Istri Kedua TUAN IMPOTEN
"Kamu itu payah sekali sich, Mas! Aku sudah berpakaian sesexy ini tetapi kamu abaikan begitu saja. Kapan aku bisa merasakan terpuaskan oleh kamu, Mas? Bahkan aku sudah seperti wanita malam yang menari-nari di depan kamu, dan menggoda agar kamu bereaksi tetapi ujung-ujungnya aku harus kecewa karena kamu tidak bisa diandalkan."
Luna jelas murka, dua tahun berumah tangga tak kunjung merasakan kejantanan sang suami. Nafkah lahir terpenuhi tetapi tidak dengan nafkah batin yang selalu membuat patah hati. Sang suami mengidap penyakit disfungsi ereksi, yaitu impoten dan itu membuat Luna selalu murka setelah usahanya berujung sia-sia.
Kalandra segera mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai setelah cumbuan panas ia lakukan tetapi tak membuat si Joni bangun dan mau masuk kandang. Hanya di awal permainan ia merasakan si Joni terjaga tetapi saat ingin mengeksekusi sang istri lagi-lagi gagal. Si Joni mendadak lemas dan enggan bangun kembali.
"Kamu sudah tau kan jika aku tidak mampu! Jangan terus merajuk, Sayang! Bagaimana jika kamu aku puaskan seperti biasa? Tak jauh beda rasanya dari pada kamu menahannya."
"Terserah kamulah, Mas! Pusing kepala aku," keluh Luna yang sampai saat ini begitu menginginkan sang suami yang tampan dan gagah tetapi loyo saat di ranjang.
Kalandra mengulum senyum, inilah kegiatan yang sudah dua tahun dia lakukan. Memuaskan sang istri hingga wanita itu mengerang panjang. Meski tak mampu menyatu, tetapi Kalandra mampu membuat Luna lemas setelah mencapai puncaknya berulang kali.
Pagi ini Luna membantu suaminya untuk bersiap berangkat ke kantor. Seperti biasa, dia akan melayani Kalandra dengan baik sebelum ia pun pergi ke butik.
"Hari ini jadi ke Surabaya, Mas?"
"Jadi Sayang, maaf ya aku tidak bisa pulang malam ini. Kamu harus tidur sendiri tanpa pelukan hangat dariku," jawab Kalandra lembut.
"Pelukan saja tanpa bercinta, kecut Mas!" protes Luna.
"Sabar donk Sayang, aku kan juga lagi berusaha. Lusa aku check up lagi." Sudah tiga bulan Kalandra melakukan pengobatan di rumah sakit besar agar bisa kembali sehat dan memenuhi kebutuhan biologisnya. Namun, belum kunjung ada hasil membuatnya harus lebih bersabar lagi. Meskipun terkadang Kalandra frustasi dan hampir menyerah.
Usahanya pun didukung sang sahabat yang kini menjadi asistennya. Bahkan diam-diam Yuta mencarikan wanita bayaran untuk membantu Kalandra agar cepat sembuh tetapi hasilnya tetap sama. Si Joni tak kuat bertahan bahkan terkadang enggan terjaga.
"Ya sudah semoga kali ini ada hasil, Mas."
"Mudah-mudahan Sayang..."
Sesampainya di kantor Kalandra segera menyiapkan berkas-berkas yang akan dibawa, begitupun dengan Yuta yang ikut membantu.
"Kusut banget muka loe! Kalah ini kertas yang halus bener kayak pantat perawan," sindir Yuta.
"Biasa, si Joni bikin gue puyeng. Capek gue berobat terus nggak ada hasil. Mana bini protes terus lagi," keluh Kalandra dengan mengusap kasar wajahnya.
"Di sana mau gue cariin cewek nggak? Siapa tau cewek sana bisa buat si Joni beregas. Lagi loe ngapa betah banget tidur sich Jon-Jon?"
Yuta tertawa terbahak-bahak membuat Kalandra kesal dan melemparkan pulpen ke kepalanya.
"Sakit woy!" keluh Yuta dengan mengusap kepalanya.
"Berisik loe! Udahlah nggak perlu cariin gue cewek lagi. Percuma, gue malah harus menanggung malu karena dapet protes dari cewek yang loe pesen."
Kalandra segera melangkah keluar ruangan setelah sempat menghela nafas berat. Dia lebih baik menyibukkan diri dengan pekerjaan dari pada terus memikirkan dirinya yang tak kunjung sembuh.
Keduanya terbang ke Surabaya dengan menaiki jet pribadi. Mereka sampai di tanah Surabaya tepat menjelang siang dan segera meluncur ke tempat tujuan.
