman, Geo berpamitan kepada mereka. "Terima kasih banyak, Raka. Aku sangat menghargai ini. Aku akan kembali secepatnya."

Raka berdiri dan menepuk bahu Geo. "Tentu saja, Geo. Aku senang bisa membantu. Kita adalah teman, dan teman selalu ada untuk satu sama lain."

Geo berangkat, meninggalkan Sua di bawah pengawasan Raka. Meskipun hatinya berat, dia tahu ini adalah keputusan yang tepat. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan segera kembali dan membawa Sua pulang.

Beberapa hari setelahnya, saat malam hari. Malam yang gelap dan berangin, Sua merasa gelisah dan tidak bisa tidur. Dia merindukan Geo dan merasa perlu untuk menghirup udara segar. Sua memutuskan untuk pergi ke jembatan sungai, tempat dia sering merenung dan mencari ketenangan.

Meski malam sudah larut, Sua merasa perlu untuk pergi. Dia berpikir bahwa dia hanya akan pergi sebentar dan tidak akan ada yang tahu dia pergi. Dia berjalan perlahan menuju jembatan, merasakan angin malam yang sejuk menerpa wajahnya.

Sementara itu, pria misterius yang telah mengawasi rumah mereka melihat Sua pergi sendirian, mengikuti Sua dengan diam-diam.

Ketika Sua tiba di jembatan, dia berdiri di tepi, memandangi air sungai yang mengalir di bawah. Dia merasa sedih dan kesepian, merindukan Geo dan hari-hari ketika mereka bisa bersama.

Tiba-tiba, pria misterius itu muncul dari kegelapan, membuat Sua terkejut. Pria misterius itu mendekat dengan cepat, membuat Sua mundur beberapa langkah.

"Kau tahu sesuatu yang tidak seharusnya kau ketahui."

Sua, yang ketakutan dan bingung, mencoba berbicara dengan pria misterius tersebut.

"Aku tidak tahu apa-apa! Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan! Pergilah dan biarkan aku sendiri!" ucap Sua ketus.

Pria misterius, yang marah dan tidak percaya, mendorong Sua ke sungai. Sua berteriak ketakutan saat dia jatuh ke dalam air yang dingin dan gelap.

Di malam yang sama, Raka merasa ada yang tidak beres. Dia tahu bahwa Sua seharusnya berada di rumahnya, namun dia merasa gelisah dan tidak bisa tidur. Dia memutuskan untuk memeriksa di seluruh sudut rumah dan menemukan bahwa Sua tidak ada di dalam rumah.

Raka merasa cemas dan memutuskan untuk mencari Sua. Dia ingat bahwa Sua sering berbicara tentang jembatan sungai, tempat dia sering merenung dan mencari ketenangan. Raka berlari menuju jembatan, berharap dia akan menemukan Sua di sana.

Saat Raka tiba di jembatan, dia melihat pria misterius dan Sua berdiri di tepi jembatan. Dia berlari secepat mungkin, berteriak memanggil nama Sua.

"Sua! Jangan!"

Namun, sebelum Raka bisa mencapai mereka, pria misterius itu mendorong Sua ke sungai. Raka berlari ke tepi jembatan dan meraih tangan Sua tepat sebelum dia jatuh.

"Sua! Pegang erat tangan kakak!"

Sua mencoba memegang tangan Raka sekuat tenaga, namun arus sungai yang kuat membuatnya sulit untuk bertahan.

Terlebih, pria misterius itu tiba tiba menyayat lengan tangan Raka yang digunakan untuk memegangi Sua, dengan sayatan yang amat dalam.

Darah mengalir melewati tangan Raka sampai ke tangan Sua. Melihat itu, Sua tak ingin, sampai Raka menjadi korban selanjutnya dari pria misterius itu

Dengan air mata di matanya, Sua melihat Raka dan berbisik, "Maafkan aku, Kakak Raka."

Sebelum Raka bisa merespons, Sua kehilangan pegangannya dan jatuh ke dalam air sungai yang gelap. Raka berteriak ketakutan dan kesedihan, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan Sua.

Raka berdiri di tepi jembatan, memandangi air sungai yang mengalir dengan cepat. Dia merasa hancur, mengetahui bahwa dia hampir menyelamatkan Sua, namun gagal.

Di sisi lain, pria misterius menyunggingkan senyumnya dan berjalan menjauh dari jembatan tersebut.

Raka berdiri di tepi jembatan, tubuhnya gemetar dan hatinya terasa seperti terbelah dua. Air sungai yang gelap dan beriak di bawahnya tampak menelan semua harapan dan kebahagiaan. Dia merasa seolah-olah dunianya runtuh dalam sekejap.

"Sua...," namanya tergantung di udara, seolah-olah dia bisa memanggil Sua kembali dengan suaranya yang patah.

Dia merasa kehilangan yang tak terukur. Sua, adik kecil yang dia janji akan melindungi, telah hilang di depan matanya. Raka merasa seperti bagian dari dirinya telah hilang bersama Sua.

Raka meraih pagar jembatan, merasakan dingin logam menembus kulitnya, seolah mencoba menggantikan rasa sakit di hatinya. Dia menatap air sungai yang gelap, matanya terbelalak, menatap ke dalam kegelapan yang telah menelan Sua.

"Sua... aku minta maaf. Aku seharusnya melindungi mu..."

Raka merasakan air mata mengalir turun di pipinya, tetapi dia tidak bisa merasakannya. Dia merasa mati rasa, seolah-olah dia terjebak dalam mimpi buruk yang tak berkesudahan.

Dia berdiri di tepi jembatan untuk waktu yang lama, membiarkan rintik air hujan mencuci rasa sakit dan penyesalannya. Dia merasa seolah-olah dia telah gagal, tidak hanya sebagai penjaga Sua, tetapi juga sebagai teman.

Terpopuler

Comments

🥜Shangrai Hark🌰

🥜Shangrai Hark🌰

Apakah ceritanya berbelit-belit? atau bagaimana? jelaskan lah, agar aku bisa memperbaikinya. ☺️☺️

2023-09-17

0

R Suryatie

R Suryatie

Sampe sejauh ini aku msh menyimak ceritanya

2023-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!