"Kamu itu payah sekali sich, Mas! Aku sudah berpakaian sesexy ini tetapi kamu abaikan begitu saja. Kapan aku bisa merasakan terpuaskan oleh kamu, Mas? Bahkan aku sudah seperti wanita malam yang menari-nari di depan kamu, dan menggoda agar kamu bereaksi tetapi ujung-ujungnya aku harus kecewa karena kamu tidak bisa diandalkan."
Luna jelas murka, dua tahun berumah tangga tak kunjung merasakan kejantanan sang suami. Nafkah lahir terpenuhi tetapi tidak dengan nafkah batin yang selalu membuat patah hati. Sang suami mengidap penyakit disfungsi ereksi, yaitu impoten dan itu membuat Luna selalu murka setelah usahanya berujung sia-sia.
Kalandra segera mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai setelah cumbuan panas ia lakukan tetapi tak membuat si Joni bangun dan mau masuk kandang. Hanya di awal permainan ia merasakan si Joni terjaga tetapi saat ingin mengeksekusi sang istri lagi-lagi gagal. Si Joni mendadak lemas dan enggan bangun kembali.
"Kamu sudah tau kan jika aku tidak mampu! Jangan terus merajuk, Sayang! Bagaimana jika kamu aku puaskan seperti biasa? Tak jauh beda rasanya dari pada kamu menahannya."
"Terserah kamulah, Mas! Pusing kepala aku," keluh Luna yang sampai saat ini begitu menginginkan sang suami yang tampan dan gagah tetapi loyo saat di ranjang.
Kalandra mengulum senyum, inilah kegiatan yang sudah dua tahun dia lakukan. Memuaskan sang istri hingga wanita itu mengerang panjang. Meski tak mampu menyatu, tetapi Kalandra mampu membuat Luna lemas setelah mencapai puncaknya berulang kali.
Pagi ini Luna membantu suaminya untuk bersiap berangkat ke kantor. Seperti biasa, dia akan melayani Kalandra dengan baik sebelum ia pun pergi ke butik.
"Hari ini jadi ke Surabaya, Mas?"
"Jadi Sayang, maaf ya aku tidak bisa pulang malam ini. Kamu harus tidur sendiri tanpa pelukan hangat dariku," jawab Kalandra lembut.
"Pelukan saja tanpa bercinta, kecut Mas!" protes Luna.
"Sabar donk Sayang, aku kan juga lagi berusaha. Lusa aku check up lagi." Sudah tiga bulan Kalandra melakukan pengobatan di rumah sakit besar agar bisa kembali sehat dan memenuhi kebutuhan biologisnya. Namun, belum kunjung ada hasil membuatnya harus lebih bersabar lagi. Meskipun terkadang Kalandra frustasi dan hampir menyerah.
Usahanya pun didukung sang sahabat yang kini menjadi asistennya. Bahkan diam-diam Yuta mencarikan wanita bayaran untuk membantu Kalandra agar cepat sembuh tetapi hasilnya tetap sama. Si Joni tak kuat bertahan bahkan terkadang enggan terjaga.
"Ya sudah semoga kali ini ada hasil, Mas."
"Mudah-mudahan Sayang..."
Sesampainya di kantor Kalandra segera menyiapkan berkas-berkas yang akan dibawa, begitupun dengan Yuta yang ikut membantu.
"Kusut banget muka loe! Kalah ini kertas yang halus bener kayak pantat perawan," sindir Yuta.
"Biasa, si Joni bikin gue puyeng. Capek gue berobat terus nggak ada hasil. Mana bini protes terus lagi," keluh Kalandra dengan mengusap kasar wajahnya.
"Di sana mau gue cariin cewek nggak? Siapa tau cewek sana bisa buat si Joni beregas. Lagi loe ngapa betah banget tidur sich Jon-Jon?"
Yuta tertawa terbahak-bahak membuat Kalandra kesal dan melemparkan pulpen ke kepalanya.
"Sakit woy!" keluh Yuta dengan mengusap kepalanya.
"Berisik loe! Udahlah nggak perlu cariin gue cewek lagi. Percuma, gue malah harus menanggung malu karena dapet protes dari cewek yang loe pesen."
Kalandra segera melangkah keluar ruangan setelah sempat menghela nafas berat. Dia lebih baik menyibukkan diri dengan pekerjaan dari pada terus memikirkan dirinya yang tak kunjung sembuh.
