AIRPORT

"Please pay attention ladies and gentlemen

French aircraft with flight number Y585

destined for Incheon Korea has landed"

  Suara Airports announcement terdengar di seluruh penjuru bandar udara Incheon internasional. Petugas pengumuman itu mengumumkan bahwa salah satu pesawat telah mendarat dengan baik.

  Kini waktu menunjukkan pukul 14.50 KST pada arloji Rolex yang terpasang apik di tangan kiri milik pria seusia sekitar 50tahun yang kemungkinan baru saja mendarat dari penerbangan nya.

Ia berjalan dengan gagah sambil membawa tas ber-merk yang bertuliskan Louis Vuitton di tangan kanan-nya. Ia bersama kedua bodyguard yang berjalan sedikit tertinggal di belakang. Jika di lihat dari barang branded yang menghiasi tubuh kekarnya, sepertinya dia bukan orang sembarangan.

"tuan, saya sudah siapkan mobil dan supirnya sesuai permintaan tuan."

"supirnya kamu suruh pulang saja, saya cuma butuh mobilnya."

"tapi tuan, keselamatan anda adalah tanggungjawab saya"

"saya sama Tama"

"baik tuan"

Tugas pengawalnya hanya untuk menjaga Kim NamJoon selama perjalanan dari Paris ke Korea, sesampainya di bandara ada seseorang lagi yang bertugas untuk mengemudi mobil yang akan di naiki oleh NamJoon. Namun lelaki tua itu malah menyuruh pengawalnya untuk pulang dan memilih di jemput oleh anak sulungnya.

Kriiingg.. kriiingg...

  Dering pada ponsel berulang kali terdengar dari benda pipih yang di letakkan di atas dashboard mobil berhasil membuat atensi Seokjin sepenuhnya melihat ke arahnya.

Ia yang sedari tadi fokus pada jalanan yang cukup ramai di hadapannya itu langsung meraih ponsel untuk melihat siapakah yang begitu berani mengganggu waktu yang amat berarti baginya.

  Keduanya baru menempuh jarak setengah dari keseluruhan perjalanan De ochtend cafe ke arah kantor. Jalanan yang cukup padat membuat mobil mereka terpaksa harus berbaris dengan mobil lain di tengah jalan akibat macet, hal itulah yang menyebabkan keduanya tak kunjung sampai di kantor milik Seokjin.

"papa?" (ia mengernyit bingung)

Ia menggulirkan layarnya kesamping kanan untuk menerima panggilan tersebut dan langsung melontarkan kalimat guna untuk menyapa seseorang di seberang sana.

"halo pa? ada apa?"

"Jemput papa di bandara"

"hah? papa jangan becanda, Tama lagi banyak kerjaan pa, sibuk."

"sibuk apa kamu? ketimbang jemput papa aja ngga mau"

"bukan gitu pa, lagian Tama lagi di luar sama Joena. Tama anterin Joena ke kantor dulu ya, nanti baru jemput papa"

"kelamaan, udah bawa aja calon menantu papa itu. Papa liat di map jalan yongsan sedikit macet juga, papa ngga mau nunggu lama ya bang"

"siapa yang menantu papa? yaudah kalau gitu Tama telpon Nalen aja biar jemput papa?"

"papa bilang kamu yang jemput papa."

"tut.. tut.. tut.."

"halo pa? halo? "

NamJoon memutus sepihak panggilan teleponnya, kemudian di susul dengan pesan singkat yang Ia kirim lewat iMessage.

  Seokjin sedikit menepi di ujung jalan untuk memeriksa kembali ponselnya. Sementara itu Joena masih terlelap dan terlihat begitu tenang, sama sekali tak terganggu oleh obrolan Seokjin dengan seseorang di dalam telepon. Seokjin melirik sekilas ke arah Joena, dirinya tak tega membangunkan gadis Rebel itu akhirnya ia tak meminta ijin untuk membawanya pergi bersama menjemput sang ayah.