Meeting berlangsung cukup lama sampai menjelang malam. Kalandra menolak untuk makan malam di restoran karena ingin segera check in dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah.
"Nggak makan dulu? laper nich gue," keluh Yuta.
"Loe ajalah, gue mau langsung ngamar."
"Buru-buru banget udah kayak ada yang nunggu. Ya udahlah gue mesen makan dulu ya, loe mau sekalian nggak nanti biar di antar ke kamar loe?" tanya Yuta yang akhirnya memutuskan makan di kamar juga.
"Boleh dech, gue seperti biasanya. Jangan lupa salad sayur!"
"Oke!"
Kalandra melangkah terlebih dulu menuju kamar hotel yang sudah dibooking. Sampai di kamar dia segera membersihkan diri dan menyempatkan untuk berendam agar syaraf kembali lemas. Terlebih semalam hanya dibuat kentang dan hari ini harus berpikir keras.
"Jon-Jon, loe bangun mau-mau nggak-nggak. Males gue, bikin pegel tangan doank." Kalandra segera memakai bathrobe dan keluar dari kamar mandi. Mengabaikan si Joni yang suka bangun sesuka hati dengan ogah-ogahan dan semaunya sendiri.
Kalandra keluar dari kamar mandi bertepatan dengan pintu kamar yang di ketuk dari luar. Sudah dapat dipastikan jika itu pelayan yang membawakan makanan untuknya. Kalandra segera melangkah menuju pintu dan mempersilahkan pelayan itu masuk.
"Permisi Tuan, saya membawakan pesanan makan malam untuk anda," ucap seorang gadis dengan suara lembut yang mampu membuat Kalandra, pria dingin terhadap para wanita di luaran begitu tertarik hingga menoleh memperhatikan wajah cantik pelayan tersebut.
"Oh silahkan, langsung bawa masuk saja!"
Gadis itu masuk dengan mendorong meja beroda empat yang dipenuhi dengan berbagai macam makanan serta jus mangga dan secangkir kopi. Kalandra mengikutinya dari belakang setelah menutup pintu tanpa mengalihkan pandangan terhadap gadis itu.
Gadis berseragam pas body dengan rok panjang yang memiliki belahan sebatas paha itu membuat hati Kalandra berdesir. Tidak hanya itu, si Joni pun bereaksi dengan cepat dan berdiri dengan gagah.
"Kenapa gue ngerasa begini lihatnya? Mendadak bergairah bahkan nggak bisa gue tahan."
Bulir peluh membasahi kening Kalandra, reaksinya melebihi saat dia sengaja meminum obat perangsang yang tak berefek apapun pada tubuhnya. Dengan cepat Kalandra menarik gadis itu sebelum dia pergi meninggalkan kamar dan mendorongnya menuju ranjang.
"Aakhh... Apa yang akan ada lakukan, Tuan?" tanya gadis yang kini telah berada di bawah kukungan Kalandra.
"Siapa namamu, Cantik?" tanya Kalandra dengan mengusap lembut pipi gadis itu hingga membuatnya memejamkan mata dengan jantung berpacu kencang. "Jawab!" tanya Kalandra dengan sedikit menyentak. Sungguh Kalandra dibuat gila dengan reaksi si Joni yang menggebu, bahkan dia sudah menekan bagian bawah membuat gadis itu semakin ketakutan.
"Na.. Na.. Ma saya Ke... Kemuning, Tuan."
"Kemuning, nama yang cantik. Secantik orangnya, tetapi kamu berhasil membangunkan macan tidur Kemuning. Kamu harus menuntaskan dan membantuku agar aku sembuh dan merasakan menjadi pria sejati!"
Kemuning tidak mengerti, tetapi sikap Kalandra dengan wajah yang tertutup kabut gairah membuat Kemuning paham arah pembicaraan pria itu.
"Jangan Tuan! Saya mohon lepaskan saya!"
"Tidak akan, karena kamu membuatku begitu menginginkan." Tanpa aba-aba Kalandra menyatukan bibir keduanya, melahap rakus bibir Kemuning yang terasa manis dengan tangan yang bergerak liar di tubuh gadis itu hingga tak lagi berbalut sehelai benang pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ita rahmawati
aih mai tubruk aja kamu lan lan 🤭
org mah ngomong baik² gtu loh 🤦♀️
2024-09-29
0
Sandisalbiah
Lha.. si Kalandra kesurupan.. itu ank perawan main garap aja...kenal juga enggak.. habis lah ank org jd pelampiasan..
2024-06-05
0
💗 AR Althafunisa 💗
Mungkin ini efek dari karma kakeknya Kalandra, Reno. Ayahnya terbebas dari zina tapi cucu 😥
2024-04-20
0