Keduanya terbang ke Surabaya dengan menaiki jet pribadi. Mereka sampai di tanah Surabaya tepat menjelang siang dan segera meluncur ke tempat tujuan.
Meeting berlangsung cukup lama sampai menjelang malam. Kalandra menolak untuk makan malam di restoran karena ingin segera check in dan merebahkan tubuhnya yang terasa lelah.
"Nggak makan dulu? laper nich gue," keluh Yuta.
"Loe ajalah, gue mau langsung ngamar."
"Buru-buru banget udah kayak ada yang nunggu. Ya udahlah gue mesen makan dulu ya, loe mau sekalian nggak nanti biar di antar ke kamar loe?" tanya Yuta yang akhirnya memutuskan makan di kamar juga.
"Boleh dech, gue seperti biasanya. Jangan lupa salad sayur!"
"Oke!"
Kalandra melangkah terlebih dulu menuju kamar hotel yang sudah dibooking. Sampai di kamar dia segera membersihkan diri dan menyempatkan untuk berendam agar syaraf kembali lemas. Terlebih semalam hanya dibuat kentang dan hari ini harus berpikir keras.
"Jon-Jon, loe bangun mau-mau nggak-nggak. Males gue, bikin pegel tangan doank." Kalandra segera memakai bathrobe dan keluar dari kamar mandi. Mengabaikan si Joni yang suka bangun sesuka hati dengan ogah-ogahan dan semaunya sendiri.
Kalandra keluar dari kamar mandi bertepatan dengan pintu kamar yang di ketuk dari luar. Sudah dapat dipastikan jika itu pelayan yang membawakan makanan untuknya. Kalandra segera melangkah menuju pintu dan mempersilahkan pelayan itu masuk.
"Permisi Tuan, saya membawakan pesanan makan malam untuk anda," ucap seorang gadis dengan suara lembut yang mampu membuat Kalandra, pria dingin terhadap para wanita di luaran begitu tertarik hingga menoleh memperhatikan wajah cantik pelayan tersebut.
"Oh silahkan, langsung bawa masuk saja!"
Gadis itu masuk dengan mendorong meja beroda empat yang dipenuhi dengan berbagai macam makanan serta jus mangga dan secangkir kopi. Kalandra mengikutinya dari belakang setelah menutup pintu tanpa mengalihkan pandangan terhadap gadis itu.
Gadis berseragam pas body dengan rok panjang yang memiliki belahan sebatas paha itu membuat hati Kalandra berdesir. Tidak hanya itu, si Joni pun bereaksi dengan cepat dan berdiri dengan gagah.
"Kenapa gue ngerasa begini lihatnya? Mendadak bergairah bahkan nggak bisa gue tahan."
Bulir peluh membasahi kening Kalandra, reaksinya melebihi saat dia sengaja meminum obat perangsang yang tak berefek apapun pada tubuhnya. Dengan cepat Kalandra menarik gadis itu sebelum dia pergi meninggalkan kamar dan mendorongnya menuju ranjang.
"Aakhh... Apa yang akan ada lakukan, Tuan?" tanya gadis yang kini telah berada di bawah kukungan Kalandra.
"Siapa namamu, Cantik?" tanya Kalandra dengan mengusap lembut pipi gadis itu hingga membuatnya memejamkan mata dengan jantung berpacu kencang. "Jawab!" tanya Kalandra dengan sedikit menyentak. Sungguh Kalandra dibuat gila dengan reaksi si Joni yang menggebu, bahkan dia sudah menekan bagian bawah membuat gadis itu semakin ketakutan.
"Na.. Na.. Ma saya Ke... Kemuning, Tuan."
"Kemuning, nama yang cantik. Secantik orangnya, tetapi kamu berhasil membangunkan macan tidur Kemuning. Kamu harus menuntaskan dan membantuku agar aku sembuh dan merasakan menjadi pria sejati!"
Kemuning tidak mengerti, tetapi sikap Kalandra dengan wajah yang tertutup kabut gairah membuat Kemuning paham arah pembicaraan pria itu.
"Jangan Tuan! Saya mohon lepaskan saya!"
"Tidak akan, karena kamu membuatku begitu menginginkan." Tanpa aba-aba Kalandra menyatukan bibir keduanya, melahap rakus bibir Kemuning yang terasa manis dengan tangan yang bergerak liar di tubuh gadis itu hingga tak lagi berbalut sehelai benang pun.
