Setelah operasi yang membutuhkan waktu tidak sebentar, akhirnya Ibunya sudah kembali dibawa masuk ke kamar rawat. Kemuning sangat bersyukur melihat Ibunya berhasil melewati serangkaian operasi tanpa ada kendala suatu apapun.
"Maafkan Kemuning, Bu!"
"Berhentilah minta maaf Kemuning, Ibu sudah merasa lebih baik saat ini," ucap Ibu lirih, kemudian beliau melihat Kalandra yang sejak tadi diam berdiri di belakang putrinya. "Siapa orang itu, Nak?"
Kemuning terhenyak mendapatkan pertanyaan demikian, dia bingung harus menjelaskannya kepada Ibu. Terlebih kedatangan Kalandra yang terkesan mendadak.
"Kemuning!" tegur Ibu.
"Dia... "
"Saya ayah dari bayi yang ada dalam kandungan Kemuning, Bu. Maaf jika saya salah telah melakukan perbuatan itu di luar pernikahan. Namun, saya kesulitan untuk mencari Kemuning dan hari ini kami baru bisa bertemu kembali," sahut Andra memotong ucapan Kemuning.
"Jadi kamu yang menghamili putriku?" tanya Ibu memastikan. Beliau lega ternyata pria yang menghamili putrinya adalah pria yang bertanggung jawab. Meski datangnya terlambat dan membuat huru hara.
"Iya, dan ijinkan saya untuk menikahi Kemuning hari ini juga, Bu."
Awalnya Ibu terkejut karena begitu cepat sekali, bahkan dia baru sadar pasca operasi tetapi setelah itu beliau menganggukkan kepala menyatujui rencana Andra hingga terjadilah prosesi ijab kabul.
Berbalut kebaya pengantin berwarna putih gading, Kemuning duduk di samping Andra dengan menahan air mata. Sampai dimana kata "Sah" menggema di kamar rawat disaksikan oleh beberapa dokter yang menangani Ibu.
Semua berjalan begitu cepat tanpa hambatan, sampai Kemuning dibuat tak menyangka dengan pria yang sekarang menjadi suaminya. Begitu mudah pria itu melakukan apapun keinginanya, membayar biaya rumah sakit yang begitu besar, mendatangkan penghulu tiba-tiba dan menyiapkan semuanya dengan kilat. Namun, suasana pernikahan yang harusnya bahagia berujung tangisan histeris dari Kemuning.
Kondisi Ibu tiba-tiba memburuk dan nafasnya mendadak sesak.
"Ibu! Ibu kanapa, Bu?" teriak Kemuning begitu histeris dengan Kalandra yang mencoba untuk menenangkannya.
Dokter bergerak begitu cepat untuk menangani Ibu, sedangkan Kalandra segera membawa Kemuning keluar ruangan itu agar Dokter bisa bekerja lebih fokus.
Kemuning terus menangis di pelukan Andra hingga kabar duka ia dengar dari dokter yang keluar untuk memberitahukan kondisi Ibunya .
"Maaf, di luar dugaan kami sebagai tenaga medis. Dengan berat hati saya harus menyampaikan jika kondisi Ibu anda melemah dan kini tidak bisa diselamatkan."
Hancur sudah, di malam pernikahannya Ibu berpulang. Kemuning tak mampu lagi berucap sampai tubuhnya lunglai dan tak sadarkan diri.
"Kemuning! Kemuning!"
Kalandra khawatir melihat Kemuning yang tiba-tiba pingsan. Wanita yang baru beberapa menit menjadi istrinya mendadak melemah dan jatuh di pelukannya setelah mendengar kabar duka datang. Dengan cepat Andra membawa Kemuning untuk segera mendapatkan penanganan dari tim medis.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Kalandra dengan wajah pucat. Dia benar-benar khawatir dan tampak semerawut. Bahkan sejak tadi Yuta berusaha untuk menenangkannya saat Dokter sedang memeriksa Kemuning.
"Kondisi pasien masih lemah, beruntung bayinya cukup kuat. Jadi di saat seperti ini, sang bayi tidak terpengaruh karena kondisi mental Ibunya yang sedang terguncang," jelas Dokter.
Kalandra sedikit lega karena bayi yang ada di dalam perut kemuning baik-baik saja, tetapi cukup was-was mengingat kondisi Kemuning masih harus mendapatkan penanganan medis akibat syok mendengar kematian Ibunya.
"Apa saya sudah boleh menjenguknya, Dok?" tanya Kalandra yang tidak sabar melihat kondisi Kemuning.
