019 : Cerita Si Kembar-2

Semilir angin menerbangkan anak rambut yang menutupi telinga gadis yang duduk di sampingku–Aida. Daun-daun yang jatuh berguguran serta cicitan burung yang hinggap di dahan-dahan pohon menjadi pengisi keheningan diantara kami. Hingga beberapa menit ke depan, gadis itu tak kunjung buka suara. Ia hanya terus menunduk dalam. Sementara aku mulai resah lantaran cahaya oranye dari langit barat yang mengenai wajahku kini berangsur pudar, pertanda bahwa senja mulai beranjak ke peraduannya. Namun, dibanding itu, aku lebih takut dengan aura gelap yang dipancarkan sosok Audi yang membersamai Aida. Tampaknya, dendam dan amarah sudah mencengkeram jiwanya. 

Dari cerita pacar salah satu teman sekelasku yang merupakan teman dekat Aida–yang rupanya adalah salah seorang dari tiga gadis kemarin, beberapa hari terakhir Aida memang sering bertingkah aneh. Seolah gadis itu menjadi orang lain. Puncaknya adalah kemarin, dimana akhirnya terungkap bahwa ia menjadi begitu karena Audi yang rupanya sudah meninggal bahkan sebelum berhasil ditemukan telah mengambil alih kesadarannya. Bukan karena Aida memiliki kepribadian ganda.

Meski ini bukan pertama kalinya aku melihat hantu, tapi perasaan tidak nyaman setiap kali mereka muncul masih ada. Aku merasa kalau kehadiran makhluk tak kasat mata itu membuat tekanan udara di sekitarku menipis. Energiku seperti ikut terserap. Ketakutanku kian meningkat tatkala kudengar tawa mengerikan dari sosok di sampingku seiring kepalanya yang tegak berdiri. Jantungku serasa mau meloncat keluar dari tempatnya. Sosok Audi telah merasuki tubuh Aida. 

"Akhirnya kamu datang juga."

Suaranya menyadarkanku kalau aku tak bisa kabur sekarang. Meski kakiku memaksa bergerak dan jantungku terus bertalu hebat, aku tetap tidak bisa pergi. Aku harus menghadapinya. Ada hal yang perlu aku ketahui darinya. Untuk itulah, aku berusaha keras melawan ketakutanku walaupun aku tahu itu tidak mudah.

"Kenapa kamu … mencoba membunuhnya?" Aku mati-matian menahan agar suaraku tidak bergetar. 

"Dia yang lebih dulu melakukan itu."

Oke, aku mulai sedikit bisa mengendalikan diri. Rasa penasaranku saat ini jauh lebih besar dibanding rasa takutku. "Dia mencoba membunuhmu? Tapi, kenapa?"

"Aku di sini untuk menagih ucapanmu, bukan menjawab pertanyaanmu," desisnya memperingati.

"B-baiklah." Dadaku seketika berdebar kencang hanya karena nada suaranya yang berubah. "Apa … yang bisa kulakukan untuk membantumu?"

"Sebenarnya aku tahu, Aida gagal membunuhku. Aku sempat melihat orang itu."

Aku terlonjak mendengar pernyataan Audi. 

"Bisakah kamu mencari tahu siapa dia? Aku merasa kalau dia yang sudah membunuhku."

Sosok Audi memutar kepala menghadapku. Saat kami bersitatap, aku bisa melihat sorot memohon di matanya.

"Kalau begitu, biarkan aku melihat masa lalumu." Aku memberanikan diri membalas tatapannya.

Tak membiarkan Audi bertanya, segera kuraih tangannya dan terpejam agar bisa memfokuskan pikiran. Dalam hitungan detik, sebuah gambaran adegan muncul di benakku.

Di dalam pikiranku, aku melihat Aida mengajak Audi keluar pada malam hari. Tidak mudah untuk merayu anak itu agar mau pergi dengannya, tapi ia berhasil. Mereka menaiki mobil dan berhenti di pinggir jalan yang sepi. Sekeliling mereka gelap karena lampu jalanan mati.

"Kenapa berhenti?" Audi memandang Aida dengan raut heran melihat kembarannya melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil. Gadis itu ikut turun.

"Kayaknya tadi kita nginjek sesuatu, deh," bohong Aida pura-pura melongok ke bawah mobil. 

"Masa, sih? Kok gue nggak ngerasain apa-apa?" Audi ingin memastikan ucapan saudari kembarnya. Tepat ketika ia jongkok, Aida seketika menempatkan kedua tangannya di leher Audi dan menekannya kuat. Tubuh Audi ikut tegak saat Aida berdiri.

"Da, apa yang lo–Uhuk! Uhuk!" Audi yang terkesiap dengan tindakan Aida secara tiba-tiba otomatis memegangi kedua lengan Aida agar gadis itu segera sadar dengan apa yang dilakukannya. Akan tetapi, tampaknya Aida tidak berniat melepaskan tangannya sebelum gadis yang membuat hidupnya menderita itu kehabisan nafas. Sedangkan kaki Audi sudah bergerak-gerak tak menentu berusaha melepaskan diri karena tenggorokannya yang terhimpit membuatnya kesulitan bernafas.

"Kenapa? Kenapa selalu lo yang diistimewakan?" Aida memandang sosok di hadapannya dengan sorot terluka. Suaranya yang parau menyiratkan amarah dan sakit yang bercampur menjadi satu.

"Memangnya anak mereka cuma lo?" katanya masih bermonolog.

"Gue juga ingin diperhatikan!!" erang Aida frustasi, tapi itu tidak mengedurkan tekanan tangan Aida di leher Audi. Air matanya sudah jatuh entah sejak kapan.

Lalu, terdengar kekehan sumbang dari mulut Audi–meski sangat lirih. Rupanya gadis itu masih memiliki tenaga untuk menyerang balik Aida disaat ia sendiri berada di situasi hidup dan mati.

"Sampai kapanpun lo nggak akan bisa menyamai gue." Audi berdecih dan itu berhasil menyentil hati Aida.

"Lo … seharusnya lo mati aja saat itu," desisnya.

Kendati wajahnya mulai pucat dan tenggorokannya serasa remuk, Audi masih bisa menyunggingkan senyum smirk. Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri kalau pandangannya kini mulai memutih karena oksigen tidak sampai ke otaknya. Di ambang kesadarannya, siluet seseorang muncul di belakang Aida. Sebelum Aida sempat menyadari kehadirannya, orang itu lebih dulu memukul tengkuk leher Aida menggunakan sikunya. Gadis itu langsung jatuh terkapar tak sadarkan diri.

Audi yang masih mencerna apa yang sedang terjadi, menggeleng keras saat tangan seorang pria meraih dagunya memaksa Audi agar membuka mulutnya. Kemudian seseorang dengan bekas luka di matanya itu menuangkan isi botol mineral ke mulut Audi yang terbuka dan menutupnya secara paksa. Setelah dirasa semua air di mulutnya masuk ke kerongkongan, pria itu segera menyeret Audi yang mulai meracau tidak jelas ke dalam mobil dengan merentangkan kedua tangannya dan mencengkal ketiaknya. Lagi-lagi, plat nomor yang terpasang di bagian depan mobil berbeda. Sepertinya 'dia' sengaja melakukan itu agar polisi tidak bisa melacak keberadaannya.

Mataku pun terbuka kembali. Kurasakan sesuatu yang hangat mengalir dari salah satu lubang hidungku. 

Darah.

Aku mimisan lagi. 

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!