Air mata Kemuning runtuh dengan menggigit bibir bawahnya. Gelayar aneh serta ketakutan begitu mendalam dengan mata yang terpejam. Gadis 24 tahun itu tak mampu lagi memberontak saat lidah pria yang tak dikenal berselancar di leher indahnya hingga turun ke puncak aset pribadinya.
"Ampun Tuan! Jangan lakukan itu!" lirih Kemuning dengan menahan getaran di tubuhnya.
"Tapi kamu sudah membuatku kembali merasakan keperkasaanku. Kamu harus menjadi milikku setelah ini. Nikmati saja, Sayang! Jangan di gigit bibirnya! Aku tau kamu menahan. Lepaskan saja!" ucap Kalandra dengan suara berat tertahan. Gairahnya meledak dan ini baru ia rasakan seumur hidupnya. Bahkan dengan sang istri hanya bertahan di awal dan kembali layu saat siap masuk gawang.
"Maaf jika ini menyakitimu, aku tidak tau siapa kamu. Namun, aku yakin kamu wanita baik yang pantas menerima benih dariku."
Kamuning menggelengkan kepala dengan isakan kecil saat suatu benda tumpul mulai mendesak di bawah sana.
"Sakit Tuan! Aku mohon hentikan!" keluh Kemuning dengan terus memberontak. Perih seperti tersayat belati, sesuatu hadir dan membelah tubuhnya menjadi dua. Pria itu tak menghiraukan rintihannya, terus mendorong hingga keduanya menyatu dengan erangan dan helaan nafas yang keluar penuh kelegaan.
Hancur sudah, tak ada lagi yang bisa dipertahankan. Bahkan Kemuning sudah pasrah di bawah kukungan pria yang terus bergerak liar di atasnya. Rasa sakit itu bukan hanya Kalandra torehkan di tubuh intinya tetapi juga hati Kemuning.
Isakan Kemuning berganti dengan suara manja yang menggelitik telinga Kalandra hingga membuat gerakan pria itu semakin cepat.
"Sayang, tahan sebentar!" lirih Kalandra di telinga Kemuning. Kedua tangannya diraih oleh Kalandra dan diletakkan di atas kepala hingga suara erangan panjang dari bibir Kemuning dan pria itu menggema di setiap sudut kamar yang menjadi saksi penyatuan mereka.
"Terimakasih Sayang, aku puas," bisik Kalandra yang kemudian menyematkan kecupan hangat di kening Kemuning. Tubuh pria itu ambruk di samping tubuh Kemuning yang kini terlihat naik turun dengan nafas tak beraturan.
Di balik luka dan kesakitan tersemat rasa yang Kemuning akui begitu melenakan. Namun, hatinya hancur karena kesucian direnggut paksa oleh pria yang tidak ia kenal.
Kalandra pun merasakan hal yang sama, rasa luar biasa yang selama ini tidak pernah ia rasakan sebelumnya karena, ini kali pertama ia merasakan bercinta. Kalandra pun sadar telah merenggut kesucian Kemuning dan berjanji akan bertanggung jawab.
Malam ini Kalandra lupa akan status dan hati sang istri. Dia mengutamakan nafsu dari pada ketulusan cinta untuk Luna.
"Jangan pergi, tetaplah di sini dan berikan aku waktu untuk sejenak beristirahat!" Kalandra menyentuh kepala Kemuning dan mengusapnya dengan perlahan hingga ia tertidur nyenyak dan tidak sadar jika Kemuning meninggalkannya.
Kalandra yang terlalu lelah, tak sadar jika ia tertidur sangat lama. Matahari sudah hampir di atas kepala dan sejak satu jam yang lalu Yuta sudah mengetuk pintu berulang kali hingga dia meminta pihak hotel untuk membukakan pintu kamar Kalandra.
"Wow... Gue takut ini anak modar tapi ternyata masih tidur dengan nyenyak. Gila sich ini orang, nggak ingat kali kalau siang ini ada meeting, tapi kok ini kamar kayak kapal pecah." Yuta melihat kasur yang berantakan dan ada selembar segitiga pria yang ia yakini milik Kalandra beserta bathrobe tergeletak di lantai.
Yuta terus melangkah mendekati ranjang untuk memastikan pikiran kotornya. Dia menyibak selimut yang membalut tubuh Kalandra dengan penasaran.
Kedua mata Yuta membola melihat sahabatnya tak berbalut sehelai benang pun. Yuta pun mengernyitkan dahi saat matanya menangkap bercak darah di sprei yang sudah mengering.