[share_loc.📍]

   Pesan singkat yang Seokjin terima dari ayahnya menunjukkan Navigasi yang memperlihatkan arah ke Incheon Internasional airport. Perkataan Namjoon tak berbohong ketika ia mengatakan kepada Seokjin untuk menjemput dirinya di bandara.

Seokjin yang melihat pesan singkat itu lantas memutar balikkan mobilnya menuju bandara tempat ayahnya berada.

   "Cham isanghae bunmyeong nan neoreul neomu saranghaessneunde

Modu neoege majchugo neol wihae salgo sipeossneunde

Geureolsurok nae mamsogui pokpungeul gamdanghal su eopge dwae

Utgo issneun gamyeonsogui jinjja nae moseubeul da deureonae I'm the one I should love in this world.. "_epiphany_

   Seokjin memutar lagu kesukannya dan ikut serta menyanyikan beberapa bait lirik tersebut. Ia sedikit menaikkan volume pada radio mobil hingga tanpa sadar dirinya membangunkan atensi yang sedang terlelap sejak tadi.

   Joena membuka matanya perlahan dan netranya fokus ke arah pengemudi yang sedang asik melantunkan beberapa lirik lagu tersebut. Seokjin tak menyadari itu, Joena-nya tersenyum simpul mendengar suara Kim Seokjin yang bisa di bilang bagus untuk ukuran seseorang yang bukan penyanyi. Joena tak menyangka bahwa orang sinting di sampingnya ini bisa bernyanyi dengan indah. Hingga satu deheman membuat fokus Seokjin beralih kepada gadis yang memandanginya dari tadi.

Seokjin berhenti bernyanyi dan dirinya mendadak salah tingkah karena Joena yang tersenyum ke arahnya.

" maaf mengganggu tidurmu"

"engga, emang udah bangun dari tadi kok."

bohong, Joena baru saja bangun dari tidur nya akibat Seokjin yang memutar musik sedikit lebih keras. Namun dirinya memilih untuk tidak mempermasalahkan hal yang baru saja mengusiknya.

"so beautiful"

"apa?"

"suara Oppa"

"thanks"

  Seokjin tersenyum simpul ketika Joena memujinya, dan Joena bisa melihat itu dari sudut matanya.

Joena menatap kearah jalanan di depan untuk memastikan dirinya akan segera sampai di kantor atau belum. Joena merasa sudah sangat lama dirinya tertidur, namun matanya terbelalak ketika menyadari jaraknya semakin menjauh dari arah kantor. Ia sudah paham sekali tentang jalanan ke arah kantor milik Seokjin, namun jarak yang sekarang ia tempuh justru menjauh dari KIM'S imperial group.

"O-oppa, where are we going? kenapa kita semakin menjauh dari kantor?"

"bandara"

"w-what??"

   Joena yang baru saja bangun dari tidurnya itu mendadak linglung, ia berusaha mengumpulkan nyawanya yang dirasa masih belum sepenuhnya terkumpul,Ia mencoba mengingat-ingat kejadian apa yang di laluinya bersama lelaki yang duduk di sampingnya itu sebelum dirinya tertidur. tapi tak terdapat tanda-tanda aneh di antara keduanya. lantas mengapa Joena di bawa ke bandara oleh Kim Seokjin?

"lo mau culik gue ya? turunin gue sekarang!!"

  Seokjin mengernyit bingung, culik? betapa bodohnya gadis itu batin Seokjin tertawa geli di buatnya. Apakah dirinya tertidur selama itu sampai otaknya buntu? Joena yang menunjukkan rasa cemas itu membuat Seokjin mempunyai fikiran jail. Ia berencana akan menggoda Joena sedikit saja.

"kalau iya memangnya kenapa? lagipula sekarang jarak untuk pulang ke kantor saya sudah cukup jauh, saya yakin kamu tidak bisa kembali tanpa saya"

"no.. no.. no.. Oppa lo mau bawa gue kemana anjing?! "

"watch your mouth Joena, saya akan bawa kamu pergi jauh dan tidak ada siapapun yang tau. just you.. and me" dengan suara mengintimidasi dan terdapat penekanan di kalimat terakhirnya.

