Bab 16. Lakukan Mas

"Ngapain loe Bang malem-malem pulang?" tanya Kashafa yang juga baru turun dari mobilnya. Dia menatap wajah Kalandra dengan tatapan aneh karena selama Abangnya menikah tidak pernah pria itu pulang malam terlebih hanya sendirian.

"Yang jelas bukan untuk bertemu kamu. Aku pulang karena ingin menengok istriku," jawab Kalandra dengan wajah datar lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

"Sudah sembuh?"

Deg

Langkah Kalandra terhenti saat mendengar pertanyaan dari adiknya, seperti ada sesuatu yang membuat langkahnya mengerem mendadak. Dia menoleh ke arah Kashafa dengan tatapan penuh makna.

"Tau dari mana kamu?" tanya Kalandra dengan wajah serius.

"Jelas aku tau dari istrimu," sahut Shafa yang kemudian melangkah mendekati Abangnya. Dia tersenyum melihat wajah Abangnya yang terlihat emosi.

"Kalian masih berhubungan?" tanya Kalandra dengan tatapan penuh selidik. Seketika hawa panas menyelimuti suasana malam yang hampir larut. Aura permusuhan antara Kakak beradik itu mulai terlihat.

"Tanyakan sendiri pada istrimu! Atau mau barter? Kakak iparku yang baru ini cantik, tapi sayang hanya dijadikan alat pemuas nafsu!" celetuk Shafa yang malah memperkeruh suasana. Ucapannya membuat Kalandra naik darah.

Kedua tangan Kalandra terkepal dengan tatapan semakin tajam, bahkan matanya memerah menahan amarah. Dia mencengkeram kerah Shafa hingga membuat tubuh adiknya terangkat.

"Kenapa Bang? Marah? Bukannya adil? Kamu yang telah merebut milikku dan aku ingin meminta keadilan darimu! Tapi sayangnya aku sudah tidak sudi dengan barang bekas. Lebih menginginkan barang baru yang jelas memilik akhlak."

"Jaga ucapan kamu! Apa mau kamu, Shaf? Jangan membuat aku marah!" sentak Kalandra dengan suara tertahan. Dia tak ingin membuat kedua orang tuanya tau dengan pertengkaran mereka.

"Aku hanya ingin Abang membuka lebar-lebar mata Abang! Aku telah ikhlas melepas Luna tetapi aku sudah berulangkali mengingatkan Abang agar lebih berhati-hati dengannya! Namun apa? Abang buta dan malah memusuhiku. Kalem boleh Bang, tapi jangan mau dibodohi sama perempuan!" sentak Shafa yang begitu gemas dengan abangnya. Kalandra pintar, tetapi dia terlalu naif hingga tak tau bagaimana kelakuan istrinya di luar sana. Hidupnya terlalu lempeng membuat Shafa terkadang ingin membuat abangnya tau dunia malam.

"Tutup mulut kamu Shafa! Masalah kita sudah selesai dan jangan ikut campur dengan masalah rumah tanggaku! Satu lagi, jika sampai kamu berani mendekati Kemuning. Jangan salahkan aku jika aku akan bertindak tegas! Aku akan katakan pada Papah bagaimana kelakuanmu dulu!"

"Katakan! Aku yakin Papah mengerti karena beliau pun pernah muda." Shafa melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Kalandra yang masih terdiam dengan mengusap kasar wajahnya. Dia tak menyangka adiknya tau dan terkesan meragukan kehamilan Kemuning. Seketika Kalandra teringat akan Kemuning. Dia segera masuk dan melangkah panjang menuju kamarnya.

Kalandra tersenyum melihat Kemuning tengah tertidur di kamarnya. Kamar yang sudah jarang ia tempati. Sesaat ia mematikan ponselnya lalu masuk dan tak lupa mengunci pintu kamar. Berharap malam ini tak ada yang menggangu.

Sebelum mendekati Kemuning Kalandra lebih dulu masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan tangannya agar terlihat lebih fresh. Dia tak ingin Kemuning melihat wajahnya yang emosi setelahnya melangkah keluar kamar lalu mendekati istri keduanya.

"Baru mencium aroma tubuhnya saja udah buat gue on. Kemuning Sayang, please... Malam ini jinak ya!"

Kalandra duduk di atas ranjang dengan perlahan. Dia tak ingin membuat Kemuning terkejut atas kedatangannya. Duduk perlahan lalu mengusap lembut kepala Kemuning.

"Pak," lirih Kemuning yang cukup terkejut saat melihat Kalandra sudah ada dihadapannya. Bahkan posisi keduanya sangat dekat.