"Woy Kalandra, loe berhasil An?" Yuta menepuk pipi Andra untuk membangunkan sang sahabat. "Bangun Bro! Gila loe jajan nggak bilang gue! Diam-diam udah bikin anak gadis orang kehilangan keperawanannya loe!" sewot Yuta yang sedikit kesal karena Andra tak memberitahunya jika semalam si Joni berhasil menunjukkan pesonanya.
Yuta terus menggoyangkan tubuh Andra hingga pria itu terjaga. Andra membuka mata dengan mengerutkan dahi. Dia masih sedikit linglung dan mencoba mengingat kembali dengan apa yang terjadi.
Andra membalikkan tubuhnya dan menelisik penampilannya yang masih polos, kemudian menoleh ke arah Yuta dengan wajah bingung.
"Kok loe yang di sini? Kemuning mana?"
"Kemuning siapa? Loe booking cewek nggak bilang-bilang gue? Mana masih bersegel lagi, bayar berapa loe bisa dapetin yang masih fresh begitu?" Yuta memberondong pertanyaan hingga membuat Andra memijit pelipisnya.
Kalandra teringat akan kejadian malam itu, dia melirik ke samping ranjang yang kosong. Tak ia lihat Kemuning di sana dan hanya ada noda darah keperawanan yang gadis itu tinggalkan.
"Dia nggak ada saat loe masuk?" tanya Andra lagi dengan hati yang entah.
Yuta menggelengkan kepala menatap bingung sahabatnya. Yuta curiga ada sesuatu yang terjadi pada Kalandra semalam.
"Loe kanapa?"
"Cari pelayan hotel yang bernama Kemuning! Nanti kalau sudah ketemu, gue jelasin apa yang terjadi semalam." Andra mendorong tubuh Yuta dan meminta sahabatnya segera pergi mencari gadis yang telah memberikan secercah kebahagiaan untuknya.
"Nyari kemana?"
"CK, jangan mendadak bodoh Yuta! Tanya sama manager hotel, bilang gue mau ketemu sama Kemuning. Cepet!" Andra nampak frustasi, dia mengacak rambut dan mengusap kasar wajahnya. Ada rasa takut di hati Andra akan kehilangan wanita yang mampu membuatnya menjadi pria normal.
Yuta pun segera keluar kamar untuk mencari gadis itu sedangkan Andra membersihkan diri dan bersiap untuk menemui Kemuning.
"Gue udah bilang nggak akan melepaskan loe! Tapi loe malah nekat kabur," lirih Andra dengan menghela nafas berat. Hingga dia melihat Yuta dan satu orang pria paruh baya datang.
"Yut, gue minta loe cari cewek cantik bukan bapak berkumis," tegur Kalandra dengan kesal.
"Gue tau! Ya kali loe semalem pentung-pentungan sama dia. Dengerin penjelasan Bapak itu dulu! Beliau manager hotel ini."
Kalandra menganggukkan kepala dan kembali menoleh ke arah manager hotel yang sejak tadi belum mengerti ada keterkaitan apa pengunjungnya dengan Kemuning, pegawai yang baru beberapa bulan bekerja.
"Maaf Tuan, jika pelayanan kami kurang memuaskan karena pelayan hotel semalam baru lepas masa training," ucap manager hotel dengan sopan.
"Tidak, saya mencarinya bukan karena dia melakukan kesalahan, tetapi ada urusan pribadi yang harus saya selesaikan. Kemana Kemuning, Pak?" tanya Andra dengan berwibawa. Dia pun tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya terjadi karena tak ingin Kemuning mendapat cap buruk.
"Maaf Pak, tapi Kemuning baru saja mengundurkan diri. Baru tadi pagi dia menghubungi saya jika sudah tidak bisa lagi bekerja disini."
"Apa? Jadi Kemuning resign?"
"Iya Pak."
Tubuh Andra melemas dan hampir terjatuh ke lantai jika Yuta tidak cepat menahannya.
...****************...
Hay Man Teman, untuk kesekian kalinya aku mengingatkan. Jangan lupa meninggalkan jejak-jejak kalian ya. Like, komen, dan vote. Follow juga akun aku.
Jangan lupa follow ig aku juga ya, weni0192
Makasih😘😘🥰🥰😍😍
"Jadi loe semalem memperkosa pelayan hotel, An?" tanya Yuta yang terkejut dan memastikan apa yang ia dengar itu benar.