   Jantungnya bak merosot ke lantai, bagaimana mungkin Kim Seokjin punya fikiran seperti itu kepada dirinya? mungkinkah otaknya sudah rusak karena cemburu sehingga menjadikannya seperti ini? Joena bergelut dengan pikirannya sendiri dan tanpa ia sadari ketakutan nya membawa sebutir air mata turun membasahi pipi gembilnya.

"hiks.. hiks.. Daddy, what do I do? " Joena terisak kecil.

   Sungguh Seokjin menggigit pipi dalamnya kuat, ia tak sanggup ingin menertawakan gadis itu langsung di depan mukanya. Hidungnya yang mungil dan penuh dengan pipi gembul itu memerah bak tomat, wajahnya berantakan akibat air mata yang terus menerus turun ke pipi gembulnya. Sementara itu Joena tak henti memanggil nama ayahnya berulang kali.

"hahaha, Joena kamu lucu sekali"

  Seokjin tak bisa menahan tawanya lebih lama, ia tergelak tanpa henti dan mengusak rambut Joena acak. Dirinya hanya bermaksud untuk menggoda sedikit gadis Rebel nya, namun respon Joena justru di luar kendali Seokjin, ia tak menyangka Joena-nya akan menangis hanya karena dirinya yang membohongi akan menculik Joena.

"sialan lo ya malah ketawa, turunin gue sekarang gue ngga mau ikut lo sinting!!"

Joena terus meracau, hal itu semakin membuat Seokjin terbahak-bahak di buatnya. Kenapa respon gadis ini begitu berlebihan? pikirnya. Namun Joena menangis semakin kencang, ia ketakutan akan perkataan Seokjin yang akan menculiknya. Padahal jika di pikir-pikir tak ada ruginya ia di culik seseorang yang selalu muncul dalam benaknya belakangan ini.

  Seokjin tak tega melihat mata Joena yang semakin sembab akibat air mata yang mengalir deras di pipinya. Ia kemudian memberikan beberapa lembar tissu dan di raih dengan baik oleh Joena. Ia melepas seat-belt nya dan langsung memeluk gadis yang sedang ketakutan itu setelah Joena selesai dengan sesi mengelap air matanya menggunakan tissu yang di berikan oleh Seokjin.

"husstt, maafkan saya Joena. Saya bercanda, saya tidak mungkin menculik kamu. saya bukan laki-laki seperti itu"

Ia mengelus punggung Joena dan tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk mengusap rambut Joena dengan lembut. Ia merasa sangat bersalah kepada Joena, ia tak pernah mengira akan jadi seperti ini akhirnya.

"y-you sure?"

  Joena terisak di pelukan Kim Seokjin, ia menunggu jawaban dari sang dominan untuk memastikan ucapannya barusan benar, Ia tak suka jika Seokjin bercanda seperti itu. Di satu sisi Joena merasa senang karena tak perlu memikirkan bagaimana caranya agar Seokjin bisa tertawa bersama dengannya lagi seperti semula. Namun cara Seokjin salah, Joena yang hatinya selembek tahu itu justru tak bisa menerima candaan se-sepele itu.

"of course i'm sure Joena,sudah jangan menangis."

  Joena membalas pelukan Seokjin tak kalah erat, ia mencari posisi ternyaman dalam peluknya. Jemarinya meremat ujung kemeja milik sang dominan dan wajah mungilnya terbenam dalam dada bidang milik lelaki bermarga Kim itu. Kini isak tangisnya mulai mereda dan hampir tak terdengar. Untuk sementara waktu biarlah seperti ini, keduanya menikmati kehangatan yang tersalur lewat pelukan satu sama lain hingga Joena-nya kembali tenang.