"Aku datang, maaf jika aku tidak menepati janji tapi jika boleh jujur. Aku sangat merindukanmu Kemuning." Tatapan Kalandra begitu dalam. Mencoba mengikis jarak hingga ia mampu meraih bibir ranum Kemuning. Menempel dan mengecupnya, dan kembali menatap wajah Kemuning yang saat ini merona.

Kedua mata mereka bertemu dan saling terpaut. Kehadiran Kalandra ternyata membuat Kemuning merasakan sesuatu yang nyaman. Sempat tidak bisa tidur karena bayinya yang sejak tadi gelisah dan tidur karena tak sengaja. Kini bayi yang berada di dalam perutnya terasa damai. Mungkin bayi itu tau jika Ayahnya datang menjenguk.

"Kamu betah disini?" tanya Andra yang kini mengusap pipi Kemuning dengan lembut. Mengecup tangan Kemuning dan menggenggamnya dengan erat.

"Betah, Mamah Papah baik."

"Bagaimana dengan adikku?"

"Kashafa juga baik, tapi aku jarang bertemu. Terakhir dia menuruti ngidamku. Mencarikan makanan untuk bayi ini," jawab Kemuning dengan jujur. Namun, membuat hati Kalandra tak nyaman. Dia ingin sekali membawa Kemuning pulang. Merasa tak aman meninggalkan Kemuning di rumah kedua orang tuanya yang kapan saja bisa berinteraksi dengan adiknya.

"Kamu tau, ipar itu kematian. Aku harap kamu bisa menjaga sikap kamu dengan adikku ya! Atau mau ikut aku pulang?"

Kemuning menggelengkan kepalanya. Dia tau betul akan batasan tetapi untuk ikut suaminya pulang. Kemuning belum siap.

Melihat Kemuning yang menolak membuat Kalandra harus menekan sabar, sesabar Joni yang kini menunggu tuannya sedang bernegosiasi. Padahal di dalam sana dia sudah berkeringat ingin menghirup udara bebas..

"Ya sudah jika belum mau, tapi jika aku datang kamu akan menyambut suamimu dengan baik kan? Masih ingat akan kata-katamu tempo hari?"

"Aku ingat," jawab Kemuning berusaha keras untuk mengesampingkan rasa trauma akan kejadian empat bukan yang lalu. Mengerti apa yang Kalandra inginkan hingga ia berusaha pasrah saat Kalandra mulai mencumbunya.

"Pak..."

"Jangan panggil aku Bapak, Kemuning! Aku suamimu dan malam ini aku datang ingin menjenguk kalian. Ijinkan aku menyentuhmu dan meminta hakku Sayang."

"Lakukanlah! Bukannya sejak awal aku hanya pemuas ranjangmu Pak," lirih Kemuning yang membuat Kalandra emosi. Dia tak suka dengan kata-kata itu. Memang berawal dari nafsu tetapi Kalandra mencoba mengesampingkan itu.

"Berawal dari nafsu tetapi aku sadar itu keliru. Jika malam ini aku meminta, itu semua karena kebutuhanku sebagai pria yang meminta tersalurkan pada tempatnya. Jika aku hanya memikirkan nafsuku, aku sudah melakukannya tanpa meminta persetujuan darimu, Kemuning. Bahkan saat pertama kamu menginjakkan kakimu di rumahku. Aku akan kembali melakukan itu, tapi aku memiliki hati. Aku sadar aku bukan predator liar yang hanya menginginkan kenikmatan. Meski tak munafik, aku membutuhkannya."

Kemuning terus menatap lekat wajah Kalandra. Ada rasa iba di hatinya mengingat Kalandra hanya mampu melakukan itu padanya. Perlahan Kemuning beranjak dari tidurnya lalu mengikis jarak, mendekat hingga kini wajahnya tepat di depan telinga Kalandra.

"Lakukan Mas, aku akan ikhlas!"

Senyuman Kalandra mengembang bak adonan roti di dalam oven. Makin panas semakin mengembang. Terlebih Kemuning yang sudah mengganti panggilan untuknya membuat hatinya bergetar.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

oh ternyta rebutan apem basi mereka🤭

2024-09-29

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

kok miris lihat Kemuning.. di paksa menerima kenyataan... dan Andra.. kamu itu polos apa bego, bahkan Kashafa udah kasih peringatan tp kamu keras kepala jd kamu tetap di bodohi oleh si Luna..

2024-06-05

1

Eva Nietha✌🏻

Eva Nietha✌🏻

Luna liar klo dluar 🫣

2024-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!