Kalandra mengangguk dengan lemas, perginya Kemuning membuat sebagian nyawanya terasa hilang. Padahal Kemuning hanya wanita yang tidak ia kenal tetapi mampu membuatnya merasa menjadi pria perkasa yang bisa meluluhkan seorang wanita hingga lemas dan puas.
"Si Joni bangun pas gue lihat dia. Loe tau kan gimana susahnya gue? Luna aja marah-marah terus karena gue nggak bisa muasin dia, dan malam itu gue cuma lihat dia masuk taruh makanan aja si Joni langsung ngereog, Yut. Gue nggak tahan makanya langsung gue serang itu cewek. CK, tapi ngapa dia malah pergi sich? Loe juga bukannya nyari!" sewot Kalandra yang hari ini tidak bisa bekerja karena galau.
Kalandra dan Yuta masih terjebak di Surabaya karena Andra belum mau pulang. Pria itu masih ingin mencari keberadaan Kemuning dan membawanya pulang ke Jakarta.
"Kaki gue di sini, tapi otak gue jalan-jalan. Gue udah nyuruh orang buat nyari itu cewek ajaib."
"Ajaib?"
"Iya lah ajaib, itu cewek bisa buat loe yang bertahun-tahun loyo tau-tau bisa merawanin perempuan. Gue yakin, dia doang yang bisa buat loe sembuh."
Kalandra menghela nafas berat, dia hanya bisa berharap Kemuning datang dan meminta pertanggung jawaban. Kalandra pun berharap, benih yang sudah lama tersimpan dan berpindah ke tubuh Kemuning , bisa hidup menjadi makhluk kecil yang menyatukan keduanya.
"Cari dia buat gue, Yut! Bagaimana pun caranya Kemuning harus menjadi milik gue," titah Kalandra dengan mata menajam.
"Luna?"
"Gue bisa menjelaskan sama dia, yang terpenting loe harus temukan Kemuning!" Kalandra segera beranjak dari duduknya dan meraih jas untuk menghadiri meeting yang tadi sempat tertunda.
.
.
.
Sudah satu bulan Kemuning belum kunjung ditemukan. Kalandra terus melebarkan pencarian dengan menyebar orang-orangnya hampir di seluruh penjuru tanah air khususnya di luar kota, terlebih Surabaya karena keduanya bertemu dan bercinta di sana.
"Kamu kok makin hari semakin terlihat tidak bersemangat gitu sich, Mas? Ada yang sedang dipikirkan?" tanya Luna yang kini tengah tertidur memeluk tubuh sang suami.
"Ada masalah kantor," jawab Kalandra singkat membuat Luna mengerutkan kening.
Wanita itu merasa ada perubahan yang begitu besar dari sang suami. Suaminya yang selalu hangat dan rajin memberi perhatian-perhatian kecil. Kini menjadi dingin dan banyak diam seperti memendam banyak pikiran. Bahkan Kalandra yang setiap malam berusaha keras untuk tetap memberikan nafkah batin meski berujung mengecewakan, sudah sebulan ini enggan menyentuhnya lagi.
"Malam ini aku ingin, apa kamu tidak mau mencobanya lagi? Sudah lama kamu tidak menyentuhku, Mas!" protes Luna dengan mengusap bagian inti sang suami.
Kalandra menghela nafas panjang, memikirkan Kemuning membuatnya lupa akan Luna dan mengabaikan wanita itu. Kalandra tersenyum hangat dan mengecup tangan Luna yang mulai merusuh.
Jika pria normal, diberi sentuhan oleh sang istri pasti sudah menggeliat meminta lebih. Namun, kali ini Kalandra merasa lebih parah karena Si Joni benar-benar tidak bereaksi, padahal sebelumnya dia masih bisa bangun di awal. Namun, kali ini benar-benar tidak mau terjaga sama sekali.
"Kenapa nggak mau bangun sich, Mas? Aduh kamu kok makin payah?" sewot Luna tetapi tidak membuat Kalandra marah. Ya, Kalandra pria yang sadar akan kekurangan. Sekalipun sang istri menggunjingnya tetapi tidak membuat Kalandra marah.
"Coba lagi, Sayang!" Andra kembali berusaha dengan mencumbu Luna tetapi tetap tak ada respon dari tubuhnya. Sampai di mana Andra menyerah dan frustasi kemudian meninggalkan sang istri yang sudah polos masuk ke dalam kamar mandi.