"kita ke bandara mau jemput papa saya, tadi saya lihat kamu masih tertidur pulas jadinya ngga tega bangunin kamu"

  Seperti mendapat serangan bertubi-tubi, Joena dengan cepat melepas pelukan Kim Seokjin dengan sedikit kasar, dengan berat hati Joena harus mengakhiri sesi berpelukan nya itu kala mendengar Seokjin berkata demikian. Apa-apaan batinnya, perkataan Seokjin kali ini membuat Joena kaget dua kali lipat dari ucapannya yang akan menculik dirinya.

"ngga, I wanna go down and.. and comeback to the company"

Jawabnya gugup dan berusaha melepas seatbelt yang terpasang rapi di kursi yang ia duduki namun rasanya sangat susah dan seakan mengharukan dirinya untuk tetap duduk.

"ngga bisa, saya yang repot kalau harus turunin kamu di tengah jalan"

"then why you didn't ask me for the first?"

"kamu pulas begitu"

"just wake me up"

"ck.. tugasmu cuma duduk diam dan nurut Joena"

"tapi ketemu ayahnya Oppa kan? do I wear nice clothes? no no no balik sekarang gue ngga mau ketemu sama om.. idk his name, please"

"cuma ketemu,say hi and then done. Kamu dress well atau tidak juga ngga bakal ngaruh ke papa saya, gausah lebay."

  Seokjin memangkas pembicaraan nya dengan lugas, gadis Rebel nya itu sangat overreacted dengan segala hal yang Seokjin katakan, padahal tinggal duduk diam dan mengikuti kemana arah mobil itu pergi. Perkataannya sedikit menyakitkan, namun begitulah kenyataannya. Penampilan Joena tak akan berpengaruh apapun terhadap Namjoon, lagipula ini bukan acara formal yang mengharuskan Joena memakai stelan kemeja ataupun gaun dan sebagainya.

"t-tapi.. " ucapannya menggantung di tenggorokan, seakan ada benda berat yang mendorongnya masuk ke dalam perut.

"apakah kamu selalu seperti ini ketika hendak bertemu orang tua Jason?"

  Pertanyaan macam apa ini? mengapa mulutnya begitu frontal dan blak-blakan, hingga beraninya menanyakan hal yang mungkin saja bisa membuat Joena tersinggung.

Benar saja, Joena terdiam ketika mendapat pertanyaan tak bermutu seperti itu. Ia merenung memikirkan-nya dengan sangat dalam. Joena bukan tak mau menjawab pertanyaan Seokjin, namun dirinya tak tau harus menjawab apa sedangkan selama ini dirinya memang tak pernah di perkenalkan oleh Jason ke orang tuanya.

Joena mendadak mengingat perkataan Jiya tempo hari lalu yang mengatakan Jason bersama wanita lain. Joena mulai berfikir apakah Jason serius dengannya apakah dirinya hanya di jadikan sebagai mainan belaka.

Seokjin yang menyadari perubahan ekspresi Joena langsung mengalihkan perhatian dengan memanggil nama gadis itu. Namun beberapa kali Seokjin menyebutkan namanya, gadis itu sama sekali tak bergeming dan memilih acuh.

"Joena are you okay?"

Tangannya tanpa sadar terulur meraih tangan mungil yang sedang meremat fabrik kain celananya sendiri, Ia mencoba memanggilkan nama yang lebih muda lagi

dan Joena menoleh ke arah Seokjin, memastikan bahwa dirinya baik-baik saja dan memilih untuk tidak mendebat apapun lagi dengan laki-laki di hadapannya.

"I'm okay, I follow wherever you go Oppa, c'mon"

Seokjin mengangguk sekilas dan melanjutkan perjalanannya menuju bandara.

...----------------...

Keduanya sampai di parkiran bandara tempat mereka tuju. Namun Joena merasa tenggorokan nya sangat kering dan tak tahan ingin segera membasahinya dengan minuman segar. Tapi Joena lupa bahwa di mobil sang partner bisnisnya itu sama sekali tak terlihat ada satupun botol air.