"Silahkan! Tapi sebisa mungkin jangan membicarakan hal yang bisa menambah pikiran istri anda, karena jika kondisi istri Bapak semakin melemah, tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh pada kondisi janin yang ada di dalam perutnya."
"Baik Dok," sahut Andra dengan menganggukkan kepala. Dia segera masuk menemui Kemuning yang masih belum sadarkan diri. Andra menghela nafas berat, perlahan tangannya menyentuh perut Kemuning. Untuk pertama kali, hingga tangan Andra bergetar mengusap lembut perut istri keduanya.
Haru menyelimuti hatinya, dia begitu bahagia tetapi sadar pernikahan ini bukan kebahagiaan di akhir pencarian. Masih ada sesuatu yang besar yang harus ia hadapi setelah ini.
Pandangan Kalandra kembali mengarah ke arah wajah pucat dengan mata terpejam. Dia mengulas senyum dengan bulir air mata yang lolos dari pelupuk mata.
"Terimakasih sudah menjaga. Maaf membuat hidupmu hancur, tetapi setelah ini aku berjanji tak akan membuat hidupmu dan anak kita kesulitan lagi." Kalandra mengecup kening Kemuning dan turun ke perut. "Anak Ayah kuat terus ya! Tetap bertahan dalam keadaan apapun ya, Nak. Kelak kita akan bertemu, Ayah janji akan menjadi Ayah yang baik untuk kamu. Maaf jika di awal kamu mulai tumbuh, Ayah tidak ada di sisi Bunda dan kamu, Nak. Tapi mulai hari ini, selalu ada Ayah untuk kalian."
Kalandra mengecup perut Kemuning dengan sayang, hatinya begitu bahagia meskipun ada yang membuatnya belum tenang. Keadaan Kemuning yang ia khawatirkan akan kembali menurun setelah sadar nanti.
Kalandra menoleh ke arah Yuta yang sejak tadi hanya diam menyimak dengan perasaan tak tega. Yuta pun tak tega melihat nasib Kemuning, dan berharap bersama sahabatnya wanita hamil itu bisa bangkit dari keterpurukan.
"Tolong urus pemakaman Ibunya, Yut. Gue nggak bisa ninggalin dia sendirian," lirih Kalandra dengan wajah sendu.
"Hmm, gue tau loe nggak mungkin ikut," jawab Yuta, dia melangkah mendekati Andra dan menepuk pundak sahabatnya. "Gue harap bersama loe wanita malang itu bisa bahagia. Jangan disia-siakan, nyarinya susah!"
Kalandra tak menjawab, dia menoleh ke arah Kemuning. Cukup janji sekali dan ia akan berusaha untuk menepati meski Andra tak tau bagaimana nanti reaksi dari keluarga khususnya Luna.
"Semoga tidak ada masalah besar setelah ini."
Perlahan kedua mata Kemuning terbuka, dia menoleh ke arah pria yang kini tengah menelungkupkan wajahnya di sebelah tangan yang tak terinfus. Tak lama ingatan akan duka yang terjadi malam ini berputar dan membuat Kemuning terisak.
Kalandra terjaga merasakan getaran di tangan Kemuning yang menjadi bantalan tidurnya dengan suara isak tertahan. Dia mendongakkan kepalanya menatap Kemuning yang kini membuang muka darinya.
"Kemuning, kamu sudah sadar?" Kalandra beranjak dari duduknya dan berdiri menundukkan kepala mengusap lembut kepala istrinya.
"Jangan menangis, ini akan mempengaruhi kesehatan bayi kita!" ucap Kalandra lembut kemudian mengecup kening Kemuning dengan sayang. Meski belum ada rasa cinta tetapi Kalandra sudah menjatuhkan hidupnya pada Kemuning. Wanita yang membuatnya menjadi pria sempurna. Pria yang merasakan surga dunia di pelukan seorang wanita.
"Ibu..."
"Sabar! Sudah jalannya Ibu harus pergi. Percayalah! Ini takdir yang terbaik dari Tuhan." Kalandra mengusap lembut pipi Kemuning. Namun, tak lama ponselnya berdering. Nama Luna tertulis di sana membuat Kalandra buru-buru melangkah keluar ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
angel
kenapa panggilannya ayah bunda ...lebih enak papa mama ..saran aja sih thor,
2024-08-12
0
Sandisalbiah
baru dapet telepon Luna, kamu langsung meninggalkan kemuning yg lagi dlm titik terendah nya.. gak kebayang nanti hidup kemuning kedepannya Dra.. kamu mampu gak melindungi dia.. terutama menjaga hatinya
2024-06-05
0
Amalia Khaer
ksihan ibu Yatni
2024-03-15
1