Luna mendengus kesal, memiliki suami impoten adalah ujian terbesar dalam hidupnya. Jika ia tidak dihujani banyak harta mungkin Luna sudah memilih pergi saja.
"Beruntung kamu kaya, Mas. Jika tidak, aku tidak sudi bertahan dengan pria penyakitan macam kamu!"
Di dalam kamar mandi, Kalandra berdiri di bawah shower. Dia mendinginkan pikiran tetapi bayang-bayang akan malam indah bersama dengan Kemuning terus memenuhi ingatannya.
"Kemana kamu? Bahkan aku semakin parah setelah menjadikanmu milikku. Raga dan jiwa ini ingin kembali pulang bersamamu, tapi kamu hilang begitu saja membuatku hampir gila."
Hampir tiga bulan pencarian Kemuning belum kunjung ada hasil. Kondisi Andra saat ini semakin memburuk. Bukan hanya hubungannya dengan Luna yang semakin renggang karena Andra sama sekali enggan menyentuh istrinya. Andra sengaja melakukan itu karena tidak ingin membuat Luna kembali kecewa. Hati masih mencintai sang istri tetapi raga menolak untuk kembali mencoba.
Namun, bukan itu saja yang semakin menyulitkan Kalandra. Dia mengalami sakit parah hingga sulit makan dan pusing mencium beberapa aroma parfum termasuk parfum sang istri. Setiap pagi pun Andra mengalami mual muntah hingga jarang berangkat bekerja.
Seperti pagi ini, Andra tak kunjung keluar dari kamar mandi. Selain mengeluarkan isi perutnya, dia juga menghindari Luna yang sudah rapi dengan parfumnya yang menyengat.
"Mas, kamu masih lama di dalam? Ayo sarapan dulu, Mas! Setelah ini aku mau berangkat," seru Luna di depan pintu kamar mandi.
"Kamu berangkat dulu saja, Sayang! Aku masih sangat mual."
"Nanti siang aku antar ke dokter ya!"
"Tidak perlu, aku hanya masuk angin. Aku pun bisa ke sana sendiri, kamu pergilah! Hati-hati ya dan tolong semprotkan pewangi ruangan karena parfummu membuat aku semakin pusing kepala."
Luna mendengus kesal, dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada sang suami. Terasa sekali perubahan Andra yang semakin menjauh.
"Terserah kamu, Mas!"
Luna tak menggubris permintaan Andra, dia segera pergi tanpa menyemprotkan pewangi ruangan. Sementara Andra di dalam sana terduduk lemas di lantai kamar mandi setelah mengeluarkan semua isi perutnya.
Uwek
Uwek
Andra kembali mual saat keluar dari kamar mandi dan mencium aroma parfum sang istri yang masih tertinggal. Rasanya Kalandra ingin mengumpat kesal tetapi untuk membuka suara saja dia begitu berat.
Kalandra beralih ke kamar tamu dan meminta pelayan untuk menyemprotkan pewangi ruangan kesukaannya terlebih dulu. Dia menunggu sampai benar-benar hilang aroma parfum yang membuatnya hampir pingsan dan bersiap untuk pergi ke kantor karena hari ini ada meeting penting.
"Mbok, aku mau sarapan mie instan dan telur setengah matang. Jangan lupa pakai cabai yang banyak!"
"Tapi Tuan, bukannya Tuan tidak pernah mau makan mie instan? Saya takut bermasalah dengan kesehatan Tuan." Si Mbok mencoba untuk mengingatkan tetapi tidak digubris oleh Andra.
"Aku sedang ingin sarapan itu, Mbok. Buatkan saja!" titahnya.
Si Mbok segera membuatkan sarapan sesuai permintaan Andra dan menyajikan semangkuk mie dengan aroma yang sangat menggoda di atas meja.
"Makasih Mbok."
"Sama-sama Tuan, maaf Tuan jika saya lancang. Melihat perubahan Tuan, apa mungkin Nyonya saat ini sedang hamil?" tanya si Mbok membuat Andra yang ingin menikmati mie buatan beliau menghentikan pergerakannya.
...****************...
Hay Man teman, tidak bosan aku mengingatkan pada kalian untuk jangan lupa meninggalkan jejak-jejak kalian ya. Like, coment, vote, dan ikuti akun aku agar notif masuk setiap aku up. Makasih 🤗🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!