"ayo Joena"

"I'm thirsty oppa"

"kamu tunggu di lobby 3,saya belikan kamu minum sebentar"

"ngga mau, mau ikut Oppa"

"sama kamu lama, saya sendiri saja"

"yaudah 5 menit, gue tunggu di dalem"

"suka suka saya"

"Oppaaaa!! yaudah kalau gitu Joena ikut"

"fine 5 menit"

"Americano coffee"

"ada lagi? "

"emmm (raut wajahnya seolah sedang berpikir sebelum akhirnya ia memutuskan untuk meminta Seokjin sekalian membeli beberapa camilan) beliin snack kering sekalian"

"ngga sehat Joena, ganti yang lain"

"ihhh sekali-sekali Oppa, please"(memasang wajah seimut mungkin berharap Seokjin akan menurutinya)

"don't put your smile on me, jawabannya tetap tidak"

Seokjin tak menghiraukan Joena yang tengah bersungut-sungut akan penolakannya yang begitu kejam. Gadis itu mencibir berkali-kali hingga bibirnya kerinting namun respon Seokjin tetap acuh dengan segala tingkah yang Joena buat.

Joena mau tak mau harus menuruti Seokjin untuk menunggunya di lobby 3, padahal dirinya ingin sekali memilih minuman yang ia mau, namun Seokjin tak memberinya izin untuk ikut dengannya. Terpaksa dirinya hanya memesan Americano coffee karena Seokjin tak membolehkannya membeli makanan kering lainnya.

Di perjalannya menuju toko minuman, Seokjin menyempatkan untuk menelpon sang ayah dan memberinya intruksi agar menunggu di tempat yang sudah Seokjin tentukan.

"pa, tunggu Tama di lobby 3 ya, Tama beli minum bentar"

"abang jadi bawa menantu papa?"

"menantu apa sih pa?"

"loh yang kata Nalen ciuman sama abang itu, yang tadi lagi sama abang. Kalau ngga salah namanya Jo..Joo..Joanna,iya bener Joanna"

"Joanna siapa lagi pa? Joena kali."

"hahaha berarti bener kan itu menantu papa"

"terserah papa"

"loh ko abang salting?"

"ngga ada yang salting pa, tunggu di sana aja sama Joena, abang beli minum dulu"

Namjoon tertawa geli di seberang sana, dirinya sangat suka menggoda anak-anaknya terutama Seokjin diratama. Ia semakin penasaran wanita mana yang mampu membuat anak sulungnya itu sampai salah tingkah ketika di goda sedikit olehnya. Seokjin bukan tipe orang yang gampang menaruh perasaan terhadap wanita, mau secantik apapun orangnya jika bukan Seokjin sendiri yang memilih, dia tidak akan tertarik.

Maka dari itu ayahnya sangat penasaran kepada sosok Joena yang menjadi alasan anaknya itu jatuh cinta.

Hampir sepuluh menit Joena duduk di kursi tunggu namun atensi Seokjin tak kunjung terlihat oleh mata. Joena bukan tipe orang yang suka menunggu lama, jadi seberapapun waktunya akan tetap terasa sangat lama bagi Joena. Ia akhirnya berfikir apakah seperti ini yang di rasakan Seokjin ketika dirinya meminta untuk menunggunya di cafe saat bersama Jason? sebenarnya belum terlalu lama juga Seokjin meninggalkan Joena, namun ia tetap merengek layaknya anak kecil yang di tinggalkan oleh ibunya.

Joena memainkan ponselnya guna untuk membunuh bosan yang menyelimuti. Alih-alih mencari kesibukan agar dirinya tak merasa suntuk karena Seokjin, ia justru sangat murka ketika dengan tak sengaja seseorang menyenggol ponsel yang ia genggam hingga terpelanting ke lantai. Dirinya cepat-cepat mengambil Ponsel yang jatuh dan mengusapnya berharap ponselnya tidak mati.

Joena merutuki laki-laki yang berdiri di depannya.

"woy, jalan pake mata dong!! ngga lihat apa ada or -

//oh my god ganteng banget tuhaaann jantung gue mau copot."

Joena reflek menutup mulut dan pupil matanya yang kian melebar ketika netranya bertemu tatap pada laki-laki yang tak sengaja menyenggol ponsel nya.

"maaf, saya tidak berhati-hati. apa ponsel kamu rusak? biar saya ganti"

Satu kalimat terucap dari mulut lelaki berambut sedikit putih karena uban. Itu Kim NamJoon, ayah dari seseorang yang di juluki manusia sinting oleh Joena.

Dirinya hendak duduk di kursi yang sama seperti Joena, namun sialnya tas yang ia bawa dengan tak sopannya menyenggol ponsel Joena hingga jatuh.

"ah s-saya minta maaf om sudah bicara tidak sopan sama om, ponsel saya tidak apa-apa kok om ngga usah di ganti"

Joena berusaha menggariskan senyuman dengan semanis mungkin agar pria itu tak mempermasalahkan perkataannya. Dan benar saja, laki-laki setengah tua itu justru meminta izin agar bisa duduk di sebelah Joena.

"can I sit here, young lady?"

"y-yep sure om duduk aja"

"siapa namamu?"

"saya Lee Joena om"

"oh, kamu di sini nunggu jemputan atau apa?

" tidak om, saya nunggu teman saya. dia lagi beli minum dan kami disini mau jemput ayahnya teman saya, kalau om sendiri bagaimana? "

"saya juga nunggu anak saya, dia bilang lagi beli minum sebentar tapi saya sudah nunggu dari tadi ngga datang-datang"

Lee Joena? sepertinya saya pernah mendengar nama ini. Apa mungkin ini perempuan yang bersama Tama? tujuannya disini juga sama-sama menunggu seseorang, aishh saya lupa minta foto Joena ke Tama lagi. NamJoon bergumam dalam hati, ia mengamati gadis muda yang sedang duduk bersamanya dan menebak-nebak apakah gadis itu yang akan menjemputnya bersama Seokjin.

Sementara Joena, ia sungguh ingin berteriak sekencang mungkin akibat dirinya yang terus di tatap oleh seseorang yang duduk di depannya. Menurut Joena lelaki yang rambutnya sudah di tumbuhi beberapa uban itu sangat tampan dan ketampanannya tak kalah dari Seokjin maupun Jason yang Joena yakin usianya berada jauh di bawah lelaki itu.

Keduanya saling bertukar pertanyaan dan tak ada rasa canggung sama sekali, padahal Joena tipe orang yang tidak akan berbicara panjang lebar kepada orang yang tak di kenalnya, namun kali ini justru Joena yang cerewet dan tidak malu seperti sebelum nya. Mungkin karena orang itu kelewat tampan atau apa, hanya Joena yang tahu.

tak lama kemudian Kim Seokjin pun datang dengan kantong kresek yang ia genggam di tangan kanannya, betapa terkejutnya ia ketika melihat pemandangan yang sangat tak terduga di depan mata.

"papa?Joena? "

Seokjin memecah fokus kedua orang yang sedang asik mengobrol hingga tak menyadari kedatangan Seokjin sedari tadi.

keduanya menoleh kearah sumber suara tersebut dan tentu saja Joena dengan segala ke overreacted-an nya menganga dan tak mempercayai bahwa seorang laki-laki tua yang ia kagumi adalah ayah dari manusia sinting yang menjadi pusat perhatian nya saat ini.

"hah? papa... " -Joena.

Terpopuler

Comments

Kimmy_Chan

Kimmy_Chan

laki gue emang tamvan...🥰🤭

2024-09-25

0

Kimmy_Chan

Kimmy_Chan

udah pikun kah kek nya bapak nya Tama

2024-09-25

0

Kimmy_Chan

Kimmy_Chan

bukan lagi 😄

2024-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!